Pemda Mabar Bantu Dana Kesehatan 2 Warga di Desa Compang Longgo Kecamatan Komodo
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Pemerintah Daerah Manggarai Barat Mabar (Pemda Mabar) melalui dinas sosial, membantu dana kesehatan 2 warga Desa Compang Longgo, Kecamatan Komodo, Jumat 9 Juli 2021.
Kedua warga yang dibantu yakni bayi berumur 9 bulan, Beatrix Indah dan Adriel Sikuteru (4).
Bayi Beatrix Indah merupakan bayi yang lahir tanpa lubang anus dan Adriel Sikuteru, penderita Tumor abdomen.
Dana diterima pihak keluarga di Kantor Dinas Sosial Mabar pada Jumat siang
Bayi Beatrix Indah mendapatkan bantuan dana sebanyak Rp 18.8 juta, sedangkan Adriel Sikuteru mendapatkan Rp 15 juta.
Baca juga: Polisi Lengkapi Berkas Perkara Kasus Pemuda Aniaya Kakek di Desa Cunca Wulang Kabupaten Mabar
Yohanes Surdi, ayah kandung bayi Beatrix Indah mengungkapkan terima kasih atas perhatian dan bantuan yang diberikan Pemda Mabar.
Di lain sisi, pihaknya pun mengucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungan donasi dari seluruh masyarakat.
Pria yang berprofesi sebagai petani ini tidak menyangka, dukungan dan bantuan dari seluruh elemen masyarakat sangat tinggi untuk anaknya.
"Terima kasih kepada Pemerintah Desa Compang Longgo dan Pemda Mabar. Dari hati yang paling dalam, kami sekeluarga mengucapkan terima kasih banyak atas kepeduliannya. Semoga Tuhan menyertai langkah hidup mereka kapan dan di manapun berada," ungkapnya.
Sementara itu, kedua anak tersebut telah melakukan medical check up dan telah mendapatkan surat rujukan, untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan selanjutnya di Denpasar Bali.
Baca juga: Petani di Desa Cunca Wulang Kabupaten Mabar Tewas Dianiaya di Sawah
Pihaknya berharap dukungan untuk kesembuhan dari kedua pasien tersebut.
Sebelumnya, Beatrix Indah, seorang bayi di Kampung Naba RT 008 RW 004 Dusun Longgo, Desa Compang Longgo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), selama 9 bulan terakhir hidup tanpa memiliki lubang anus (atresia ani).
Kehidupan ekonomi yang kurang mampu, membuat orang tuanya, Yohanes Surdi (40) dan Edelberta Suriani (36), hanya pasrah.
Sang ayah, Yohanes Surdi, berprofesi sebagai petani dan bekerja sambilan sebagai penambang pasir di desa, sedangkan istrinya, Edelberta Suriani, seorang ibu rumah tangga.
Yohanes Surdi saat ditemui, Minggu 27 Juni 2021 menuturkan, sangat membutuhkan uluran tangan dari semua pihak untuk pengobatan putri bungsunya.
Baca juga: Jasa Raharja Berikan Santunan Bagi Keluarga Korban Lakalantas Asal Desa Pong Majok Kabupaten Mabar
"(Harapan) dari saya, anak saya harus disembuhkan entah dengan cara apa, artinya saya mengharapkan membutuhkan dukungan teman-teman, orang yang murah hati sumbangkan dana atau apa saja agar anak saya dapat sembuh," katanya sembari menangis pilu.
Sebagai orang tua, Yohanes mengaku sangat sedih melihat anaknya meronta kesakitan, saat hendak buang air besar (bab).
Diberitakan sebelumnya, setiap orang tua berharap memiliki anak yang lahir dengan kondisi fisik sempurna, kondisi ini memungkinkan bayi tumbuh dan berkembang selayaknya anak-anak lain.
Namun, pil pahit kehidupan harus dirasakan pasangan suami-istri Yohanes Surdi (40) dan Edelberta Suriani (36), mereka memiliki bayi yang lahir tanpa lubang anus (atresia ani).
Kecacatan lahir yang secara medis cukup membahayakan ini mendera putri bungsunya sejak lahir, Beatrix Indah.
Baca juga: Petani di Desa Cunca Wulang Kabupaten Mabar Tewas Dianiaya di Sawah
Beatrix Indah selama 9 bulan terakhir, harus merasakan sakit luar biasa karena kesulitan buang air besar (bab).
"Selama ini kalau mau wc besar (bab), keluar lewat lubang kemaluan (vagina)," kata Yohanes didampingi sang istri, Edelberta saat ditemui di kediamannya di Kampung Naba RT 008 RW 04 Dusun Longgo, Desa Compang Longgo, Kecamatan Komodo Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) Minggu, 27 Juni 2021.
