Opini

Opini: Kramagung Leba Wai, Antara Peran dan Saksi

Di era Antroposen ini, ketika krisis ekologi dan alienasi sosial mencapai titik kritis, ritual seperti Leba Wa'i justru menjadi semakin relevan. 

|
Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI GREGORIUS NGGADUNG
Gregorius Nggadung 

Dalam konteks Indonesia yang pluralistik, ritual ini menawarkan model toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan yang sangat dibutuhkan.

Namun, pelestarian tradisi ini tidak boleh berhenti pada level museum hidup. Ia harus ditransformasi menjadi praktik yang relevan untuk tantangan kontemporer. 

Mungkin  Leba Wa'i bisa menjadi inspirasi untuk ritual pembersihan digital — mematikan gadget sejenak sebelum memasuki ruang baru, atau praktik mindfulness sebelum berinteraksi dengan komunitas yang berbeda.

Yang pasti, dalam dunia yang semakin cepat dan terfragmentasi ini, kita membutuhkan ritual-ritual yang memperlambat langkah kita, yang memaksa kita untuk berhenti sejenak dan bertanya: "Apakah saya benar-benar bersih?" 

Bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara moral, spiritual, dan ekologis. Leba Wa'i, dengan segala kesederhanaannya, menawarkan jawaban yang profound: kebersihan sejati adalah proses berkelanjutan yang melibatkan tidak hanya diri kita, tetapi juga komunitas dan alam di sekitar kita. 

Dalam tumpukan daun yang berserakan di hutan Mbengan itu, tersimpan hikmat yang mungkin justru dibutuhkan dunia modern ini.

Peran Pemerintah Daerah

Mengarah pada banyaknya kajian budaya di Manggarai Timur, baik yang tertuang dalam Pokok Pikiran Kebudayan Daerah (PPKD), maupun yang belum terinventarisir. 

Ketika Anda membaca PPKD Kabupaten Manggarai Timur, banyak Objek Pemajuan Kebudayaan yang sebetulnya belum tejaring. 

Pertanyaan, apakah pernah melakukan inventaris ke desa-desa? Jika mengutip sebuah larik puisi yang ditulis Rendra, “keluar ke jalan raya, keluar ke desa-desa mencatat sendiri gejala dan persoalan yang nyata”.

Pentingnya pembangun pustaka budaya di setiap desa sebagai Pokok Pikiran Kebudayan Desa. 

Sebab, di desa-desa, komunitas, dan pelaku budaya masih berpose pada ketahan budaya, maka pentingnya kehadiran pemerintah untuk memperkuat elemen tersebut dalam menghidupkan aspek perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan.

Menyediakan platform seperti Data Pokok Kebudayaan, hal ini menjadi ruang terbuka bagi setiap orang yang hendak melakukan penelitian dan yang sudah melakukan penelitian.

Memberikan data kebudayaan dan rekomendasi tindak lanjut. Platform seperti Dapobud menjadi samudera, mempertemukan laut yang datang membawa kabar pantai yang disinggahinya. (*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved