Konklaf 2025
Jelang Konklaf Pemilihan Paus di Vatikan, Kardinal dari Asia Kompak, Kardinal Eropa Terpecah
Pemilihan Paus baru menggantikan Paus Fransiskus yang telah meninggal dunia, akan dilaksanakan di Vatikan pada Rabu (7/5/2025).
POS-KUPANG.COM, VATIKAN - Pemilihan Paus baru menggantikan Paus Fransiskus yang telah meninggal dunia, akan dilaksanakan di Vatikan pada Rabu (7/5/2025).
Para kardinal yang akan memilih paus baru sudah berada di Vatikan, menjelang konklaf.
Sebanyak 133 kardinal berusia di bawah 80 tahun memiliki hak suara untuk memilih pemimpin baru bagi 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Mereka menginap di dua rumah tamu khusus dan dilarang berkomunikasi dengan dunia luar sampai pemilihan selesai.
Konklaf akan digelar secara tertutup di Kapel Sistina.
Perihal kandidat paus selanjutnya, tidak ada yang bisa memprediksinya, termasuk Kardinal Robert McElroy, Uskup Agung Washington DC.
“Saya sama sekali tidak bisa menebak siapa yang akan terpilih,” katanya saat menghadiri acara di sebuah paroki di Roma, Senin malam.
Ia menyebut proses pemilihan sebagai sesuatu yang "mendalam dan penuh misteri".
Sejumlah kardinal menginginkan sosok paus yang dapat melanjutkan semangat keterbukaan dan transparansi yang diusung Paus Fransiskus.
Namun, ada juga yang mendorong kembalinya gereja ke akar tradisional yang menekankan doktrin.
Kardinal asal Jepang, Tarcisio Isao Kikuchi, mengatakan kepada harian La Repubblica bahwa sebagian besar dari 23 kardinal Asia berencana memberikan suara secara blok.
Baca juga: Sosok Virgilio do Carmo da Silva, Kardinal Timor Leste yang Akan Ikut Konklaf Pemilihan Paus ke 267
“Kami, para kardinal Asia, cenderung lebih kompak dalam mendukung satu atau dua kandidat. Kita akan lihat nama siapa yang akan muncul sebagai kandidat terkuat,” ujarnya.
Sebaliknya, 53 kardinal dari Eropa dinilai lebih terpecah, memilih berdasarkan kepentingan nasional atau pertimbangan pribadi.
Pemilihan paus ini umumnya berlangsung dalam beberapa hari, dengan sejumlah putaran voting hingga salah satu kandidat memperoleh dukungan dua pertiga atau mayoritas tiga perempat dari jumlah pemilih.
Sementara kali ini, konklaf disebut menjadi yang paling beragam secara geografis dalam sejarah 2.000 tahun Gereja Katolik.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.