Berurai air mata, Yohanes menuturkan saat buah hatinya dalam kandungan, tidak ada firasat yang dirasakan.
Beatrix Indah lahir pada 31 Agustus 2020 lalu di RSUD Komodo Labuan Bajo, kecurigaan atas penyakit itu tidak diketahui saat itu.
"3 malam istri saya di rumah sakit, mereka (petugas medis) tanya sudah wc besar dan kecil? kami bilang sudah, tapi kami tidak cek. Mereka juga tidak lihat untuk pastikan, tapi kami lihat sempat ada wc besar," jelas Yohanes meniru percakapan dengan petugas medis di RSUD Komodo Labuan Bajo.
Baca juga: 152 Gigitan Anjing Terlapor di Dinas PKH Kabupaten Mabar dari Januari Hingga Mei 2021
Yohanes mengisahkan, ia merupakan orang pertama yang mengetahui sang buah hati tidak memiliki lubang anus, setelah seminggu berada di kediamannya.
Dikisahkan, saat membersihkan kotoran Beatrix, ia terkejut karena tidak menemukan lubang anus di tubuh bayi mungilnya.
Hal inilah yang menjadi penyebab Beatrice yang selalu menangis saat hendak bab.
"Kami panik dan semua (keluarga) menangis dengan keadaan anak ini. Kalau dia mau wc besar, dia nangis setengah mati. Dalam satu hari bisa wc 2 kali, kadang 3 kali," tutur Yohanes.
Bersama istrinya, ia membawa Beatrix untuk konsultasi dan menjalani perawatan di RSUD Komodo Labuan Bajo.
Baca juga: Ketua Fraksi AIR DPRD Kabupaten Mabar Minta KP3 Lakukan Audit Distributor Pupuk
Namun demikian, saat itu ia hanya bertemu dengan dokter umum, dan ia diinformasikan untuk bertemu dengan dokter bedah untuk selanjutnya menjalani operasi.
Anjuran serupa juga disampaikan pihak Puskesmas Benteng dan petugas rumah kesehatan lainnya, bahwa Beatrix harus menjalani operasi.
Namun, kondisi ekonomi yang tergolong tidak mampu, ia pun mengaku hanya bisa pasrah.
Yohanes merupakan petani yang memiliki luas lahan lahan sepertiga hektare, yang hasilnya dicukupkan untuk kebutuhan konsumsi anggota keluarga.
Untuk menambah penghasilan, ia pun bekerja sebagai penambang pasir dengan penghasilan yang tidak menentu.
Baca juga: Sulit Dapat Pupuk, Petani di Nggorang Kabupaten Mabar Terancam Gagal Panen
"Kami pikir, kalau tidak di RS Siloam Labuan Bajo atau rumah sakit di Bali, saya pikir cari uang dulu. Dari Puskesmas Benteng juga katakan untuk operasi. Mereka tahu, bidan di polindes, kenapa tidak operasi, kami mau tapi bagaimana uang, karena butuh uang banyak. Waktu lahir itu saya sudah urus BPJS untuk anak saya," jelasnya.
Pihaknya berharap, dukungan semua pihak termasuk dermawan dan Pemda Mabar untuk dapat membantu kesembuhan anaknya.
"Harapan kami, anak ini sembuh. Tapi mau bagaimana, anak ini tetap begini kalau saya tidak punya uang. Karena jujur, saat dia mau wc besar menangis, sampai keluar keringatnya, kalau wc besar (feses) keras, sangat sakit luar biasa," ungkapnya.
Hal senada disampaikan sang ibu, Edelberta Suriani, ia menuturkan sering menitikkan air mata saat melihat anaknya yang tumbuh dan berkembang tidak seperti anak pada umumnya.
Saat ini, lanjut Edelberta, bobot Beatrix hanya 5.3 kilogram, sangat jauh dari bobot bayi normal.
Baca juga: 50 Tahun Penantian Layanan Listrik Kampung Weor Kabupaten Mabar Terjawab
"Kalau dia wc besar, ASI (air susu ibu) dan makanan dia muntahkan. Kalau dia mau wc besar, ada benjolan di pantat, perutnya juga mengeras," ujar Edelberta.
Selama beberapa bulan terakhir, Beatrix telah mengonsumsi makanan tambahan berupa bubur yang disaring, namun jumlahnya hanya 3 sendok makan.
Ia pun berharap uluran tangan dan kepedulian semua pihak, agar anaknya dapat sembuh dari sakit yang diderita selama ini.(*)
Berita Kabupaten Mabar terkini