Sosok dan Profil
Sosok Ipda Heru Sutaban, Polisi Bersepeda yang Peduli Akan Nasib Kaum Kecil di Ende
Warga Kota Ende khususnya akan mengarahkan pikirannya ke sosok seorang polisi bersepeda yang suka membantu masyarakat kecil di bumi rahim Pancasila
Tak pernah terbayangkan sama sekali dalam benak Ipda Heru saat itu, seperti apa kondisi Kota Ende dan seperti apa kondisi NTT pada saat itu.
Apalagi harus meninggalkan kedua orang tuanya demi menjalankan tugas sebagai abdi negara.
Penempatannya di NTT dalam pikirannya tidak mengetahui secara jelas. Pasalnya, rekan seangkatannya menyebar ke Ambon, Poso, NTT, NTB.
"Di Bali hanya sisa sedikit, justru kalau di Poso itu ada nenek saya yang transmigrasi ke sana. Saya sudah ada bayangan kalau di Poso, tapi berharapnya di Poso, dapatnya di NTT. Nah inilah mungkin rencana Tuhan yang terbaiklah buat saya. Saya jalani saja sampai sekarang,” cerita Ipda Heru mengenang masa awal ia bertugas sebagai anggota Polri.
Dari total 134 lulusan SPN Singaraja tahun 2005 yang ditempatkan di wilayah Polda NTT, 10 diantaranya termasuk Ipda Heru ditugaskan di Polres Ende.
Hingga kini, tersisa 4 orang lulusan SPN Singaraja tahun 2005 yang masih bertugas di Polres Ende termasuk Ipda Heru Sutaban yang kini menjabat sebagai Kasubsi PIDM Sihumas Polres Ende.
Baca juga: Sosok Susana Mesan, Pelaku UMKM yang Tengah Mengembangkan Pakcoy Hidroponik
Pertama kali menginjak kakinya di Ende di bumi rahim Pancasila, ayah tiga anak ini menjalani masa adaptasi sebagai anggota Polri muda yang ditugaskan jauh dari tanah kelahirannya di Bali.
Seiring berjalannya waktu, dirinya merasakan toleransi yang sangat tinggi di Ende.
"Contoh kecil, orang sini bilang adat Wurumana, jadi kalau Muslim punya acara sunatan, saudara-saudara yang Nasrani datang kunjung, silaturahmi atau bantu-bantu. Sebaliknya juga begitu, yang dari saudara Nasrani ada acara komuni pertama, yang bagian masaknya banyak yang Muslim atau bantu-bantu apa begitu," tutur Ipda Heru.
Dirinya melihat hidup toleransi dan kerukunan antar umat beragama sangat tinggi, apalagi setelah berjalannya waktu, Ende ditetapkan sebagai Ende kota rahimnya Pancasila, tempat pengasingan Bung Karno, Ia semakin kagum dan bangga bertugas di tempat rahimnya Pancasila.
"Jadi ada kebanggaan tersendiri,” kisah Ipda Heru bangga dan berapi-api.
Menghadapi paradigma masyarakat Kabupaten Ende pada saat itu masih menganggap Polisi sebagai sosok yang menakutkan merupakan bagian dari kenangan paling mengesankan sekaligus tantangan tersendiri dalam kisah panjang pengabadian suami Nur Haida di bumi rahim Pancasila selama kurang lebih 20 tahun.
“Saya biasa menghadapi kultur masyarakat di Bali kemudian ke NTT yang katanya kelihatannya saja keras orang-orangnya tapi hatinya baik".
"Sehingga saya temui, masyarakatnya baik, ramah, apalagi kalau saya bersepeda itu selalu disapa, panggil Om Pol..Om Pol kalau saya pakai seragam. Kalau saya tidak pakai seragam, panggilnya mister…mister, dikiranya turis mancanegara,” ucap Ipda Heru sambil tertawa terbahak-bahak mengenang kejadian itu.
Tugas pertama Ipda Heru pada tahun 2005 di Polres Ende menjadi anggota Sat Samapta yang mempunyai tugas pokok diantaranya pengaturan, penjagaan dan patroli.
Pada tahun 2006, Ipda Heru dimutasi ke KP3 Udara di Bandara Haji Hasan Aroeboesman. Tak lama bertugas di KP3 Udara, Ipda Heru ditarik ke markas Polres Ende dan ditugaskan sebagai operator seksi keuangan kurang lebih selama empat tahun.
Baca juga: Sosok Robertus Usfinit Orang tua Mahasiswi Peraih Cum Laude Nilai Sempurna di Atma Jaya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.