Manggarai Barat Terkini
Masyarakat di Kawasan Taman Nasional Komodo Labuan Bajo Hidup Memprihatinkan
Marsel meyakini jika masyarakat yang hidup dalam kawasan Taman Nasional Komodo diperhatikan, mereka akan turut membantu menjaga kawasan tersebut.
Penulis: Engelbertus Aprianus | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Berto Kalu
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Ketua Badan Peduli Taman Nasional Komodo (BPTNK) Pater Marsel Agot, SVD mengungkapkan kondisi masyarakat yang hidup dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, memprihatinkan.
Di Kampung Kerora, Desa Pasir Panjang, Pulau Rinca, masyarakat seolah terjajah di tanahnya sendiri. Kehidupan warga diatur secara ketat di tanahnya yang dijadikan kawasan konservasi.
"Hidup mereka hanya dari hasil tangkap ikan, mereka tidak bisa buat apa-apa, mereka tidak bisa menanam karena diganggu kera, terlebih setelah ada aturan tidak boleh memelihara anjing di sana. Kera dengan sesuka hati masuk ke rumah-rumah warga," ungkap Marsel, Selasa (29/4/2025).
Marsel yang juga pegiat lingkungan itu baru-baru ini mengunjungi Kampung Kerora, Desa Pasir Panjang Pulau Rinca.
Ia melihat langsung peliknya kehidupan masyarakat di sana. Mulai dari sulitnya warga mengakses air bersih, tak tersedianya tenaga kesehatan di pustu, hingga minumnya fasilitas pendukung belajar di sekolah.
Baca juga: Polres Manggarai Barat Buka Layanan SIM Keliling di Rumah Sakit Komodo
Berbagai persoalan itu, ungkap Marsel, telah disampaikan ke Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi, dan Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Hendrikus Rani Siga. Ia berharap ada perhatian serius.
"Mudah-mudahan bulan Mei ini tenaga kesehatan sudah ada di Kerora, memang sangat sulit untuk minta orang dari luar karena berbagai kesulitan yang ada. Lalu orang lokal sendiri tidak ada yang bergerak di bidang kesehatan. Mudah-mudahan ini bisa kita atasi secara bersama," ujarnya.
Marsel meyakini jika masyarakat yang hidup dalam kawasan Taman Nasional Komodo diperhatikan, mereka akan turut membantu menjaga kawasan tersebut.
Ia menolak jika komodo lebih diprioritaskan ketimbang pengembangan sumber daya manusia (SDM) di sana.
"Jangan sampai seolah-olah komodo lebih tinggi dari manusia, seolah-olah kita lebih menghargai binatang lalu manusianya tidak, itu tidak bisa. Manusia lebih dulu baru binatang," tegas Marsel.
Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi mengakui dalam wilayah yang menjadi otoritas Balai Taman Nasional Komodo, masyarakat miskin di sekitar kawasan tersebut tidak mendapatkan perhatian yang cukup.
Baca juga: Polres Manggarai Barat Buka Layanan SIM Keliling di Rumah Sakit Komodo
Seperti pembangunan infrastruktur seperti dermaga, sekolah yang rusak, dan fasilitas kesehatan seperti puskesmas. Endi juga menyoroti soal penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang diterima dari kawasan tersebut, namun hasilnya tidak dibagikan kepada pemerintah daerah.
Menurutnya, kendari PNBP tidak diserahkan kepada pemerintah daerah, harusnya masyarakat miskin di kawasan tersebut tetap mendapatkan perhatian, begitu juga dengan fasilitas publik yang harus diperbaiki.
"Jangan kekayaan alamnya saja yang diurus, tapi rakyatnya justru menjadi urusan bupati," tegasnya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.