"Karena motif-motif kain tenun kami ini banyak ditiru di daerah lain. Tidak bisa dijiplak karena ada undang-undangnya. Jadi kami minta setiap pengrajin tenun ikat Sumba Timur yang mau mengurus hak paten tolong dilayani dulu, jangan bilang tidak bisa," ujar Rambu.
• BREAKING NEWS: Terlindas Ban Truk, Yohanis Tewas Ditempat
Lebih lanjut Rambu mengatakan, mengapa tenun ikat Sumba Timur harganya mahal. Menurut Rambu, karena asli tenun dan dibuatkan pakai tenaga dan bukan pakai mesin. Sedangkan dalam mengerjakan kain tenun ini juga membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan sampai setahun.
Dikatakannya, di Sumba Timur memiliki motif yang berbeda-beda bahkan hampir setiap desa. Misalnya di wilayah Kanatang terkenal dengan warna birunya yang indah dan sangat bagus.
"Di wilayah Rende terkenal dengan motif andung, kain warna merah dari Kaliuda Pahunga Lodu, sedangkan wilayah Kambera kaya akan motif," pungkas Rambu.
Boikot
Praktik jiplak tenun ikat NTT oleh daerah lain tentu mempunyai dampak yang cukup besar. Dampaknya bisa dilihat dari beberapa aspek, antara lain kepercayaan wisatawan terhadap motif tenun ikat NTT.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT, Ir. Wayan Darmawa, MT menegaskan, penjiplakan terhadap karya tenun ikat Sumba Timur berdampak pada sektor pariwisata.
Menurut Wayan, penipuan sistematis yang dilegalkan terhadap kekayaan warisan leluhur akan berdampak secara nasional. Wisatawan menjadi ragu atas karya hebat dan unik dari masing-masing anak daerah.
"Membangun pariwisata harus dengan aras yang jelas, yaitu perpaduan antara budaya dan ekonomi. Dan dalam budaya lekat dengan penghargaan nilai, rasa kecintaan dan kejujuran," kata Wayan saat dihubungi Senin (1/7/2019).
• Pemuka Agama di Tangerang Tewas Dibunuh oleh Adik Iparnya, Pelaku Dikeroyok Warga saat Diamankan
Karena itu, lanjut Wayan, produk budaya mendapat nilai ekonomi oleh wisatawan.
Bahkan, dampak lain, yakni praktek ilegal mengakui kekayaan daerah ditengah kekosongan legalitas atas hak intelektual sesama anak bangsa adalah kesesatan ekonomi semata.
"Kesesatan ekonomi ini tanpa rasa hormat atas karya dan nilai yang dikandung dari produk budaya yang telah eksis dalam rentang waktu yang panjang. Karya-karya seperti itu selayaknya diboikot oleh pencinta produk-produk budaya karena tidak layak digunakan orang berkarakter," katanya.
• Sediakan Paket Khusus Jamaah Haji, XL Axiata Gandeng Semua Operator di Arab Saudi
Untuk itu, kata Wayan, kehebatan tenun ikat NTT boleh ditiru dan dijiplak perorangan atau daerah tertentu, tapi jika ingin yang asli hanya ada di NTT. "Umumnya yang imitasi atau jiplakan hanya tenar sesaat. Karena itu, kita tetap pertahankan keaslian produk-produk kita," tandasnya. (yel/rob/aca/ant)