Pemda Mabar Bantu Dana Kesehatan 2 Warga di Desa Compang Longgo Kecamatan Komodo

Penulis: Gecio Viana
Editor: Rosalina Woso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi rupiah

"Kami panik dan semua (keluarga) menangis dengan keadaan anak ini. Kalau dia mau wc besar, dia nangis setengah mati. Dalam satu hari bisa wc 2 kali, kadang 3 kali," tutur Yohanes.

Bersama istrinya, ia membawa Beatrix untuk konsultasi dan menjalani perawatan di RSUD Komodo Labuan Bajo.

Baca juga: Ketua Fraksi AIR DPRD Kabupaten Mabar Minta KP3 Lakukan Audit Distributor Pupuk

Namun demikian, saat itu ia hanya bertemu dengan dokter umum, dan ia diinformasikan untuk bertemu dengan dokter bedah untuk selanjutnya menjalani operasi.

Anjuran serupa juga disampaikan pihak Puskesmas Benteng dan petugas rumah kesehatan lainnya, bahwa Beatrix harus menjalani operasi.

Namun, kondisi ekonomi yang tergolong tidak mampu, ia pun mengaku hanya bisa pasrah.

Yohanes merupakan petani yang memiliki luas lahan lahan sepertiga hektare, yang hasilnya dicukupkan untuk kebutuhan konsumsi anggota keluarga.

Untuk menambah penghasilan, ia pun bekerja sebagai penambang pasir dengan penghasilan yang tidak menentu.

Baca juga: Sulit Dapat Pupuk, Petani di Nggorang Kabupaten Mabar Terancam Gagal Panen

"Kami pikir, kalau tidak di RS Siloam Labuan Bajo atau rumah sakit di Bali, saya pikir cari uang dulu. Dari Puskesmas Benteng juga katakan untuk operasi. Mereka tahu, bidan di polindes, kenapa tidak operasi, kami mau tapi bagaimana uang, karena butuh uang banyak. Waktu lahir itu saya sudah urus BPJS untuk anak saya," jelasnya.

Pihaknya berharap, dukungan semua pihak termasuk dermawan dan Pemda Mabar untuk dapat membantu kesembuhan anaknya.

"Harapan kami, anak ini sembuh. Tapi mau bagaimana, anak ini tetap begini kalau saya tidak punya uang. Karena jujur, saat dia mau wc besar menangis, sampai keluar keringatnya, kalau wc besar (feses) keras, sangat sakit luar biasa," ungkapnya.

Hal senada disampaikan sang ibu, Edelberta Suriani, ia menuturkan sering menitikkan air mata saat melihat anaknya yang tumbuh dan berkembang tidak seperti anak pada umumnya.

Saat ini, lanjut Edelberta, bobot Beatrix hanya 5.3 kilogram, sangat jauh dari bobot bayi normal.

Baca juga: 50 Tahun Penantian Layanan Listrik Kampung Weor Kabupaten Mabar Terjawab

"Kalau dia wc besar, ASI (air susu ibu) dan makanan dia muntahkan. Kalau dia mau wc besar, ada benjolan di pantat, perutnya juga mengeras," ujar Edelberta.

Selama beberapa bulan terakhir, Beatrix telah mengonsumsi makanan tambahan berupa bubur yang disaring, namun jumlahnya hanya 3 sendok makan.

Ia pun berharap uluran tangan dan kepedulian semua pihak, agar anaknya dapat sembuh dari sakit yang diderita selama ini.(*)

Berita Kabupaten Mabar terkini

Berita Terkini