NTT Terkini
Tonggak Baru Pencegahan Stunting, Riset Buktikan Kelor Turunkan Angka Stunting
Namun demikian, di tingkat nasional, temuan ini sudah cukup kuat untuk menjadi pijakan dalam merumuskan kebijakan kesehatan.
Laporan reporter POS-KUPANG. COM, Tari Rahmaniar Ismail
POS-KUPANG.COM,KUPANG – Sebuah terobosan penting dalam pencegahan stunting di Indonesia datang dari kekayaan lokal yakni daun kelor (Moringa oleifera).
Penelitian systematic review terbaru membuktikan bahwa konsumsi kelor oleh ibu hamil dapat menurunkan angka kejadian stunting pada anak yang dilahirkan.
Studi komprehensif ini menunjukkan bahwa intervensi kelor selama masa kehamilan secara signifikan meningkatkan kadar hemoglobin (Hb) ibu dan berat badan bayi saat lahir.
Dampaknya pun nyata prevalensi stunting lebih rendah pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang rutin mengonsumsi kelor dibandingkan kelompok kontrol.
Baca juga: dr. Andre Hartanto Beberkan Peran Kelor Turunkan Stunting dan Gizi Ibu Hamil di Kongres KOGI XIX
Temuan ini disampaikan Dokter Andre Hartanto dalam forum ilmiah tertinggi, Kongres Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), yang berlangsung di Bali dari 17 Juli hingga 23 Juli 2025.
Dalam forum yang dihadiri oleh ratusan dokter spesialis kandungan dan kebidanan dari seluruh Indonesia itu, hasil studi tersebut mendapat pengakuan luas dan dinilai relevan secara klinis.
"Ini adalah bukti ilmiah yang sangat kuat. Kita berhasil menunjukkan bahwa intervensi gizi yang tepat sasaran selama kehamilan dapat secara langsung menurunkan angka stunting. Kita memotong akar masalahnya," ujar Andre Hartanto salah satu peneliti utama dalam presentasinya, Selasa (22/7/2025).
Ia juga mengatakan penelitian ini menganalisis berbagai studi berkualitas tinggi yang telah dilakukan sebelumnya. Hasilnya konsisten: konsumsi kelor mampu mencegah anemia pada ibu hamil serta menghasilkan bayi dengan berat badan lahir lebih tinggi, dua faktor penting yang berkontribusi pada pencegahan stunting.
Meski hasilnya menjanjikan, para peneliti menekankan bahwa riset lanjutan berskala lebih besar dan jangka panjang diperlukan untuk memperkuat temuan ini di tingkat global.
"Harapannya, studi multinasional dengan jumlah sampel yang lebih besar akan memperkokoh posisi kelor sebagai bagian dari intervensi gizi dunia," ujarnya.
Namun demikian, di tingkat nasional, temuan ini sudah cukup kuat untuk menjadi pijakan dalam merumuskan kebijakan kesehatan.
Penggunaan kelor di lini layanan dasar seperti Posyandu dinilai sangat potensial, mengingat tanaman ini mudah diperoleh, murah, dan sudah dikenal luas di masyarakat.
Dengan temuan ini, kelor bukan hanya sekadar tanaman tradisional, tetapi bisa menjadi ujung tombak dalam mencetak generasi bebas stunting menuju Indonesia Emas 2045—sehat, cerdas, dan berdaya saing. (iar)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.