Berita Cerpen

Cerpen Maria Hebi: Jimmy Aku Ingin Mencuri Hatimu!

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cerpen Maria Hebi: Jimmy Aku Ingin Mencuri Hatimu

Aku larut, berteduh di kehangatan yang menyapa, tentang dia yang tersamar rupa. Merajut sepi di harum senja, mengalung rindu esok menjumpa, meski hanya dalam untaian kata-kata.

Ruang dan waktu seolah kejam memagari semua gerak yang lelah melemah dan lunglai. Tuturnya menggelut dalam, kata-katanya bertikai, menikam jantung membelah ngarai.

Energi mengalir darinya, teteskan aroma mawar putih yang selalu kucium di saat pagi merekah.

"Ah, Jimmy, jangan katakan jika engkau telah mencuri hatiku." Aku ingin menulisi ruang kosong di beranda hatiku agar ia menjadi bernyawa dalam warna. Namun di batas malam ini aku harus berhenti dan membiarkan tubuh menikmati pesona mimpi, dalam sirkulasi dan metabolisme.

Aku benar-benar harus berhenti, untuk paru-paru yang mengembang, untuk jantung yang berdetak, untuk kaki yang menggulung, untuk tangan yang terkatup, untuk mata yang tak mengedip, untuk mulut yang mendiam, untuk kepala yang bersandar, untuk keteduhan malam dalam kesyukuran.

Dan aku mesti percaya tentang takdir. Tentang nasib dan keberuntungan. Kemudian aku berbisik perlahan pada diriku.

Jimmy, aku ingin mencuri hatimu dan membaca setiap kata yang tertulis di sana.

Meski kita berdiri di antara maya dan nyata. Aku ingin diam bermukim dalam sepi jiwa, di antara bebukitan berumput dan tumbuhan perdu, memandang jauh ke dalam kehidupan yang akan datang, di mana bersarang kebenaran yang hakiki.

Tentang Cinta Tuhan yang tak pernah aus, agar aku dapat menelisik dalam isi hati dan mengorek rahasia terdalam sanubari.

Untuk rasa yang pernah terjajah oleh amuk dan dengki, oleh dendam dan prasangka.

Aku ingin menemukan hikmat dan pengertian dalam rasa yang tak pernah pudar.

Sholat Tahajud! Ternyata Ini 15 Fadilah dan Keutamaan Sholat Tahajud Menurut Alquran dan Hadits

Demikianlah kau selalu menulisi tubuhmu dengan kebaikan, kau oret sudut-sudut yang menonjol. Bahasa di tubuhmu menjelma ruas-ruas kebenaran, tentang daya yang memampukan.

Darinya terlahir buah kejujuran tentang hati dan rasa. Kau setia seperti waktu, seperti malam meminang fajar, sabar merenda helai-helai pengertian dalam jejak satu rentang masa sampai kau benar-benar mengerut dan akhirnya tiada. Kau kan tinggalkan kisah menyerpih di kaki pena. (*)

*) Mamar : kebun yang mengelilingi sumber air (bahasa Dawan)

Berita Terkini