Sosok dan Profil

Sosok Goris Takene: ASN dan Penulis Sunyi yang Mengabdi Tanpa Pamrih 

Kalimat sederhana itu bukan sekadar semboyan hidup bagi Gregorius Takene  yang akrab dipanggil Goris Takene

Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/HO-GORIS TAKENE
GORIS TAKENE- Sosok Goris Takene, ASN yang juga menjabat sebagai Ketua RW 003 di Kelurahan Bello, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang.  

POS-KUPANG.COM, KUPANG- "Selalu ada harapan bagi orang yang selalu berdoa dan bekerja."

Kalimat sederhana itu bukan sekadar semboyan hidup bagi Gregorius Takene  yang akrab dipanggil Goris Takene.

Falsafah ini menjadi prinsip yang membentuk seluruh perjalanan hidup dan pengabdiannya, baik di tengah masyarakat, gereja, maupun dunia jurnalisme Nusa Tenggara Timur (NTT).

Meski namanya tidak akrab di panggung nasional, Goris adalah sosok yang cukup disegani di lingkup jurnalis lokal NTT. 

Baca juga: Sosok Yabes Roni, Pemain Bali United Asal NTT yang Merasakan Racikan 7 Pelatih Berbeda

Hal ini cukup beralasan sebab mantan wartawan sejumlah media lokal itu kerap menghadirkan tulisan-tulisannya yang tak hanya berbobot tetapi punya perspektif yang mendalam dan menyentuh akar persoalan. 

Ia bukan tipe jurnalis yang mengejar sensasi, tetapi memilih untuk menggali dan merawat makna dari setiap peristiwa yang ia tulis.

Dari Anak Kampung ke Ruang Redaksi

Lahir dan besar sebagai anak sulung dari delapan bersaudara, Goris menapaki jalan hidup yang tidak mudah. 

Ia memulai pendidikan dasarnya di SD Inpres Bello, lalu melanjutkan ke SMP Negeri 1 Kefamenanu, sebelum menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMP Negeri Eahun, Rote Timur. Masa SMA ia habiskan di SMAN 1 Lewoleba, Lembata.

Berbekal tekad dan semangat belajar tinggi, ia melanjutkan pendidikan tinggi di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ternama di Kota Kupang, dan berhasil meraih gelar Sarjana Ekonomi.

Baca juga: Sosok Romo Yohanes Kartiba, Tiga Tahun Mengabdi di Stasi Manulai II Kini Dipanggil ke KWI

Namun, Goris bukanlah tipe yang berdiam diri dalam kenyamanan gelar dan jabatan. 

Sejak muda, ia telah menjelajah hampir seluruh kabupaten di NTT bukan untuk pelesiran, tapi dalam misi jurnalistik dan pekerjaan. 

Sebagai wartawan lokal, ia pernah mengabdi di sejumlah media di Kupang dan wilayah lainnya di NTT.

Pengabdi yang Diam-Diam Bekerja

Kini, Goris Takene menjabat sebagai Ketua RW 003 di Kelurahan Bello, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang. 

Ia juga merupakan aparatur sipil negara (ASN) aktif yang bekerja di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang.

Meski memegang jabatan publik, Goris bukanlah sosok yang gemar tampil. Ia lebih memilih bekerja dalam diam, membantu warga tanpa pamrih, bahkan tanpa pernah bertanya soal imbalan. 

Baca juga: Sosok Rumianik, ASN yang Punya Falsafah Hidup Menjadi Cahaya Bagi Orang Lain

“Sekali saya membantu, saya tidak menghitung berapa saya dibayar. Karena bagi saya, yang utama adalah ketulusan,” ujarnya suatu kali kepada rekan sejawat.

Gaya kepemimpinannya mencerminkan karakter pribadinya: tegas namun tenang, sederhana namun berdampak. 

Ia adalah sosok yang, jika sudah berkata “ya”, akan bekerja tanpa menoleh ke belakang.

Namun, ia juga dikenal sebagai pribadi yang memegang prinsip sekali dikecewakan, kepercayaan sulit dipulihkan.

Antara Gereja, Masyarakat, dan Kesunyian Tulisan

Selain aktif di masyarakat, Goris juga dikenal sebagai pribadi yang aktif dalam pelayanan di lingkungan gereja Katolik lokal. 

Ia menjadi penghubung yang kuat antara nilai-nilai spiritual, sosial, dan profesional. 
Kepercayaannya bahwa "doa dan kerja" adalah fondasi harapan telah menjadikannya figur teladan yang dicintai, meski tak banyak disorot media.

Baca juga: Sosok Willybrodus Adolfus Beny, ASN yang Sudah 51 Kali Lakukan Aksi Kemanusiaan Donor Darah

Di dunia yang kerap diramaikan oleh pencitraan, Goris memilih berjalan dalam senyap—menulis, membantu, dan membangun dengan hati. 

Ia bukan selebritas publik, tapi cahaya kecil yang menyala di tengah-tengah masyarakat, terutama bagi mereka yang benar-benar mengenalnya.

Goris Takene adalah potret langka dari seorang pelayan masyarakat yang tidak mengincar pujian. 
Ia bekerja karena panggilan hati, bukan ambisi pribadi. Dalam diamnya, ia terus menggerakkan perubahan. 

Dalam keteguhannya, ia menjadi harapan yang nyata bagi warga, jurnalis muda, dan siapa pun yang percaya bahwa hidup ini bisa dijalani dengan ketulusan dan iman.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved