Sikka Terkini
Kasus Rabies di Sikka NTT Meningkat Tajam Stok SAR Menipis VAR Aman
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka menunjukkan selama enam bulan berjalan terdapat 1073 kasus gigitan dari HPR namun belum ada meninggal dunia
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Arnold Welianto
POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) di Kabupaten Sikka dalam kurun waktu enam bulan (Januari-Juli 2025) meningkat tajam.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka menunjukkan selama enam bulan berjalan terdapat 1073 kasus gigitan dari HPR namun belum ada korban meninggal dunia.
Sementara ini stok Serum Anti Rabies (SAR) menipis sedangkan untuk stok Vaksin Anti Rabies (VAR) masih aman.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus mengatakan, menipisnya SAR ini karena Pemkab Sikka membantu memberikan kepada pasien dari Kabupaten Ende.
"Ketersediaan VAR kita masih ada, sedangkan stok SAR kita menipis karena kemarin kita bantu beri ada pasien dari Kabupaten Ende. Mudah-mudahan kita menekan kasus ini sehingga tidak ada korban lagi," jelas Petrus Herlemus, Jumat 18 Juli 2025.
Baca juga: Rabies di TTS Hingga 16 Juli 2025 Sudah Ada 23 Kasus Kematian
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, NTT mencatat sejak bulan Januari hingga Juli tahun 2025 terdapat 1073 kasus gigitan dari hewan penular rabies (HPR) namun belum ada kematian.
"HPR kita ada 1073 kasus dari Januari sampai bulan Juli, belum ada kematian dan saat ini masih KLB Rabies," Kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus.
Dikatakannya, terdapat 115 kepala anjing yang dikirim untuk dilakukan pemeriksaan dari Januari hingga Juli, dari 115 kepala anjing yang dikirim itu, 34 spesimen positif rabies.
"Total spesimen 115 kepala anjing yang dikirim dari Januari hingga Juli, dari 115 kepala anjing yang dikirim itu, 34 spesimen positif," jelasnya.
Korban yang mengalami kasus gigitan HPR ini sudah ditangani untuk kemudian divaksin anti rabies (VAR).
Baca juga: Komisi IV DPRD Kabupaten TTS Sebut Sejumlah Kendala Penanganan Rabies di TTS
Sementara itu, Salah satu kasus gigitan HPR dari Puskesmas Watubaing pun didiagnosa positif rabies karena digigit HPR sejak empat bulan lalu dan tidak mendapatkan VAR.
"Korban tidak melaporkan ke Puskesmas sehingga tidak diberikan VAR, Kemarin gejala -gejala ke arah situ, semoga tidak terjadi apa-apa,"ujarnya.
Kasus gigitan anjing terbanyak terdapat di Kecamatan Waigete dak Waiblama dan wilayah Kota.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.