Wisatawan Jakarta Dipalak Warga Matim

Wisatawan Jakarta Mengaku Dipalak di Padang Savana Mausui, Kapolres Matim Panggil Warga Lokal

Kapolres Manggarai Timur AKBP Suryanto memanggil sejumlah warga lokal untuk klarifikasi terkait pengakuan wisatawan asal Jakarta yang dipalak

|
Penulis: Robert Ropo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
POS KUPANG/HO
KLARIFIKASI - Sejumlah warga lokal sedang memberikan klarifikasi di Mapolres Manggarai Timur terkait informasi pemalakan bagi seorang wisatawan asal Jakarta.  

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo

POS-KUPANG.COM, BORONG - Kapolres Manggarai Timur (Matim), AKBP Suryanto memanggil sejumlah warga lokal untuk memberikan klarifikasi terkait pengakuan wisatawan asal Jakarta yang mengaku dipalak oleh warga lokal.

Aksi palak itu terjadi saat wisatawan itu mengunjungi spot wisatawan Padang Savana Mausui, di Kelurahan Watu Nggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur. 

Ada pun pengakuan wisatawan asal Jakarta itu viral di media sosial tiktok. Wisatawan itu mengisahkan bahwa ia dipalak oleh warga lokal di lokasi wisata itu.

Baca juga: Kadis Parbud Matim Kecewa Aksi Pemalakan Terhadap Wisatawan di Padang Savana Mausui

Dia dimintai uang Rp 25.000 sebagai karcis masuk, dan dimintai Rp 300 ribu untuk biaya penerbangan drone. 

Terkait peristiwa ini pun, Suryanto langsung meminta anggotanya dari Polsek Kota Komba dan Satreskrim Polres Manggarai Timur serta Kasat Reskrim, Iptu Ahmad Zacky Shodri, turun langsung ke lokasi.

Disana Polisi memanggil para warga lokal yang diduga memalak wisatawan asal Jakarta itu untuk melakukan klarifikasi. 

Baca juga: 20 Wisatawan Asing dan Domestik Ditipu Ratusan Juta oleh Travel Agent di Labuan Bajo 

Sebanyak enam orang warga lokal dipanggil ke Kantor Mapolres Matim, Sabtu (14/6/2025) untuk memberikan klarifikasi atas pengakuan wisatawan tersebut yang diunggah diakun tiktok @vesmet journey itu.

Ada pun ke-enam orang warga lokal yang datang ke Mapolres yakni BD, HA, DL, GBB, SIA, dan YB. 

Klarifikasi itu dipimpin langsung oleh Kapolres Matim, AKBP Suryanto didampingi Kasat Reskrim Polres Matim, Iptu Ahmad Zacky Shodri, dan Kapolsek Kota Komba. 

Suryanto kepada POS-KUPANG.COM, Selasa (17/6/2025), menerangkan, pihaknya sudah memanggil warga lokal yang diduga melakukan tindakan pemalakan terhadap wisatawan itu di Kantor Polres Manggarai Timur. 

Dalam klarifikasi warga lokal itu, bahwa yang bersangkutan mengakui bahwa benar meminta uang retribusi masuk untuk pembersihan area spot wisata itu secara sukarela.

Meski demikian yang bersangkutan tidak menerima uang drone Rp 300 ribu dari wisatawan itu. 

"Yang bersangkutan memang mengakui bahwa meminta uang Rp 300 ribu itu, dengan maksud hanya untuk melarang tamu wisatawan itu tidak boleh menerbangkan drone. Jadi memang uang itu tidak diterima," ujar Suryanto

Suryanto mengatakan, para warga lokal ini mengaku bahwa kegiatan itu dilakukan mereka karena spot wisata itu berada di tanah ulayat suku mereka termasuk view yang bagus itu berada di lokasi tanah ulayat suku mereka. 

