Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 4 Mei 2025: Kami adalah saksi-Nya

Kawanan kecil yang ketakutan oleh drama salib itu, telah berubah menjadi saksi-saksi militan ulung yang sanggup menaklukan dunia. 

|
Editor: Dion DB Putra
DOK POS-KUPANG.COM
Romo Leo Mali 

Persekusi umat kristen awal menjadi lebih sistematis pada masa Decius (249- 251). 

Karena semua orang dipaksa memiliki sertifikat penyembahan terhadap dewa-dewa. Dan penyiksaan paling brutal terjadi pada masa Diocletianus (303-311m). 

Sejumlah catatan para sejarawan Kuno mencatat bahwa penyiksaan awal itu menewaskan sekitar 100- 200.000 jiwa dalam wilayah kekaiseran Romawi. 

Tapi Tertulianus, seorang Bapa Gereja dan Apologet dari Kartago (sekitar abad 2-3 M) menulis dalam Apologeticum tentang tanggapan umat kristen awal akan pengalaman persekusi ini. 

Ia mencatat pernyataan orang Kristen awal mula: “ Plures ef icimur
quoties metimur a vobis: semen est sanguis christianorum” (setiap kali kami dibunuh oleh kalian kami bertambah banyak: darah orang Kristen adalah benih). 

Darah param artir yang telah menyerahkan hidupnya menjadi dasar pertumbuhan kekristenan awal yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. 

Bagaimana transformasi ini terjadi? Bagaimana para murid yang awalnya ketakutan dan bersembunyi dapat menjadi begitu militan? 

Kita lihat jawabannya pada Injil Yohanes 21:1-14. Setelah penyaliban, para nelayan itu kembali ke kehidupan lama. Mereka kehilangan arah dan tujuan hidup. Namun, Yesus yang bangkit hadir secara mengejutkan. 

Ia menunjukkan kuasa-Nya melalui hasil tangkapan yang melimpah. Ia menyapa mereka dengan hangat, menyediakan roti serta ikan. 

Perjumpaan ini bukan sekadar sebuah mukjizat biasa. Tapi ini meneguhkan kasih dan panggilanNya. 

Ia tidak menghakimi kegagalan mereka. Ia tidak berubah. Ia memulihkan mereka dengan kasih. 

Kepada Petrus, Ia memberi lagi kesempatan baru, setelah pengkhianatan di malam penghakiman (bdk.Yoh. 18:15-27). Ia bertanya : “Apakah engkau mengasihi Aku?” 

Tiga kali Yesus bertanya. Dan Yesus mengakhiri pertanyaan itu dengan kepercayaan: “gembalakanlah domba-dombaKu”. 

Kebangkitan dan penampakkan Yesus memulihkan kepercayaan Petrus dan para murid akan jati diri mereka. 

Mereka adalah orang-orang yang Ia kasihi. Ia tidak menghitung kegagalan mereka. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved