Lalu Jemsius pergi ke Puskesmas Binaus ambil surat rujukan dan dalam perjalanan berpapasan dengan kepala puskesmas dengan mobil ambulans.
Jemsius minta dibuatkan surat rujukan, namun kepala puskesmas menolak dengan alasan tidak kenal dengan pesien.
“Kepala puskesmas bilang atas dasar apa dia kasih surat rujukan. Katanya, dia tidak bisa keluarkan surat rujukan sembarangan. Dia juga tidak tahu istri saya itu siapa. Padahal sebelumnya kepala puskemas bilang kalau ada apa-apa telepon dia. Karena tidak dapat surat rujukan, saya kembali ke RSU,” kata Jemsius.
Sampai di Poli Kebidanan, ada dokter dan katanya tetap harus ikuti aturan, harus bawa rujukan. Dokter suruh Jemsius kembali ke UGD untuk daftar, tapi di UGD ditolak karena tidak bawa rujukan. Lalu dokter itu minta Jemsius ke ruangan,, namun ditolak juga karena harus pakai rujukan.
“Saat itu kami ketemu bidan dari Binaus lalu dia bersedia antar kami ke Puskesmas Binaus dengan mobil pick up. Sampai di Binaus langsung ke ruang bersalin.
“Kepala anak sudah keluar di jalan lahir, tapi nona (Paulina) tidak ada tenaga lagi sehingga dibantu oleh mantri untuk mendorong, tapi tetap tidak bisa. Akhirnya nona dirujuk kembali ke RSUD SoE dengan mobil puskesmas,” kata Jemsius.
Dalam perjalanan Paulina muntah dan sampai di RSU langsung dibawa ke ruang bersalin dan di sana Paulina dipakaikan alat bantu pernapasan.
“Di sana ada bidan yang gertak nona bilang cepat muku supaya bisa keluar padahal istri saya sudah tidak ada tenaga lagi, dia dari pagi. Matanya sudah terbolak balik, lalu mereka tendes jantung istri saja katanya jantung lemah. Dokter Budi masuk dan berteriak lalu diputuskan untuk operasi,” kata Jemsius.
Beberapa saat kemudian, kami diberi tahu bahwa anak sudah lahir dan ada pengangkatan rahim serta ada luka di bagian rahim nona dan itu antara hidup dan mati. Paulina tetap di ruang operasi dan pukul 22.00 Wita, doker keluar dan memberitahu akan ada operasi kedua karena ada pendarahan.
“Sudah donor 7 kantong, tapi masih pendarahan lalu kata dokter akan dirujuk ke RSU Kupang. Namun tidak jadi, katanya RSU Kupang full. Lalu nona dipindahkan ke ruang ICU itu. Saat itu sudah hari Jumat dini hari. Pagi harinya nona masih sadar, namun siang hari nona meninggal dunia,” kata Jemsius.
Jemsius kecewa dengan pelayanan RSUD SoE. Menurutnya, jika dari awal Paulina bisa segera ditolong, tentu bisa meminimalisir kejadian buruk itu.
“Saya kecewa sehingga saya laporkan mereka ke polisi, saya ingin keadilan,” kata Jemsius.
Sabtu siang polisi ke rumah duka untuk melakukan visum dan otopsi terhadap jenazah korban, namun keluarga menolak. (*)