Renungan Harian Katolik Jumat 2 Juli 2021: Allah Bebas Memilih (Mat 9:9-13)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Yesus pertama kali menjumpai Matius di Kapernaum. Dia sedang duduk di meja pajak di pinggir jalan raya. Ia tengah bertugas memungut pajak barang-barang impor atau ekspor ke wilayah Herodes Antipas untuk diserahkan kepada kaisar.
Di bawah sistem Kerajaan Romawi, Matius harus membayar semua pajak di muka atau terlebih dahulu, lalu menariknya dari warga dan pelancong untuk mendapatkannya kembali bagi dirinya.
Pemungut cukai biasanya terkenal korup dan tidak jujur karena mereka memeras jauh lebih banyak dan lebih tinggi dari yang diharuskan untuk memastikan bahwa mereka mendapat keuntungan pribadi yang signifikan.
Keputusan dijalankan oleh para prajurit Romawi, maka tidak seorang pun berani menolak. Orang Yahudi benci kepada para petugas pajak karena mereka bekerja untuk memperkaya pihak asing (orang Roma), sehingga dianggap tidak setia.
Nama asli Matius adalah Lewi sebelum dipanggil oleh Yesus. Kita tidak tahu, apakah Yesus memberinya nama Matius atau dia sendiri yang menggantinya. Tetapi nama Matius merupakan kependekan dari Matatias, yang artinya "pemberian Yahweh", atau "pemberian Allah."
Pada hari ketika Yesus memanggilnya, Matius mengadakan pesta perpisahan besar di rumahnya di Kapernaum. Ia mengundang teman-temannya supaya mereka juga bisa bertemu dengan Yesus. Sejak waktu itu, Matius menutup buku hidupnya sebagai pemungut cukai.
Meskipun masa lalunya penuh dosa, Matius secara unik memenuhi syarat sebagai seorang murid. Dia adalah seorang pencatat yang akurat dan pengamat pribadi yang tajam. Dia menangkap detail yang paling kecil. Sifat-sifat ini sangat menolong ketika dia menulis kitab Injil Matius di kemudian hari.
Menurut pandangan orang Yahudi khususnya para pemimpin agama, seorang pemungut cukai yang dipilih Yesus menjadi salah seorang pengikut-Nya yang terdekat adalah hal yang memalukan dan tidak pantas.
Baca juga: Renungan Harian Katolik 1 Juli 2021: Bangunlah, Angkatlah Tempat Tidurmu dan Pulanglah ke Rumahmu
Budaya orang Yahudi membenci para pemungut cukai sangat tinggi dan sulit diubah. Pemungut cukai itu sama dengan orang berpenyakit kusta: kulitnya kotor dan berbau karena korupsi dan serakah dengan tetesan keringat orang-orang kecil yang ia peras untuk memperkaya diri sendiri.
Matius tentu telah mendengar tentang Yesus dan ajaran-Nya dari mulut orang banyak sebelumnya. Ia mungkin saja telah mendengarkan Yesus berbicara di hadapan orang banyak di Kapernaum.
Ia juga tentu tahu bahwa Yesus bersahabat dengan semua orang. Yesus tidak pilih kasih dan pilih muka. Muka baik atau muka buruk tidak jadi kalkulasi bagi Yesus.
Hatinya bisa saja telah terpaut pada Yesus yang sangat memesona banyak orang Yahudi. Maka kita bisa mengerti ketika Yesus memanggilnya, ia segera meninggalkan pekerjaan dan cara hidupnya yang lama untuk mengikuti panggilan menjadi murid Yesus.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 1 Juli 2021: Pembakar Semangat
Hidup Matius diubah secara radikal oleh suara panggilan Yesus. Dia tidak bimbang. Dia kehilangan keraguan manusiawi. Dia tidak menoleh ke masa lalu yang bergelimang uang dan harta.