Renungan Harian Katolik Jumat 16 Juli 2021: Salus Animarum (Matius 12:1-8)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Beberapa hari yang lalu kami adakan pertemuan imam se-Keuskupan Padang secara zoom. Salah satu topik yang dibahas adalah Tata Perayaan Ekaristi (TPE) yang baru. Narasumber dari Komisi Liturgi KWI.
TPE ini barusan di-lauching setelah mendapat pengesahan dari Roma. Terjemahannya diusahakan sedapat mungkin sesuai dengan teks aslinya yang memiliki kekayaan makna yang mengungkapkan kebenaran iman Gereja kita (depositum fidei). Juga tentu dimaksudkan agar memperlihatkan kesatuan kita sebagai Gereja Katolik.
Ada banyak hal yang diangkat dalam pertemuan itu. Termasuk praktek yang dijalankan secara variatif selama ini. Sebut saja, soal kapan intensi umat dibacakan, bagaimana pendupaan, apakah benar sebelum pembacaan Injil hanya imam yang boleh membuat tanda salib di dahi, mulut dan dada atau perut, dan sebagainya.
Yang menarik terbaca sangat jelas bahwa memang kita setidaknya berusaha taat mengikuti rubrik sebagaimana ditunjuk dalam TPE, pun berbagai pedoman lain tentang perayaan ekaristi seperti Pedoman Umum Misale Romanum (PUMR).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 16 Juli 2021: Ibadat Sejati
Meski begitu, tak tertutup kemungkinan adanya variasi tertentu dalam praktek sejauh tidak bertentangan dan menyimpang dari prinsip dasar. Konteks budaya dan kebiasaan lokal bisa menjadi pertimbangan dasar.
Dalam hal ini alasan pastoral dikedepankan. Karena jiwa dari seluruh cura pastoralis tak lain adalah keselamatan jiwa (salus animarum). Umat sungguh tersapa oleh pelayanan pun perayaan, sehingga tergugah untuk bertobat dan menunjukkan imannya dalam hidup.
Terdorong oleh belas kasihan yang mengalir keluar dari hati-Nya, untuk keselamatan jiwa kita manusia, Yesus datang dan melakukan apa pun, hingga merayakan Ekaristi mulia, yakni mengorbankan diri-Nya di salib. Ia rela memecah-memecahkan roti yang tak lain "Tubuh" kudus-Nya dan menumpahkan darah-Nya, demi keselamatan kita.
Belas kasihan terhadap kita dan untuk keselamatan kita, kiranya menjadi kata kunci, inti pokok, jiwa yang melandasi kehadiran, hidup dan karya, pemberian diri Yesus.
Kepada orang-orang Farisi yang mempersoalkan para murid-Nya memetik gandum pada hari Sabat, Yesus berkata, "Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah" (Mat 12:7).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 15 Juli 2021, Vox Enim Amans: Suara Sang Kekasih
Hari Raya Natal lalu saya rayakan di sebuah stasi. Di dalam perayaan ekaristi akan diadakan pembaptisan atas 18 anak dan bayi. Saat telah berpakaian upacara lengkap dan berbaris rapi untuk perarakan, datang seorang ibu menggendong putra kecilnya ditemani beberapa pengurus stasi. Ibu itu menangis karena bayinya mungkin tak diperkenankan untuk dibaptis, karena tak dihadiri suaminya yang bersikeras tak mau anaknya dibaptis.
Sang anak tersenyum manis kepadaku. Kedua tangan anak itu terjulur kepadaku, seakan ingin digendong. Sambil kuraih tangannya, kukatakan kepada ibu itu dan semua yang lain, "Demi anak ini, saya baptis dia. Tuhan yang mau agar anak ini menjadi anak-Nya". Selanjutnya, kutegaskan kepada semua yang hadir, "Seandainya nanti ada reaksi dari ayahnya, saya akan menghadapinya".
Hari Raya Paskah saya kembali merayakan ekaristi di stasi itu. Setelah perayaan meriah, seorang bapak mendatangiku. Ia mengambil dan hendak mencium tanganku. Sambil terbata-bata, ia berkata, "Pastor, terima kasih karena telah membaptis anakku. Ia telah menjadi anak Tuhan". Ada keharuan di hati. Kami selanjutnya menjadi sahabat.
Belas kasihan itu dorongan hati. Hati tergugah saat melihat orang dalam kesusahan, kemalangan, butuh diselamatkan. Dorongan hati itu lantas diikuti oleh tindakan dan perbuatan baik untuk keselamatan itu.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 14 Juli 2021: Terang di Balik Kelabu
Tuhanlah yang menanamkan belas kasihan itu di hati kita; mengalir dari hati Tuhan. Belas kasihan yang kita tunjukkan dengan perhatian dan tindakan nyata pasti berbuah manis. Buah yang paling disyukuri adalah keselamatan jiwa. *