NTT Terkini
Frids Wawo Lado dari NTT Ikut Pelatihan Juru Bicara Infrastruktur, Menko AHY Beri Apresiasi
Masyarakat Asta Cita Indonesia (MACI) mengutus Frids Wawo Lado, perwakilan dari Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk mengikuti Bimbingan Teknis.
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Apolonia Matilde
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Masyarakat Asta Cita Indonesia (MACI) mengutus Frids Wawo Lado, perwakilan dari Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Training of Trainers (ToT) Juru Bicara Infrastruktur yang digelar di Kantor Kementerian Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Kamis (7/8/2025).
Pelatihan ini menjadi bagian dari strategi MACI memperkuat jaringan juru bicara di 38 provinsi, guna mengawal komunikasi publik pembangunan infrastruktur nasional menuju visi Indonesia Emas 2045.
Dengan pelatihan ini, diharapkan akan lahir juru bicara infrastruktur yang kompeten dan mampu menjadi garda depan dalam menyampaikan capaian, tantangan, serta arah pembangunan nasional kepada publik dengan jernih dan kredibel.
Frids Wawo Lado menyampaikan rasa bangganya dapat mewakili NTT dalam kegiatan ini. Ia menilai pelatihan tersebut merupakan bekal penting bagi dirinya untuk membawa narasi pembangunan yang positif dan faktual di daerahnya.
"Saya berterima kasih kepada MACI atas kepercayaan ini. Pelatihan ini membuka wawasan saya tentang bagaimana menjadi juru bicara infrastruktur yang tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga membangun kepercayaan publik," ujar Frids, Jumat (8/8/2025) dalam pernyataannya.
Ia menegaskan, sebagai juru bicara di tingkat provinsi, tugasnya tidak hanya menyebarkan pesan pemerintah, tetapi juga menyerap aspirasi masyarakat untuk kemudian menyampaikannya kepada pemangku kebijakan.
Menurut Frids, NTT memiliki potensi besar di sektor infrastruktur, mulai dari konektivitas antarwilayah, pembangunan jalan dan jembatan, hingga fasilitas publik yang menunjang perekonomian daerah. Namun, tantangan geografis dan keterbatasan sumber daya membuat peran komunikasi publik menjadi krusial.
"Saya akan berupaya mengawal setiap informasi pembangunan di NTT agar masyarakat mendapatkan gambaran yang jelas dan benar. Prinsipnya, rakyat harus tahu arah dan manfaat pembangunan yang sedang berjalan," katanya.
Frids juga menilai semangat yang diusung MACI, yakni “Tuhan Maha Tahu, Rakyat Harus Diberitahu”, menjadi pegangan dalam menjalankan tugasnya.
Ia berharap, melalui jaringan juru bicara yang dibentuk MACI, informasi pembangunan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat di pelosok NTT.
Dengan bekal dari pelatihan ini, Frids optimistis dapat berkontribusi dalam menghubungkan visi besar Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dengan realitas pembangunan di daerah, serta memperkuat peran masyarakat sebagai mitra aktif pemerintah dalam membangun NTT.
Ketua MACI, Muh Zulfikar Suhardi, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan saja pelatihan teknis, melainkan merupakan bagian dari agenda strategis nasional yang jauh lebih besar.
“Pembangunan infrastruktur bukan hanya proyek fisik. Ia adalah strategi politik dan sosial yang menjawab ketimpangan, memperkuat konektivitas nasional, dan membuka peluang ekonomi di seluruh penjuru negeri,” kata Zulfikar.
Ia menambahkan bahwa dalam kerangka Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, infrastruktur menjadi elemen fundamental yang tidak hanya menuntut pembangunan fisik, tetapi juga narasi publik yang kuat dan berkelanjutan.
Melalui program ini, MACI mendorong lahirnya para Juru Bicara Infrastruktur yang mampu menyampaikan informasi pembangunan secara presisi dan menjangkau masyarakat luas.
Sementara itu, Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang membuka secara resmi kegiatan tersebut, menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif MACI.
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan Bimbingan Teknis Training of Trainer, Juru Bicara Infrastruktur yang diinisiasi oleh Masyarakat Asta Cita Indonesia (MACI). Inisiatif ini dipimpin oleh Bung Muhammad Zulfikar Suhardi. Saya juga turut mengapresiasi langkah ini sebagai upaya membangun komunikasi publik yang lebih kuat dan berkualitas dalam menyampaikan program pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto,” ujar AHY.
Lebih lanjut, AHY menjelaskan bahwa komunikasi publik adalah bagian yang tak terpisahkan dari kebijakan publik.
Menurutnya, komunikasi bisa berlangsung di mana saja, mulai dari interaksi tatap muka, ruang digital lintas platform, hingga obrolan santai di warung kopi.
“Komunikasi publik dan kebijakan publik adalah satu kesatuan yang saling menguatkan,” kata AHY.
Para peserta bimtek juga mendapatkan materi dari sejumlah menteri terkait serta para profesional di bidang komunikasi dan infrastruktur.
Tujuannya adalah membentuk para juru bicara yang tidak hanya andal dalam menyampaikan pesan, tetapi juga mampu menjadi duta pembangunan di tengah masyarakat.
“Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Untuk mewujudkan visi besar seperti Asta Cita, dibutuhkan peran aktif masyarakat sebagai ambassador yang mampu menyuarakan kebenaran, mendengarkan aspirasi rakyat, dan menjaga kepercayaan publik,” kata AHY. (fan)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.