VIDEO – Permintaan Daging Babi di SoE Menurun Drastis. Sejak Penyakit ASF Mewabah di TTS
POS-KUPANG.COM, SOE – VIDEO – Permintaan Daging Babi di SoE Menurun Drastis. Sejak Penyakit ASF Mewabah di TTS
Sejak Februari 2020 lalu, permintaan daging babi di SoE, Ibukota Kabupaten TTS, untuk dikonsumsi, menurun drastis. Ini terjadi semenjak penyakit African Swine Fever atau ASF dikhabarkan menyerang ternak babi di daerah itu selama sebulan terakhir.
Warga khawatir daging babi yang dijual sejumlah pedagang, berasal dari bangkai ternak yang sudah mati. Padahal penjual daging babi mengaku, daging yang dijual berasal dari ternak babi yang baru saja dijagal.
• VIDEO – Anak-anak, Guru dan Orangtua Murid di Kota Kupang, Jangan Panik Hadapi Virus Corona
• VIDEO - New BeAT Kini Hadir Lebih Mewah, Bakal Buat Kamu Jatuh Hati
• VIDEO Live Streaming Vidio.com Madura United vs Persiraja Aceh Liga 1 2020, Senin 9/3 Jam 18.30 WIB
Daniel Selan, seorang penjual daging di Kota SoE, menuturkan, saat ini penjualan daging babi sepi pembeli.
Melorotnya permintaan warga itu semenjak merebaknya virus hog cholera dan African swine fever di daerah tersebut.
Jika sebelumnya, lanjut Daniel Selan, rumah pemotongan hewan (RPH) SoE menjagal 4-6 ekor babi dan dagingnya laris manis di pasaran, saat ini justeru sebaliknya.
"Sebelum ada serangan penyakit Hog Cholera dan ASF, setiap hari kami bisa potong babi 4-6 ekor dan itu laku terjual. Tapi sekarang tidak. Pembelian daging babi sangat kurang,” keluh Daniel Selan kepada POS-KUPANG.COM di RPH SoE, Senin(9/3/2020).
Minimnya pembeli membuat Daniel Selan dan kawan-kawan harus memutar otak untuk bisa menjual daging babi.
Jika hingga sore daging babi tak kunjung terjual, Daniel terpaksa menurunkan harga daging babi hingga Rp. 40.000/kg. Padahal, normalnya harga daging babi mencapai Rp 70.000/kg.
Silvester Liu Nokas, penjual daging lainnya, menambahkan, anjolknya penjualan daging babi itu sudah terjadi sejak awal Februari. Sejak itu sampai sekarang ia sangat rugi.
Untuk diketahui, sejak penyakit ASF dikabarkan mewabah di TTS, banyak ternak babi yang mati. Bahkan sesuai data di Dinas Peternakan TTS, jumlah ternak babi yang mati tercatat hampir seribu ekor.
Jumlah ternak babi yang mati itu merupakan data yang diinput dari 35 desa yang tersebar di 9 kecamatan di Kabupaten TTS.
Dikhawatirkan, ternak babi yang mati itu akan terus bertambah. Karena setiap hari Dinas Peternakan TTS selalu menerima laporan dari masyarakat tentang kematian ternak tersebut.
Kendati trend kematian ternak babi cenderung meningkat, tetapi sampai saat ini Dinas Peternakan TTS belum memastikan apakah kematian ternak itu akibat penyakit ASF atau karena penyakit lainnya, semisal hog cholera.