Nah ... sebagai murid, kita dipanggil untuk mengambil bagian dalam misi Yesus dan berbagi risiko yang sama dengan yang dijalani oleh Yesus. Tak terhindarkan bahwa nasib kita akan lebih manis dari pada nasib yang sudah dialami Yesus, Sang Guru.
Tapi satu hal yang pasti, nasib kita tak akan lebih buruk; tak akan melebihi nasib Yesus. Hilary Davies, "Saat ini kita berada di bawah bayangan salib Tuhan yang memberi teladan bagaimana kita harus mati".
Yesus yang memanggil kita untuk memberitakan cinta Bapa, tidak menghendaki agar kita bernasib lebih buruk dari pada nasib-Nya. Itu sebabnya, Ia berkata, "Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya ...".
Dus, dalam mewartakan cinta Bapa, risiko penderitaan itu memang tak terhindarkan. Tapi rasanya, apa pun penderitaan yang kita alami belumlah cukup bisa dikatakan sama seperti Yesus. Bahkan mungkin tak bisa sama seperti Sang Guru.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 9 Juli 2021: Merpati & Ular
Kalau begitu, kenapa kita tidak bisa bertahan di jalan cinta yang menderita kalau kita memang sungguh menjadi murid-Nya?*
Renungan Harian Katolik lainnya