NTT Terkini 

Kasus HIV/AIDS di NTT, Pengamat Kesehatan Soroti Lemahnya Penanganan dan Rendahnya Kesadaran Moral

Data terbaru menunjukkan bahwa penyebaran virus ini masih tergolong tinggi, terutama di kalangan remaja, usia produktif, hingga ibu rumah tangga. 

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
Pengamat kesehatan sekaligus Kepala Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M) Universitas Citra Bangsa Kupang, Vinsensius Belawa Lemaking, SKM., M.Kes, 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yuan Lulan

POS-KUPANG.COM, KUPANG -- Kasus HIV/AIDS di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terus menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun.

Data terbaru menunjukkan bahwa penyebaran virus ini masih tergolong tinggi, terutama di kalangan remaja, usia produktif, hingga ibu rumah tangga. 

Beberapa daerah dengan angka kasus signifikan antara lain Kota Kupang, Belu, Malaka, Sumba Timur, Lembata, Flores Timur, dan Manggarai Barat.

Menanggapi kondisi ini, pengamat kesehatan sekaligus Kepala Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M) Universitas Citra Bangsa Kupang, Vinsensius Belawa Lemaking, SKM., M.Kes, menilai bahwa lonjakan kasus HIV/AIDS di NTT bukanlah sesuatu yang mengejutkan.

Baca juga: Wakil Ketua Komisi V DPRD NTT Janjikan Prioritas Anggaran Urus HIV/Aids


"Naiknya kasus ini sebenarnya hal yang wajar, karena selama 10 tahun terakhir tidak ada perubahan yang berarti dalam upaya penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS di NTT," ujar Vinsensius.

 Ia menilai masyarakat sudah mulai menganggap HIV sebagai hal biasa, dan inilah yang menjadi titik lemah dalam memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.

Menurutnya, kelompok yang paling rentan terhadap HIV/AIDS saat ini adalah kaum LGBT dan pekerja seks komersial (PSK).

Meskipun sebagian dari mereka sudah mengetahui status HIV positifnya, rutinitas tetap dijalankan tanpa pengawasan ketat dan kesadaran moral untuk mencegah penularan lebih luas.

"Dampak akhirnya dirasakan oleh kelompok yang sebenarnya tidak terlibat langsung, seperti para ibu rumah tangga. Fenomena gunung es ini bisa menjadi bom waktu yang akan meledak sewaktu-waktu," katanya.

Ia menambahkan, jika seluruh masyarakat diwajibkan melakukan tes HIV, maka kemungkinan besar angka kasus akan melonjak tajam.

Oleh karena itu, selain pendekatan medis melalui skrining dan pemberian obat antiretroviral (ARV), perlu ada pendekatan moral dan regulasi yang lebih tegas.

"Jika seseorang benar-benar memiliki kasih terhadap sesamanya, maka ia tidak akan menyebarkan virus kepada orang lain. Minum ARV secara teratur bisa menekan penularan. Tapi jika dibiarkan, maka penyebar HIV ini sejatinya termasuk dalam kategori pembunuh, karena orang yang ditulari akan menderita hingga meninggal dunia," ujarnya tegas.

Vinsensius menekankan pentingnya pemerintah mengambil langkah tegas, termasuk menerapkan peraturan daerah (Perda) khusus terkait HIV/AIDS, serta membangun sistem pengawasan yang konsisten. 

Menurutnya, tanpa langkah konkret dan komitmen dari semua pihak, HIV/AIDS akan terus menjadi ancaman nyata bagi generasi NTT.

"Pemerintah harus bersikap tegas dan konsisten. Jika tidak, penyakit ini akan membunuh lebih banyak warga NTT dalam diam," tutupnya. (uan)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS    

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved