KKB Papua

Aktivis HAM Serukan Resolusi Damai Papua, Minta PBB Bentuk Tim Investigasi

Tidak ada korban pihak TNI dalam serangan yang berlangsung padaSabtu (17/5/2025) pukul 06.45 WIT itu. 

Editor: Ryan Nong
TRIBUNPAPUA
KKB PAPUA - Direktur Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP) Theo Hesegem (tengah) menggelar konferensi pers di Wamena, Rabu (21/05/2025). Kontak tembak di Yahukimo menewaskan seorang anggota KKB. 

“Kami seperti datang sebagai pencuri. Seharusnya ada prosedur formal. Jika korban diserahkan kepada keluarga, gereja, atau pembela HAM, itu lebih terhormat,” tegasnya.

Lebih lanjut, YKKMP menyoroti dampak psikologis yang dirasakan masyarakat sipil akibat konflik bersenjata yang terus terjadi di Papua.

“Situasi sangat mencekam. Masyarakat sipil mengalami trauma panjang. Di beberapa daerah seperti Kabupaten Puncak Jaya dan Intan Jaya, kondisi bahkan lebih mengerikan,” katanya.

Ia juga mengkritik pemberitaan media yang dinilai tidak seimbang dan sering kali menyudutkan salah satu pihak tanpa konfirmasi yang sahih.

“Seringkali korban sipil disebut sebagai TPNPB oleh aparat. Sebaliknya, TPNPB menyatakan korban adalah masyarakat sipil. Informasi yang simpang siur ini sangat merugikan keluarga korban,” ungkapnya.

Sebagai bentuk kontribusi untuk penyelesaian konflik, YKKMP mengeluarkan sejumlah rekomendasi penting:

Pertama, mendesak Pemerintah Indonesia membuka akses bagi jurnalis asing ke Papua guna meliput situasi secara menyeluruh.

Kedua, meminta PBB membentuk tim investigasi khusus untuk mengidentifikasi akar persoalan konflik di Papua.

Ketiga, mendorong Indonesia menerima kunjungan resmi Dewan HAM PBB untuk melihat langsung pelanggaran HAM di Papua.

Keempat, menyerukan dialog damai antara Pemerintah Indonesia dan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) sebagai upaya mencari resolusi permanen.

Sementara itu, tokoh gereja dari Papua Pegunungan, Pdt. Kones Kogoya, menyampaikan seruan keras kepada semua pihak bersenjata agar tidak melibatkan warga sipil dalam konflik.

“Manusia adalah gambar Allah yang harus dijaga. Jangan bunuh, potong, atau bantai masyarakat sipil. Jika itu dilakukan, atas nama Tuhan, kutuk akan datang,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa kekerasan seperti pembunuhan, pemerkosaan, penculikan, dan pemotongan harus dihentikan demi masa depan Papua yang damai dan bermartabat. (*)

 

 Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved