Sosok dan Profil
Sosok Febby Nitte, Menemukan Kekuatan dari Benang dan Jarum
Dalam kesunyian, suara jarum melintasi benang menjadi irama penyemangat hidup bagi Febby Nitte perempuan asal Kelurahan Sikumana
Bagi Febby, setiap pola rajut bukan sekadar teknik atau estetika visual, melainkan latihan mental. Merajut mengajarkannya kesabaran, ketelitian, dan ketekunan.
Baca juga: Sosok Rumianik, ASN yang Punya Falsafah Hidup Menjadi Cahaya Bagi Orang Lain
“Saat merajut, kita belajar untuk konsentrasi penuh. Kalau tidak fokus, polanya akan salah. Itu sama seperti hidup. Kalau kita asal jalan, hasilnya bisa berantakan,” ujarnya sambil tersenyum.
Sebagai seorang ibu rumah tangga, istri, dan ibu dari anak-anaknya, Febby mengaku merajut membantunya menghadapi dinamika keluarga dengan lebih tenang.
“Merajut membuat saya lebih sabar. Dari sini saya belajar menyelesaikan masalah pelan-pelan, tidak buru-buru. Karena tidak semua hal bisa diselesaikan secara instan,” ungkapnya.
Setelah mulai menghasilkan produk-produk rajutan seperti tas, topi, dompet, dan taplak meja, Febby mencoba menjualnya secara daring maupun melalui pameran UMKM.
Tak disangka, produk-produk buatannya mendapat respons positif. Dari sinilah muncul semangat baru menjadikan merajut sebagai sumber ekonomi alternatif.
Baca juga: Sosok Willybrodus Adolfus Beny, ASN yang Sudah 51 Kali Lakukan Aksi Kemanusiaan Donor Darah
Harga yang dipasarkan mulai dari Rp15.000 hingga Rp700.000 dan sesuai pesanan.
“Saya merasa bangga saat orang lain pakai produk saya. Rasanya seperti, ‘wah, saya bisa juga, Dari situ muncul rasa percaya diri,” tuturnya.
Febby bisa mendapatkan keuntungan per hari hingga Rp1 juta, per bulan Rp3-5 juta dan per tahun mencapai Rp150 juta.
Kepercayaan diri itulah yang menurut Febby sangat penting dimiliki oleh setiap perempuan.
“Kalau perempuan punya rasa percaya diri, dia bisa lebih kuat, lebih tahan banting. Bahkan saya percaya, perempuan yang percaya diri bisa lebih tegas dalam menghadapi tekanan rumah tangga. Ini bisa jadi salah satu cara mencegah kekerasan dalam rumah tangga,” tegasnya.
Baca juga: Sosok Ipda Heru Sutaban, Polisi Bersepeda yang Peduli Akan Nasib Kaum Kecil di Ende
Kini Febby tak hanya merajut untuk dirinya sendiri. Ia mulai mengajak perempuan lain di sekitar tempat tinggalnya, termasuk remaja putri dari kampung-kampung, untuk belajar merajut.
Baginya, ini adalah bagian dari misi kecil untuk membangun kemandirian ekonomi perempuan di lingkungan lokal.
Meski banyak yang antusias pada awalnya, Febby mengakui bahwa menjaga konsistensi menjadi tantangan utama.
“Banyak yang semangat saat pelatihan atau diajar pertama kali. Tapi semangat itu sering cepat hilang. Besoknya mereka kembali ke rutinitas, lupa benang dan jarum,” ujarnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.