Erupsi Lewotobi
Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus Lagi, Kolom Abu Capai 10 Kilometer
Gunung Lewotobi Laki-laki, Kabupaten Flores Timur kembali erupsi Selasa (17/6/2025) pukul 18.50 Wita.
Atas kenaikan status tersebut, bagi masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki direkomendasikan untuk mewaspadai potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi terutama daerah Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Nurabelen, Klatanlo, Hokeng jaya, Boru, Nawakote.
Baca juga: BPBD Flores Timur Bawa Masker dan Data Korban Erupsi Lewotobi
Merujuk pada rekomendasi PVMBG dan hasil analisa lapangan sementara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki untuk meningkatkan kewaspadaan serta tidak beraktivitas dalam radius yang telah ditetapkan oleh otoritas setempat dan mengikuti arahan dari petugas lapangan.
Di samping itu, masyarakat diharapkan dapat segera melakukan evakuasi ke lokasi radius yang aman, melindungi diri dari paparan abu vulkanik dengan mempersiapkan masker maupun kain basah serta menghindari area aliran sungai untuk mengantisipasi potensi banjir lahar.
Erupsi Besar Semester Awal 2025
Berdasarkan catatan terdahulu, erupsi hari ini termasuk letusan yang besar pada semester awal di tahun 2025. Sebelumnya letusan dengan tinggi kolom abu antara 6 ribu sampai lebih dari 10 ribu kilometer juga pernah terjadi dalam periode terkini pada akhir 2023 hingga pertengahan 2024 lalu.
Sebagai salah satu gunung api aktif di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Gunung Lewotobi Laki-laki memiliki sejarah panjang aktivitas vulkanik.
Salah satu erupsi besar tercatat terjadi pada tahun 1921, menghasilkan lontaran abu dan material vulkanik ke wilayah sekitarnya, meski dokumentasinya masih terbatas.
Erupsi berikutnya yang signifikan terjadi pada tahun 1935, ditandai dengan letusan eksplosif yang melontarkan abu dan lava pijar serta peningkatan aktivitas kegempaan yang cukup drastis.
Pada tahun 1970, terjadi letusan bertipe strombolian dengan lontaran material hingga beberapa kilometer dari kawah. Letusan ini menyebabkan hujan abu ringan di beberapa desa sekitar lereng gunung.
Dua dekade kemudian, pada tahun 1991, terjadi lagi erupsi yang cukup besar, menjadikannya salah satu yang paling kuat di akhir abad ke-20.
Baca juga: Wagub NTT Minta Warga Patuhi Imbauan Pemerintah soal Erupsi Lewotobi Laki-laki
Letusan ini berdampak cukup signifikan terhadap aktivitas masyarakat dan menyebabkan peningkatan status gunung ke tingkat siaga.
Meskipun tidak terjadi letusan besar, periode aktivitas pada tahun 2003 hingga 2004 menunjukkan peningkatan signifikan dalam kegempaan dan emisi gas.
PVMBG saat itu meningkatkan status gunung ke Level II (Waspada). Periode tersebut menjadi salah satu fase paling aktif secara seismik dalam dua dekade terakhir.
Erupsi terkini yang dimulai sejak akhir 2023 menunjukkan pola letusan yang kompleks, dengan beberapa fase letusan freatomagmatik dan freatik.
Dari Desember 2023 hingga Februari 2024, tercatat lontaran material pijar, awan panas guguran, dan hujan abu lebat yang berdampak langsung pada sejumlah desa, seperti Boru dan Klatanlo.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.