Kisah Kakak Beradik di NTT yang Sama-sama Lolos Jadi Anggota Polisi, Kakak Sulung Polisi Tugas di Sumba Timur
POS-KUPANG.COM – Polda NTT resmi mengumumkan hasil seleksi menjadi calon Bintara Polri gelombang 1 tahun 2021.
Kapolda NTT, Irjen Pol Drs Lotharia Latif, memimpin sidang itu.
Ada yang unik dan menarik dalam acara tersebut.
Dalam satu keluarga, dua orang dinyatakan lolos dan berhak mengikuti proses pendidikan calon Bintara Polri di SPN Polda NTT.
Baca juga: Vaksinasi Drive Thru Jadi Pilihan Polda NTT, Ini Tujuannya
Mereka adalah Hery Christanto Nubatonis (23) dan Ferdi Osias Nubatonis (19).
Mereka adalah kakak beradik asal Kecamatan Amanuban Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), lolos menjadi Bintara Polri dalam waktu bersamaan.
Keduanya, bersama ratusan anggota Polri baru yang lain, menjalani pendidikan pembentukan bintara Polri gelombang I tahun 2021 di Sekolah Pendidikan Kepolisian Kupang.
Sejak hari, Sabtu (24/7/2021), keduanya mulai masuk ke SPN Polda NTT dan selanjutnya akan mengikuti pembukaan pendidikan mulai Senin (26/7/2021) mendatang.
Hery dan Ferdi, akan menjalani pendidikan selama lima bulan atau hingga akhir Desember 2021.
Baca juga: Polda NTT Beri Pelayanan Dapur Umum Selama PPKM Mikro
Kedua kakak beradik ini merupakan anak pasangan Nitanael Nubatonis, seorang aparatur sipil negara pada kantor camat Amanuban Barat, Kabupaten TTS dan ibu Adriana Lada, seorang ibu rumah tangga.
Kakak sulung mereka Nelson Nubatonis ternyata sudah lebih dahulu menjadi anggota Polri dan saat ini bertugas di Polres Sumba Timur, NTT.
Hery Christanto Nubatonis merupakan sarjana elektro lulusan Politeknik Negeri Kupang.
Sedangkan Ferdi Osias Nubatonis merupakan tamatan salah satu SMA di Kabupaten TTS.
Kepada wartawan di Kupang, Sabtu (24/7/2021), Ferdi Osias Nubatonis sudah dua kali mengikuti seleksi menjadi anggota Polri.
"Pada tahun 2020 lalu, saya gugur saat tahapan seleksi kesehatan II," ujar Ferdi.
Baca juga: Tekan Harga Sembako di Masa Covid, Ditreskrimsus Polda NTT Razia Pasar di Kota Kupang
Setelah gagal, Ferdi tak putus asa. Dia kemudian berlatih dan memeriksa kesehatan serta tekun belajar selama beberapa bulan terakhir.
Sementara itu, Hery mengaku baru pertama kali mengikuti tes polisi.
"Kami berusaha keras karena ada peluang ini. Kami belajar materi-materi psikologi dan soal ujian akademik sambil berlatih jasmani," kata Hery
Keduanya yang kompak, lantas mulai mengikuti tahapan demi tahapan pelaksanaan seleksi sejak April 2021 lalu.
Sama-sama lolos
Kerja keras keduanya membuahkan hasil yang baik, setelah sama-sama lolos hingga diterima menjadi Bintara Polri.
Keduanya juga bangga karena mereka sama-sama menjalani masa pendidikan di gelombang I tahun 2021 dan di lembaga pendidikan yang sama.
Baca juga: Cegah Penyebaran Covid, Personel Ditbimas Polda NTT Turun Jalan Beri Imbauan dan Edukasi
"Kami berusaha memberikan yang terbaik bagi orangtua kami. Waktu lima bulan akan kami manfaatkan untuk belajar dan berlatih dan semoga kami bisa melalui tahapan proses belajar mengajar di SPN," ujar Hery.
Hery dan Ferdi, akan bersaing secara sehat selama masa pendidikan demi mewujudkan cita-cita mereka.
"Sejak kecil saya bercita-cita jadi polisi. Saat kakak saya jadi anggota polisi maka saya banyak belajar dari kakak," tandas Ferdi.
Keduanya juga menyebutkan kalau proses meraih sukses tidak mudah karena butuh usaha dan kerja keras.
"Kami bersyukur akhirnya usaha kami berhasil," kata keduanya kompak.
Baca juga: Provost Polda NTT Gelar Gaktiblin Bagi Anggota Dalam Berkendaraan, Ini Tujuannya
Anak Yatim Piatu Asal Nagekeo Lolos Bintara Polri
Sementara itu, tangis Yosep Efendi Djawa (19), calon bintara Polri asal Kabupaten Nagakeo, NTT pecah ketika mengetahui namanya masuk dalam rombongan peserta penerimaan terpadu calon polisi Panda Polda NTT yang lulus terpilih.
Yoseph bakal menjadi salah satu calon bintara Polri yang akan dididik di SPN Polda NTT untuk tahun 2021.
Yosep merupakan anak yatim piatu. Ayahnya Vinsensius Dala meninggal sejak 4 tahun lalu. Kepergian ayahnya juga membuat ibu nya Vincentia Dala sakit-sakit hingga juga meninggal 1 tahun lalu.
Yosep dan ketiga kakaknya menjadi anak yatim piatu. Mereka kemudian diasuh oleh Aloysius Fare (56) di Kabupaten Nagakeo.
Pada tahun 2020 lalu, Yosep mengadu untung menjadi anggota Polri dengan mendaftarkan diri di Polres Nagakeo. Namun nasib untung belum berpihak pada Yosep.
Ia kandas saat pemeriksaan kesehatan.
Baca juga: KOMPAK Indonesia Apresiasi Polda NTT dalam Penanganan Dugaaan Korupsi Proyek Awololong di Lembata
Gagal pada penerimaan tahun 2020 tidak menyurutkan semangatnya berjuang dan mewujudkan mimpinya menjadi anggota Polri.
Sejak ibu nya meninggal dunia menyusul sang ayah yang sudah terlebih dahulu meninggal dunia, Yosep sudah bertekad mengabdikan dirinya menjadi anggota Polri.
Sejak gagal pada tahun sebelumnya, ia terus berlatih dan belajar serta memeriksakan kesehatannya.
Tahapan demi tahapan diikuti sejak bulan April 2021.
Awalnya ia ragu saat dipilih menjadi perwakilan peserta mengikuti Sidang penetapan kelulusan akhir penerimaan terpadu bintara dan tamtama Polri TA 2021 dan gelombang I TA 2022 pada Polda NTT di aula Rupatama lantai III Polda NTT, Kamis 22 Juli 2021 petang.
Apalagi saat itu ia harus menghadirkan walinya. Namun ia optimis bisa lulus seleksi.
Walau sedikit ragu, ia tetap mengajak Aloysius Fare ikut serta menjadi perwakilan orang tua mengikuti sidang yang dipimpin Kapolda NTT, Irjen Pol Drs Lotharia Latif, SH MHum.
Tegang dan galau bercampuk aduk saat pengumuman diundur dari pukul 14.00 wita ke pukul 16.00 wita. Sambil menaikkan doa, ia mencoba meyakinkan diri dan wali nya kalau ia bisa lolos dan sukses.
Baca juga: Tekan Penyebaran Covid-19, Ditsamapta Polda NTT Maksimalkan Patroli KRYD
Acara demi acara yang berlangsung di ruangan Rupatama lantai III Polda NTT terasa sangat lama karena ia dan sang wali tidak sabar menunggu pengumuma akhir.
Begitu tiba giliran pengumuman untuk kelulusan peserta dari Kabupaten Nagakeo, Yosep pun menangis haru. Ia mengingat kedua orang tuanya yang telah tiada dan tidak bisa menyaksikan keberhasilannya.
Ia juga terbata-bata saat Kapolda NTT membuka dialog menanyakan orang tua dan asalnya.
Ia seakan tak mampu menyampaikan kepada Kapolda NTT kalau ia hanya hadir dengan wali dan kedua orang tua nya telah tiada.
Begitu Kapolda NTT memberikan kesempatan kepadanya untuk memeluk sang wali, Yosep pun menangis haru dan memeluk lama Aloysius Fare.
Aloysius pun tenggelam dalam keharuan dan rasa gembira. Yosep dan sang wali pun tidak dapat menyembunyikan kegembiraan dan keharuan mereka.
Baca juga: Dalam Rangka Hari Jadi Polwan Ke-73, Polwan-Bhayangkari Polda NTT Salurkan Ratusan Paket Sembako
Suasana ruangan pun hening beberapa saat menyaksikan pemandangan ini. Beberapa yang hadir di ruangan juga meneteskan airmata.
Setelah hening beberapa saat, suasana ruangan menjadi gemuruh ketika Kapolda NTT memecah keheningan itu dengan meminta peserta yang hadir untuk memberikan aplaus kepada Yosep.
"Ini sungguh kemurahan Tuhan. Perjuangan saya diberkati Tuhan walau tidak disaksikan kedua orang tua saya," ujar Yosep usai pengumuman hasil.
Aloysius Fare juga berterima kasih kepada Kapolda NTT dan jajaran yang memperjuangkan penambahan quota sehingga banyak peserta yang diakomodir.
"Terima kasih kami kepada Kapolda NTT dan Karo SDM. Ini kisah yang luar biasa. Anak yatim piatu berkesempatan menjadi anggota Polri," ujarnya.
Kapolda NTT, Irjen Pol Drs Lotharia Latif, saat pengumuman kelulusan tersebut berterima kasih dan menyampaikab apresiasi bagi panitia seleksi, pengawas internal dan eksternal yang bekerja selama 4 bulan.
Baca juga: Tak Menghiraukan Panggilan untuk Menghadap, Stef Matutina Laporkan Yosef Laka Ritan ke Polda NTT
"Semua sudah berusaha maksimal tapi ada aturan tentang quota," ujar jenderal polisi bintang dua ini.
Bagi peserta yang akan mengikuti pendidikan gelombang kedua pada 8 Februari hingga 7 Juli 2022 mendatang Kapolda berharap agar harus menjaga diri baik-baii, mengikuti aturan dengan baik.
"Jangan lakukan pelanggaran etika, disiplin dan pidana. Yang belum lulus terpilih tetap semangat karena perjuangan ini penuh doa dan pengorbanan," tandas Kapolda NTT.
Kapolda mengajak semua pihak mensyukuri apa yang ada, jangan mengeluh selama di lembaga pendidikan karena terkadang setelah menjadi anggota Polri membuat pelanggaran hingga dipecat.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Cerita Kakak Beradik di NTT yang Sama-sama Lolos Jadi Anggota Polisi: Kami Berikan yang Terbaik bagi Orangtua