Baca juga: Viral Wisatawan Dipalak, Wabup Sumba Barat Daya Sebut Masyarakat Kampung Adat Ratenggaro Menyesal

Suryanto menambahkan, dalam klarifikasi itu, warga lokal ini juga mengaku meminta uang untuk retribusi masuk itu tidak ada bekingan atau hasil retribusi itu sejumlah uangnya diberikan kepada oknum warga tertentu atau kepada pemerintah maupun aparat keamanan atau pihak lainya. 

Namun permintaan uang karcis itu murni dari mereka dengan maksud untuk memperbaiki jalan masuk ke area tersebut yang memang sudah rusak dan sebelumnya. Jalan itu sempat terjadi putus jalan itu sehingga tidak bisa dilewati kendaraan. 

PADANG SAVANA MAUSUI - Kapolres Manggarai Timur AKBP Suryanto (kanan) sedang berkemah di padang savana Mausui.
PADANG SAVANA MAUSUI - Kapolres Manggarai Timur AKBP Suryanto (kanan) sedang berkemah di padang savana Mausui. (POS-KUPANG.COM/HO-PRIBADI)

Terhadap klarifikasi ini, kata Suryanto, sebagai Kapolres Matim, dia mengimbau kepada warga lokal tersebut secara persuasif bahwa sesuai aturan penetapan biaya retribusi harus ditetapkan dengan peraturan daerah (Perda). Ia juga akan menyampaikan hal ini dalam rapat Forkopimda. 

"Tanah saja, meski tidak digunakan untuk apa-apa, mesti kita harus bayar pajak bumi dan bangunan (PBB), apalagi tanah ini dilakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan sebuah keuntungan," ujar Suryanto. 

Baca juga: Respons Gubernur dan Pimpinan DPRD NTT Soal Peristiwa Wisatawan Dipalak di Sumba Barat Daya

Suryanto mengatakan, kedepan harus ada aturan penetapan terkait besaran retribusi sehingga berdampak pada mensejahterakan masyarakat di wilayah tanah ulayat tersebut dan juga memberikan kontribusi untuk pendapatan asli daerah (PAD) Matim. 

Suryanto juga berjanji akan menjaga situasi Kamtibmas yang kondusif dan memerintahkan anggota di Polsek Kota Komba untuk rutin melaksanakan patroli di setiap akhir pekan atau weekend ke area-area spot wisata padang savana Mausui. 

KLARIFIKASI - Sejumlah warga lokal sedang memberikan klarifikasi di Mapolres Manggarai Timur terkait informasi pemalakan bagi seorang wisatawan asal Jakarta. 
KLARIFIKASI - Sejumlah warga lokal sedang memberikan klarifikasi di Mapolres Manggarai Timur terkait informasi pemalakan bagi seorang wisatawan asal Jakarta.  (POS KUPANG/HO)

Dalam momen itu, juga Suryanto berjanji akan kembali melakukan camping di lokasi wisata itu demi memastikan situasi Kamtibmas terjaga dengan baik. 

"Sebelumnya saya juga pernah camping atau berkemah di sana satu malam, dan memang di sana itu belum diatur atau ditata dengan baik masih semrawut, saya lihat warga lokal yang atur. Memang saya juga pesan kepada warga lokal ini bahwa hal-hal baik harus dilakukan secara benar," ujar Suryanto.

Baca juga: Viral NTT, Bak Dipalak! Wisatawan Ini Kapok Kunjung Pantai Mandorak di Sumba Barat Daya NTT

Suryanto juga mengaku kagum dengan keindahan alam padang Savana Mausui dimana memiliki keindahan khusus dengan view yang memanjakan mata.

Dari Padang Savana Mausui, kata Suryanto, pengunjung bisa memenikmati padang savana yang luas, alam sekitar dan juga ternak warga yang digembalakan secara natural. 

"Semuanya serba natural di sana. Karena itu perlu ada kerja sama antara warga yang punya hak ulayat dan juga Pemerintah Daerah agar memberikan PAD untuk Pemda Manggarai Timur dan juga warga pemilik ulayat demi kesejahteraan ekonomi," ujar Suryanto(rob) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved