Bupati Belu Agus Taolin Sidak ke RSUD Atambua, Petugas Gugup

Penulis: Teni Jenahas
Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bupati Belu, dr. Agus Taolin melakukan inspeksi mendadak (sidak) sekaligus simulai alur pelayanan dan penanganan pasien di RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua, Rabu (28/4/2021).

POS-KUPANG.COM| ATAMBUA-----Hari pertama masuk kantor, Bupati Belu, dr. Agus Taolin langsung melakukan inspeksi mendadak (sidak) di RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua, Rabu (28/4/2021).

Kedatangan Bupati Belu ke RSUD Atambua didampingi Kepala Dinas Kominfo, Johanes Andes Prihatin, Kadis Kesehatan, Theresia Saik dan Kabag Protokol dan Pimpinan Daerah, Chritoforus Loe Mau.

Tiba di rumah sakit sekitar pukul 12. 00 Wita, Bupati diterima Direktur RSUD Atambua, dr. Batsheba Elena Corputty, MARS dan para kepala bidang.

Sidak yang dilakukan Bupati berlatar belakang dokter memang unik dan mendidik langsung. Bupati datang bukan hanya sekedar melihat, meninjau dan bertanya sambil lalu kemudian pulang.

Baca juga: Agen di Kota Ende Pertanyakan Kenapa Jual Minyak Tanah di Kantor Lurah

Baca juga: Kabupaten Kupang Terima DTH Bagi 2.060 KK Tahap I Selama Tiga Bulan

Bupati Agus Taolin justru melakukan sidak dengan cara yang lain dan khas sebagai pemimpin perubahan. Wajar, petugas yang berhadapan langsung dengan Bupati Belu saat itu terlihat gugup.

Disaksikan Pos Kupang.Com, Bupati Belu, dr. Agus Taolin turun dari mobil dinas DH 1 langsung menuju teras depan rumah sakit. Bupati diterima direktur RSUD Atambua. Bupati Belu langsung menanyakan prosedur informasi pelayanan karena melihat gedung rumah sakit sangat besar sehingga pelayanan informasi menjadi penting apalagi melayani masyarakat.

Saat itu, Bupati Belu langsung memerintahkan direktur untuk memanggil security. Seorang security yang lagi bertugas datang dari arah pos jaga mendekati Bupati. Awalnya securiti berdiri di tangga teras sedangkan bupati di teras, posisi agak tinggi.

Baca juga: Keluarga Terima Kematian Bocah 4 Tahun di Ngada Sebagai Musibah

Baca juga: Airlangga Hartarto : Penyerapan Dana PEN Capai Rp134,07 Triliun

'Kamu security. Pakaian security seperti ini. Benar kamu yang mengarahkan pasien di sini. Kamu paham tugas itu?", tanya Bupati dengan tegas.

"Iya siap Bapak", jawab security singkat.

Lalu Bupati bertukar posisi berdiri. Security naik ke teras, bupati turun ke tangga. Dari situ, kegiatan sidak langsung dengan simulasi.

"Iya baik. Sekarang saya pasien. Saya mau datang berobat disini karena saya sakit. Saya mau ke mana", tanya Bupati dalam posisi saling berhadapan disaksikan direktur dan tenaga medis lainnya serta beberapa pimpinan OPD

Security menjelaskan, setiap orang yang berkunjung ke rumah sakit wajib scrining terlebih dahulu dan security menunjukkan tempat scrining ke arah timur dari posisi mereka. Bupati Belu langsung mengikuti arahan dari security menuju tempat scrining. Sebelum dilakukan scrining Bupati mencuci tangan di tandon air. Ia melihat di tidak ada informasi tentang cara cuci tangan yang baik di sekitar tandon air dan juga tidak ada tissue yang tersedia untuk mengeringkan tangan. Disitu, bupati sudah mencatat satu kekurangan sehingga bupati langsung mengingatkan direktur RSUD Atambua untuk mempersiapkan.

Masih didampingi direktur, Bupati Belu merapat lagi ke tempat scrining tak jauh dari tandon air cuci tangan. Tempat scrining berbentuk kotak, bertiang pipa dan dinding plastik. Tampak beberapa petugas termasuk security perempuan ada dalam tempat scrining tersebut. Lagi-lagi bupati mengingatkan direktur agar tempat scrining dibuat lebih rapi dan dinding yang menggunakan plastik tipis itu segera diganti dengan plastik mika. Sudah dua catatan bupati untuk direktur.

Dalam suasan cakap-cakap, Bupati Agus Taolin mendekati tempat scrining dan langsung melakukan simulasi. Ia berperan sebagai pasien dan berdiri di depan tempat scrining seraya menyampaikan tujuannya kepada petugas.

"Saya mau datang berobat. Saya badan lemas, pusing-pusing sedikit dan bantuk", kata Bupati

Lalu petugas melakukan secrining dengan mengajukan beberapa pertanyaan umum kepada Bupati. Bupati pun menjawab dengan serius atas pertanyaan petugas.

Dalam suasana scrining, Bupati yang berperan sebagai pasien merasa lemas dan pusing sehingga nyaris jatuh.

"Agak cepat ibu. Saya saya badan lemas dan pusing-pusing. Mau jatuh sudah ini", kata Bupati sambil menjatuhkan badannya sedikit ke arah kanannnya.

Lalu bupati menggambil sikap duduk di kursi sambil menunggu respon petugas. Dua petugas bergegas menuju bupati dengan tujuan memberikan pertolongan. Sontak saja, bupati berteriak.

"Saya pasien covid, jangan dekat saya dan jangan sentuh saya", ucap Bupati sambil bertanya bagimana cara penanganannya jika keadaan demikian.

Dua petugas yang berhadapan bupati tampak gugup dan berusaha menjawab pertanyaan bupati bahwa penanganan pasien covid-19 harus dilengkapi APD.

"Jangan pakai omong, mana APDnya", kata Bupati sembari bertanya.

Para petugas pun bergegas masuk dalam ruangan untuk mempersiapkan APD untuk penanganan pasien.

Lalu Bupati Agus Taolin menanyakan kepada petugas bila hasil scrining menunjukkan seorang memiliki gejala covid-19, maka apa yang harus dilakulan petugas.

Menurut petugas, orang yang terduga covid-19 harus dilakukan rapid di laboratorium. Apabila pasien tidak bisa jalan sendiri maka rapid tes dilakukan di tempat scrining. Mendapat penjelasan demikian, Bupati yang berperan sebagai pasien memilih untuk rapid di tempat scrining dan meminta petugas segera memanggil tenaga laboratorium.

Petugas scrining pun menghubungi petugas di laboratorium menggunakan alat komunikasi HT untuk segera datang ke tempat screning. Bupati Belu tetap posisi duduk di kursi sambil menunggu petugas dari laboratorium. Namun sudah hampir lima menit, petugas tak kunjung datang.

Melihat hal itu, Bupati Agus Taolin menjelaskan kepada direktur dan petugas kesehatan bahwa simulai yang ia lakukan itu untuk memastikan sistem pelayanan di rumah sakit sudah sesuai atau belum. Hal yang dilihat dalam simulasi tersebut adalah alur pelayanan sejak pasien masuk pertama rumah sakit, peran security, prosedur scrining, kecepatan waktu penanganan (respon time), kekuatan personel, fasilitas dan APD.

Bupati menyarankan agar posisi petugas laboratorium tidak berjauhan dengan tempat scrining sehingga dal kaadaan emergency, petugas cepat meresponnya.

Tak sampai di situ, Bupati Agus Taolin meninjau ruangan laboratorium lalu menuju UGD. Ia mengecek kesiapan dokter, peralatan medis dan fasilitas penungjang. Masih di UGD, Bupati melakukan simulasi lagi. Ia meminta petugas untuk segera menanganan pasian kegawatdaruratan.

Petugas terlihat sibuk mempersiapkan peralatan medis dan sarana lain yang diperlukan. Saat itu, bupati ingin melihat cara kerja petugas, respon time dan ketepatan bekerja.

Dari UGD, Bupati melakukan simulasi di bagian imformasi pelayanan medis. Bupati menuju mesin antre menggambil nomor antre untuk berobat penyakit dalam. Lalu menuju petugas verifikasi pasien. Di sana petugas menanyakan status pasien antara pasien umum atau BPJS. Bupati menjawab sebagai pasien umum.

Selanjutnya petugas melakukan pencatatan dan meminta kartu identitas KTP. Bupati langsung menggambil dompet dan mencari KTP namum ia sengaja mengibuli petugas bahwa KTP lupa dibawah. Lalu menanyakan kembali petugas.

"KTP saya lupa bawah. Terus bagimana sudah",, tanya Bupati menguji kepekaan petugas.

Petugas menjelaskan selain KTP bisa menggunakan kartu identitas lain seperti SIM atau sebutan lainya.

Mendapat penjelasan yang masuk akal, Bupati memberikan KTP kepada petugas dan petugas melakukan input. Karena dalam simulasi, petugas memberikan pelayanan sampai di tahap terakhir yakni pembayaran. Petugas memberikan nota atau resi pembayaran yang kepada bupati untuk segera dilakukan pembayaran.

Pada kesempatan itu, Bupati Agus Taolin berulang kali menyampaikan simulasi yang ia lakukan itu untuk mengecek dan mamastikan alur pelayanan di rumah sakit benar-benar sesuai SOP atau tidak. Secara khusus respon timenya.

Ditemui wartawan usai sidak, Bupati Belu, dr. Agus Taolin mengatakan, kegiatan sidak ke RSUD Mgr. Gabreil Manek itu untuk memastikan kesiapan rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat Belu. Juga kesiapan rumah sakit menjalankan program strategis di masa kepemimpinan mereka.

Pasalnya, program-program di kepemimpinan mereka yang dikenal dengan tagline Perubahan itu harus benar-benar dijalankan salah satunya program pelayanan kesehatan. Untuk mewujudkan perubahan tersebut, sebagai bupati ia harus mengecek, fasilitas kesehatan, sumber daya manusia, alat kesehatan dan alur pelayanan yang dilakukan.

Dari sidak yang berlangsung sekitar satu jam itu, Bupati Agus Taolin menilai RSUD Mgr. Gabreil Manek SVD Atambua akan terus dibenahi sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat dalam hal pelayanan.

Agus Taolin mengaku, masih banyak hal yang harus dibenahi di rumah sakit, baik fasilitas maupun sumber daya manusia. Kekurangan itu, akan mereka upaya dan mereka penuhi dalam masa kepimpinan mereka.

"Kami baru satu hari kerja. Beri kami kesempatan untuk tarik napas dulu. Pasti kami siap benahi yang kurang", ucap Agus Taolin sambil tersenyum.

Terpisah, Direktur RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD, dr. Batsheba Elena Corputty, MARS mengatakan, catatan dan penegasan dari Bupati Belu telah mereka catat dan manajemen siap untuk membenahi dan memperbaiki hal-hal yang masih kurang.

Ditanya soal komitmen manajemen untuk memperbaiki kualitas pelayanan, dr. Elena mengaku manajemen pasti siap memperbaiki pelayanan. Dan alur pelayanan yang disimulasikan oleh Bupati Belu saat itu menjadi perhatian bagi manajemen.

Elena mengaku, SOP pelayanan sudah dibekali kepada petugas di setiap ruangan hanya saja ketika seorang pemimpin yang melakukan simulasi langsung maka ada rasa gugup dari petugas. Hal ini sesuatu yang wajar sehingga petugas menjadikan momen hari itu sebagai motivasi diri untuk meningkatkan kualitas pelayanan di RSUD Atambua sebagai rumah sakit kebanggaan masyarakat Belu. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Teni Jenahas)

Berita Kabupaten Belu

Berita Terkini