Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik 1 Agustus 2025, "Gosip Lebih Kejam dari Tusukan Pedang"
Tuhan Yesus mengkritik keras atas sikap orang Nazaret yang menutup hatinya akan karya Allah melalui diri dan kehadiranNya
Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Jumat, 1 Agustus 2025
Peringatan Wajib St. Alfonsus Maria de Liguori
Im. 23:1,4-11,15-16,27,34b-37; Mzm. 81:3-4,5-6ab,10-11ab; Mat.13:54-58
Warna Liturgi Putih
Gosip lebih kejam dari Tusukan Pedang
Seorang ibu di suatu tempat dikenal jarang ke gereja dan berdoa. Dia juga di kenal sebagai orang yang pelit, tidak suka menolong sesama dan "tidak gaul".
Namun kini, ia rajin ke gereja setiap hari. Ia juga menunjukkan keramahan kepada siapa pun. Ia benar-benar ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Namun, tetangga dan teman-temannya tidak serta-merta bergembira dan bersyukur atas perubahan hidupnya.
Mereka menaruh curiga terhadap perubahan hidupnya dan berpikir: jangan-jangan dia ada maksud lain. Mereka sulit percaya bahwa ada orang yang bisa berubah dan bertobat.
Menjadi orang baik tidaklah dengan sendirinya langsung ditanggapi positif oleh orang-orang sekitar. Maksud baik seseorang tidak serta-merta dianggap sebagai murni bentuk pertobatan.
Namun, itulah risiko yang harus dihadapi selama transisi antara meninggalkan kebiasan lama dan menjalani kebiasaan baru. Dalam injil Matius (13: 54-58) dikisahkan bahwa Yesus berkesempatan pulang kampung. Ia pergi ke Rumah Ibadat dan mengajar di sana. Tetapi orang-orang Nazaret justru menolaknya.
Tuhan Yesus mengkritik keras atas sikap orang Nazaret yang menutup hatinya akan karya Allah melalui diri dan kehadiranNya. Mereka bukannya bangga mempunyai seorang nabi besar dan Mesias yang dibesarkan di daerah mereka.
Tetapi ternyata mereka menolak Yesus. Mereka menolak kenyataan bahwa Yesus sebagai anggota masyarakat mereka ternyata memiliki kemampuan dan wibawa luar biasa dalam mengajar. Mereka sudah terpola pada pemikiran bahwa orang hebat seharusnya diasalkan dari keluarga hebat.
Orang-orang Nasaret tidak mau menerima Yesus karena menilai Yesus dari latar belakang keluarga-Nya. Mereka tahu keluargaNya. Darimana diperolehNya hikmat dan kuasa untuk mengadakan mukjizat-mukjizat itu?
Mereka menghina, merendahkan, meremehkan pribadi-Nya yanghanya anak tukang kayu, keluarga biasa-biasa bahkan tak punya status sosial di mata masyarakat. Demikian mereka menggugat Yesus. tetapi Yesus tidak mau terjebak oleh arus pemikiran itu.
Ia memilih keluar dari situasi itu dan mengembangkan dirinya sesuai tuntutan BapaNya yang memberi kuasa dan wibawa sebagai Anak Allah.
Penilaian orang banyak sering lebih kejam daripada pedang tajam. Bullying orang-orang lebih mematikan daripada racun atau ular berbisa.
Membully orang itu adalah tindakan yang tidak manusiawi. Zaman sekarang, orang merasa diri paling tahu segala-galanya. Dengar berita sedikit saja dan belum jelas dari mana sumbernya, orang langsung menyebarkanya kemana-mana. Dan kadang ditambahi dengan bumbu-bumbu yang makin pedas.
Seperti orang-orang Nasaret itu, mereka tidak mengenal siapa Yesus sesungguhnya, tetapi sudah menghakimi dan menyimpulkan sendiri.
Renungan Harian Katolik Jumat 29 Agustus 2025, "Kenapa Dendam Tetap Tersimpan di Hati?" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Jumat 29 Agustus 2025, "Penguasa: Privilese, Reputasi Lebih Penting" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Jumat 29 Agustus 2025, "Kepala Yohanes Pembaptis" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Kamis 28 Agustus 2025, “Berjaga-jagalah” |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Kamis 28 Agustus 2025, "Siaga untuk Selalu Berbuat Baik" |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.