Resensi Buku
Resensi Buku: Menguak Tabir Menerjang Badai
Fakta lain menunjukkan litani panjang kerusakan lingkungan berkorelasi dengan produktivitas lahan terus berkurang karena gagal tanam dan gagal panen.
Kesewenangan aparatur negara terhadap rakyat kecil di Oeluan mencapai puncak memilukan yang ditandai dengan putusan sidang pengadilan tingkat pertama dan kasasi. Negara kalah.
Perlawanan rakyat secara terbuka dari gerbang batas negara RI - Tiles itu tersirat dalam merebut Maesmolo - Naijan Pusuf Kelef memberi shock therapi.
Mantan aparatur dan tokoh maasyarakat terperangah dan insaf jika kesewenangan masa lalu sedang mengalami ujian berat.
Menyusul delegasi kewenangan pusat kepada daerah yang disebut otonomi daerah memberi tanda tidak ada ambisi menumpuk kuasa di pusat pemerintahan melainkan membuka ruang membangun dengan kultur lokal kemudian terlibas oleh gerbong oligarki yang sarat korupsi kolusi dan nepotisme.
Ada tanda bahaya kolonialisme berwajah baru. Dan Banul di Popnam menempati nominasi pengelolaan kawasan hutan yang sangat heroik dan terukur dampaknya bagi sumber mata air dan keane-ragaman hayati terjaga rawat.
Masyarakat sipil peduli perubahan bernama Lembaga Swadaya Masyarakat teguh dan setia bersama rakyat kecil dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
LSM patut diakui sebagai sebuah konstruksi sosial dan terus mengkontruksi diri dibingkai monolog “Potret LSM di Timur” antara imajinasi dan kesaksian.
Bab IV Jalan tengah bukan kalah menang mengkonfirmasi asumsi pengelolaan hutan tanah dan air berbasis kultural.
Demokrasi Biinmaffo, dalam tradisi tutur dan karya nyata memberi jawaban.
Kultur demokrasi demikian sangat menginspirasi pola pengambilan keputusan pemerintahan lokal sekaligus penyelesaian masalah kehidupan umumnya.
Perumusan aturan dan perundangan sepatutnya mempertimbangkan histori dan sosiologi masyarakat setempat untuk selanjutnya dijadikan pijakan pada tataran operasional.
Bagian ini mengambil ancang-ancang menuju klimaks pertarungan kepentingan buku ini. Akan tetapi bukan soal kalah bukan juga soal menang melainkan mulai dengan membangun fokus sudut pandang bersama.
Review keutamaan kerja keras kerja tuntas dengan prinsip pengelolaan hutan, tanah dan air bersama masyarakat dan berbasis masyarakat dan formula pengelolaan sumber daya hutan tanah dan air kolaboratif mutual.
Bab V Penutup. Bagian akhir seketika menjadi closing statement isi buku secara keseluruhan. Bagian ini menjadi general ending gagasan yang terpola dalam wujud kesimpulan dan saran.
Tarik menarik kepentingan antara masyarakat lokal dan kepentingan negara ibarat tali pusar dengan sang ibunda yang menandai kehidupan.
Tidak hendak menampilkan kesan buku siap saji untuk disantap saja. Benar ada upaya nekad mendorong pola pikir dan membuat refleksi.
Adakah tradisional knowledges dan tradisional wisdoms telah menginspirasi aturan hukum dan perundangan-undangan negeri untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Adakah keadilan ekologis, adakah peningkatan pendapatan masyarakat setempat yang terukur antara ketahanan pangan dan kedaulatan pangan secara berkelanjutan.
Sudahkah ruang partisipasi dibangun seluas-luasnya tanpa mengabaikan kepentingan warga lokal dan sebaliknya warga lokal membuka diri untuk perubahan dan kebaikan bersama.
Menguak Tabir Menerjang Badai serasa menantang untuk berguru dan belajar tanpa intrik berselaput propaganda mencari sensasi murahan.
Menguak Tabir Menerjang Badai berkhabar reportasi investigasi kegelisahan atas posisi dan kondisi komunitas lokal, sesama anak negeri yang lazim tidak terdengar suara itu kini mengalun rindu kehadiran bapa bangsa dan bunda pertiwi. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.