Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 3 Agustus 2025, "Orang Kaya yang Bodoh"

Dia lalu berencana merombak gudang-gudangnya dan membangun yang lebih besar. Menarik disimak, orang kaya itu kelihatannya tak punya kawan

Editor: Eflin Rote
Dok. POS-KUPANG.COM
RP. John Lewar SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik 

Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Minggu, 3 Agustus 2025
Hari Minggu Biasa XVIII
Pkh. 1:2; 2:21-23; Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17; Kol. 3:1-5.9-11;
Luk. 12:13-21.
Warna Liturgi Hijau

Orang Kaya yang Bodoh

Orang kaya dalah orang yang beruntung, karena tanah yang dimilikinya sangat subur. Tetapi, keberuntungan itu malah membuat hatinya gundah. Dia bingung menyimpan panenan karena tak punya gudang yang cukup besar.

Dia lalu berencana merombak gudang-gudangnya dan membangun yang lebih besar. Menarik disimak, orang kaya itu kelihatannya tak punya kawan, apalagi sahabat, yang bisa dimintai pendapat atau tempat dia bisa mencurahkan idenya.

Dia memikirkan masalahnya sendiri dan hanya untuk diri sendiri. Satu-satunya orang yang diajaknya bicara ialah dirinya sendiri. Dia seorang otonom-merasa bisa melakukan segala sesuatu sendirian: berpikir sendiri, bekerja sendiri, dan berfokus pada diri sendiri. Tampaknya, hobi orang kaya ini memang mengumpulkan harta.

Dia tak begitu suka untuk berbagi. Mungkin, dia beranggapan bahwa tanah itu toh milik sendiri. Dia telah bekerja keras agar mendapatkan hasil terbaik, masa harus dibagi-bagikan? Akhirnya, dia memuji diri sendiri dan berikhtiar menikmati hidup.

Sungguh sayang, kala hendak menikmati hidup, dia meninggal. Dia begitu sibuk dengan kegiatan mengumpulkan kekayaan hingga lupa menikmati hidupnya. Dia kehilangan kebahagiaan di dunia, juga di akhirat. Yesus menyebut dia sebagai orang kaya yang bodoh.

Kisah orang kaya yang bodoh sebagaimana dikisahkan dalam Injil Lukas 12: 13-21, adalah sebuah contoh tentang pemahaman yang salah mengenao tujuan hidup. Dalam pandangan orang Yahudi di zaman Yesus, kekayaan adalah lambang berkat dari Allah.

Jika orang memiliki harta benda, itu tandanya Allah memberkatinya; sedangkan jika orang menjadi miskin, sakit dan menderita, itu berarti orang yang bersangkutan dikutuk oleh Allah karena dosa-dosanya sendiri atau dosa orangtuanya.

Namun bagi Yesus, kekayaan tidak identik dengan rahmat dan kemiskinan atau penderitaan identik dengan dosa.

Yesus tidak mencelah kekayaan tetapi mencela orang yang memiliki sikap yang salah terhadap kekayaan. Jadi perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh itu dicela Yesus karena ketamakan, egoisme dan ketertutupan terhadap sesama yang berkekurangan.

Orang kaya itu dianggap bodoh, karena hobinya hanya untuk mengumpulkan harta. Kekayaan itu dipergunakan untuk kesenangan pribadinya dan tidak menjadi sarana untuk membahagiakan orang lain.

Orang itu pasti orang yang bekerja dengan keras sehingga menjadi kaya, menjadikan kekayaan itu sebagai tujuan hidup.

Orang kaya yang bertujuan hanya memperkaya diri, tidak akan pernah tenang dan bahagia dan kalau pun kelihatan senang itu hanyalah sementara saja. Mereka selalu cemas dan semakin cemas lagi jika hartanya makin banyak.

Orang kaya yang tamak sering meengalami stress berat dan penyakit jantung, lalu mengalami stroke atau mati sebelum waktunya. Dia begitu sibuk dengan kegiatan mengumpulkan kekayaan hingga lupa menikmati hidupnya. Dia kehilangan hidup.

Penulis Kitab pengkotbah telah menegaskan bahwa harta kekayaan itu akan menjadi milik kita hanya untuk sementara saja dan karena itulah ia menyebutnya sebagai kesia-siaan (Pengkotbah 1: 2). Itulah sebabnya Allah mengatakan kepada orang kaya itu: ”Hai orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu”.

Orang kaya itu dikatakan bodoh karena ia menyimpan kesia-siaan: orang kaya itu hanya memperhatikan dirinya sendiri dan enggan memanfaatkannya untuk kebaikan orang lain. Ia menyimpan untuk dirinya sendiri dan karena itu hidupnya tidak berarti untuk orang lain dan sekaligus tidak berarti untuk Allah.

Rasul Paulus menegaskan kepada kita agar memikirkan apa yang ada di atas dan bukan di bumi (Kolose 3:2). Cara yang tepat untuk mempersiapkan jalan menuju Allah lewat harta benda kita ialah dengan mencintai dan solider dengan sesama, khususnya mereka yang kecil, miskin dan tak berdaya dan menggunakan kekayaan kita untuk memajukan keadilan dan kedamaian.

Orang kaya yang egois adalah pengumpul kesia-siaan. Ketika kita mati, tak seorang pun yang akan membawa serta hartanya. Kita hanya dihadiahkan sebidang tanah untuk kuburan berukuran 2 x 1 meter.

Mari kita berlomba-lomba untuk kaya di hadapan Tuhan dengan mengasihi dan berbagi yang kita miliki buat sesama.

Doa:

Ya Allah Bapa Pemilik kehidupan. Penuhilah hati kami setiap hari dengan kasih setiaMu, supaya kami bernyanyi gembira seumur hidup. Limpahkanlah kemurahanMu kepada kami dan teguhkanlah pekerjaan tangan kami...Amin.

Sahabatku yang terkasih. Selamat Hari Minggu Biasa XVIII. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin. (Pastor John Lewar SVD)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved