"Tinggal saja teman-teman perempuan yang berkiprah di dunia politk mau tidak untuk diwawancarai. Perempuan harus menjadi media daring untuk mewartakan politik itu sendiri," ujar Ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) NTT ini.
• Rayuan Maut Daniel Benu Makan Korban, Dua Gadis Dihamilinya Sekaligus, Entah Apa yang Merasukinya!
Ketua Lembaga Perlindungan Anak, Tory Ata berharap Pos Kupang tetap konsisten dalam pemberitaan yang ramah anak, dan memperhatikan hak-hak perempuan sehingga bisa diketahui oleh publik.
Sebagai media besar di NTT, lanjut Tory, tentu banyak sekali orang akan mendengar dan melihat pemberitaan Pos Kupang. Dia memberi masukan dalam hal pemberitaan tentang anak yang berhadapan dengan hukum.
"Baik anak sebagai korban, pelaku, atau saksi tidak boleh menyebutkan identitasnya. Walaupun anak sebagai pelaku, kita harus lindungi identitasnya. Karena anak sebagai pelaku tersebut sebenarnya korban dari sistem yang ada. Nama harus disamarkan, alamat dan berasal dari mana harus disamarkan demi kenyamanan secara pribadi baik saat ini maupun ke depannya. Ketika kita tidak lindungi dia, untuk masa depannya dia akan selalu dituduh sebagai pelaku atau korban. Itu juga melukai batinnya," papar Tory.
• Mengebom Ikan di Perairan Flores Timur, Tim Patroli Borgol Dua Nelayan Nakal, Ini yang Terjadi
• JPU Tuntut HUKUMAN Mati Pembunuh Pegawai Kemenag, Korban Dimutilasi, Simak Info
Direktris LBH Apik, Ansy Damaris Rihi Dara mengharapkan Pos Kupang mendedikasikan dirinya sebagai media yang beragam. Pos Kupang mampu memberikan suara untuk semua kaum, tidak hanya satu kaum saja.
"Dulu Pos Kupang identik dengan suara orang Flores saja. Namun kini, Pos Kupang sudah memberikan sesuatu yang beragam dan berwarna," ujarnya.
Ansy juga berharap Pos Kupang bisa memberitakan isu korupsi. "Pos Kupang menjadi lebih kredibel dalam pemberitaannya." (cr1/kk//hh)