Makan Bergizi Gratis

Tinjau Langsung Program MBG di Tasikmalaya usai Kasus Keracunan, Ini Temuan KPAI

KPAI mengunjungi dapur umum di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) wilayah Kecamatan Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Editor: Ryan Nong
ANTARA/HO-KPAI
TINJAU MBG - Wakil Ketua KPAI Jasra Putra mengecek pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 01 Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat. 

POS-KUPANG.COM, TASIKMALAYA - Pasca keracunan siswa di Tasikmalaya Jawa Barat, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) turun langsung untuk melaksanakan mengecek program Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayah itu.

KPAI mengunjungi dapur umum di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) wilayah Kecamatan Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya menyebutkan sebanyak 400 pelajar diduga mengalami keracunan makanan akibat menu MBG di Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya pada awal Mei 2025.

"KPAI bersama KPAD (Komisi Perlindungan Anak Daerah) Tasikmalaya melaksanakan pengawasan langsung di lapangan dengan mengunjungi dapur umum di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi wilayah Kecamatan Singaparna,” kata Wakil Ketua KPAI Jasra Putra dikutip dari Kompas.com. 

"Dari SPPG tersebut melaksanakan jalur distribusi MBG di SDN 01 Singaparna dan SMUN 2 Singaparna,” ujarnya lagi.

Menurut Jasra, pengecekan juga dilakukan di SPPG Kecamatan Rajapolah yang mendistribusikan MBG ke SMPN 1 Rajapolah. Dia mengungkapkan, ada beberapa temuan KPAI dalam pengecekan di SPPG Kecamatan Singaparna.

Pertama, soal menjaga higienis dengan memakai alat pelindung diri, masker, sarung tangan dan tutup kepala serta alas kaki khusus

Kedua, soal penyimpanan bahan makanan atau pantry/food storage atau gudang makanan atau penyimpanan bahan makanan masih perlu ditingkatkan.

Ketiga, daur ulang bahan-bahan pascaproduksi, seperti sirkulasi kardus-kardus bekas yang menumpuk. Keempat, soal manajemen komunikasi dan informasi, yakni Perlu ada informasi SOP penyediaan makanan yang aman, sehingga para petugas yang mungkin masih terbatas atau berganti dapat mengikuti sistem yang sudah dibuat.

"Kelima, mengenai mobilitas, aktivitas, jarak harus diperhatikan, karena ketersediaan dapur yang sangat sempit. Manajemen kerja, manajemen stres kerja, dan lain-lain guna kesejahteraan pekerja," kata Jasra Putra.

Sementara itu, dari pengecekan di SPPG Kecamatan Rajapolah, ada dua temuan. Pertama, pentingnya ada food storage/pantry/sistem cara penyimpanan, masak dan penyajian yang higienis, seperti ruangan perlu pendingin terutama penyimpanan bahan mentah.

"Kedua kami berharap dapurnya segera direnovasi. Ketiga, berharap segera keluar hasil investigasi hasil labkesda provinsi," ujar Jasra Putra.

Sebelumnya, pada awal Mei 2025, sebanyak 400 pelajar diduga mengalami keracunan menu MBG di Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya.

Data tersebut diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya. Pelajar yang terdampak berasal dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari TK, SD, hingga SMP.

Sementara itu, berdasarkan catatan KPAI, dalam kurun waktu tiga bulan sejak Program MBG berjalan, tercatat sedikitnya 320 siswa diduga keracunan makanan dari paket MBG yang dibagikan kepada siswa di beberapa daerah.

Dengan kata lain, sekitar 0,0156 persen kasus jika dibandingkan dengan penerima manfaat Program MBG yang mencapai sebanyak 2,05 juta anak per Maret 2025. (*)

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved