Opini
Opini: Membangun Masa Depan Anak Melalui Narasi
Gambaran yang dapat saya amati dari kelas-kelas bimbingan saya, yakni ada yang hilang dari anak-anak didik zaman sekarang.
Oleh: Andreas Messe
Guru SMP Negeri 2 Kupang
POS-KUPANG.COM - Aktivitas pembelajaran berupa pembahasan materi semester genap di kelas 9 telah selesai.
Selanjutnya, guru dan peserta didik melakukan persiapan berupa pembahasan soal-soal untuk menghadapi ujian sekolah (US).
Rencananya ujian sekolah tingkat Kota Kupang jenjang SMP akan dilaksanakan pada tanggal 5–7 Mei 2025, sedangkan jenjang SD akan dilaksanakan pada tanggal 19–21 Mei 2025.
Ada hal menarik saat saya berdiskusi dengan peserta didik tentang tema terakhir mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu "Merencanakan Masa Depan" dalam materi teks argumentasi.
Ketika saya meminta peserta didik untuk mengungkapkan rencana masa depan mereka, saya mendapati hanya sebagian kecil saja dari mereka yang dengan sadar dan terarah dapat menjelaskan rencana masa depan mereka dengan baik.
Ada juga yang terkesan ikut ramai dalam menyampaikan cita-citanya, anak laki-laki ramai-ramai ingin menjadi polisi atau tentara sedangkan yang perempuan ramai-ramai ingin menjadi dokter.
Beberapa anak didik kesulitan menjelaskan gambaran masa depan mereka, mungkin karena belum memiliki cita-cita yang jelas atau juga karena kurangnya kemampuan berkomunikasi.
Namun, ada juga anak-anak yang tidak tahu ke depannya mau menjadi apa.
Selanjutnya, ketika saya meminta mereka untuk menyampaikan rencana masa depan mereka dalam bentuk tulisan narasi ataupun dalam bentuk sederhana berupa peta konsep, mereka kesulitan untuk menulis rencana masa depan mereka.
Gambaran yang dapat saya amati dari kelas-kelas bimbingan saya, yakni ada yang hilang dari anak-anak didik zaman sekarang.
Pertama, hilangnya kontemplasi dalam diri anak sehingga mereka abai terhadap perencanaan masa depan mereka.
Anak-anak cenderung untuk menghindari hal-hal yang mengharuskan mereka berpikir kritis untuk menemukan jalan keluar, bahkan hal-hal sederhana seperti berpikir sejenak untuk membuat perencanaan masa depan mereka saja terkesan dihindari.
Kedua, hilangnya diskusi dalam keluarga sehingga anak tidak memiliki gambaran yang jelas tentang rencana masa depan mereka.
Rendahnya literasi dalam keluarga berdampak pada melemahnya kepribadian anak untuk menjadi kritis, cerdas, dan mandiri.
Selain itu, diskusi dalam keluarga yang pasif berdampak pada kemampuan berkomunikasi lisan maupun tulisan.
Anak-anak yang dalam pembelajaran belum mampu menjelaskan rencana masa depan mereka, selain karena memang belum mempunyai rencana yang jelas, sebagian dikarenakan kemampuan komunikasi yang lemah dan juga karena tidak terbiasa menyampaikan ide secara tertata.
Poin kedua dalam amatan saya merupakan hal yang paling urgen untuk membentuk anak menjadi pribadi yang kritis, tangguh, dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Sangat penting dalam lingkungan keluarga untuk membangun sebuah diskusi teratur sehingga anak dibentuk melalui narasi-narasi dalam keluarga.
Cara paling sederhana misalnya, orang tua dan anak dapat membangun komunikasi dalam cerita-cerita ringan setelah makan malam atau menjelang istirahat malam.
Dari cerita-cerita sederhana, orang tua dapat mengetahui impian dan motivasi apa yang ada dalam diri anak, sehingga orang tua dapat membimbing dan mengarahkan anak untuk mencapai hal-hal yang diimpikannya.
Melalui bercerita, orang tua juga dapat membagikan pengalaman hidup dan cerita-cerita tentang bagaimana orang tua mereka berusaha keluar dari kesulitan hidup yang dialami untuk mencapai kesuksesan atau dapat juga menceritakan tentang kisah hidup tokoh-tokoh tertentu yang memiliki tekad kuat untuk berjuang mencapai kesuksesan.
Melalui cerita-cerita sederhana seperti ini anak-anak dapat membangun kerangka berpikir sistematis dalam kepala mereka dan menjadi kuat dalam kebiasaan bertutur.
Anak-anak juga dapat termotivasi dan mulai berpikir untuk merancang masa depan mereka sendiri.
Apabila literasi keluarga berjalan dengan baik, maka akan sejalan dengan program sekolah untuk menghasilkan generasi yang beriman, berkebhinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri.
Narasi-narasi positif yang berhasil dibangun dalam lingkungan keluarga perlu didukung dan diejawantahkan dalam aktivitas pembelajaran.
Tradisi bercerita (oral) yang sudah bertumbuh dalam lingkungan keluarga dan masyarakat dapat dikembangkan dalam kegiatan menulis di kelas, dengan demikian anak-anak terbiasa untuk berpikir kritis, memaknai sesuatu dengan baik, serta mampu menyampaikan ide dan gagasan secara lugas dan efektif.
Input yang baik dari keluarga dan sekolah membantu anak-anak untuk dapat berbicara dan menulis dengan baik, sehingga ketika diminta untuk menyampaikan ide dan gagasan secara lisan maupun tulisan mereka dapat menyampaikannya secara jelas dan terstruktur.
Peran guru dalam meyiapkan masa depan peserta didiknya tidak sekadar hanya mengajar dan mendidik, tetapi guru juga harus mampu menginspirasi peserta didiknya.
Seperti yang dikatakan Brad Henry, “guru yang baik dapat menginspirasi harapan, menyalakan imajinasi, dan menanamkan kecintaan belajar.”
Guru harus mampu memberikan layanan belajar yang holistik dan seimbang. Peran guru dalam memberikan layanan edukasi harus mampu membawa peserta didik keluar dari kegelapan atau ketidaktahuannya (educere).
Guru harus mampu membantu peserta didik mengeksplorasi dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
Potensi itu kemudian dibimbing dan dituntun agar peserta didik terus berkembang menjadi pribadi yang lebih baik (educare).
Hal yang sama juga perlu dilakukan oleh orang tua dalam lingkungan keluarga.
Guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran perlu menjabarkan dan menanamkan suatu pemahaman bermakna dari komptensi atau tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Hal ini penting agar peserta didik memahami betul tujuan dari materi yang dipelajari dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik juga akan lebih memahami bahwa belajar bukan sekadar untuk sebuah angka atau nilai, tetapi untuk kecakapan hidupnya.
Sebagai contoh, peserta didik paham betul bahwa jika ingin menjadi dokter, ia harus memperkuat dirinya sejak dini dengan pemahaman akan materi-materi dalam pelajaran IPA, seperti sistem pencernaan, pernapasan, peredaran darah, ekskresi, reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan, atau materi prasyarat lainnya.
Bagi anak-anak yang bercita-cita menjadi polisi atau tentara perlu dibimbing untuk memperkuat pemahaman dasar akan materi-materi dalam pelajaran PKn, seperti Pancasila sebagai ideologi negara, NKRI, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan sebagainya.
Sama halnya dengan cita-cita yang lain, peserta didik perlu dibimbing dan diarahkan untuk menyiapkan dirinya mencapai cita-cita tersebut.
Manakala anak telah memahami tujuan dari materi yang dipelajari dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, anak perlu diarahkan lagi untuk meningkatkan pemahaman lintas disiplin ilmu atau penguasaan interdisipliner.
Pendekatan ini membantu anak untuk melihat dunia dengan cara yang lebih luas, utuh, dan solutif.
Misalnya, seorang dokter ketika menghadapi sebuah masalah kesehatan, tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu sudut pandang.
Diperlukan kolaborasi ilmu pengetahuan antara sains, teknologi, ekonomi, dan budaya untuk menghasilkan solusi yang efektif dan berkelanjutan.
Pembelajaran bermakna seperti inilah yang perlu diberikan secara masif kepada peserta didik agar mereka dapat merencanakan dan mempersiapkan diri dengan baik.
Peran orang tua dan guru sangatlah krusial dalam membentuk masa depan anak.
Keduanya menjadi pilar utama dalam mendampingi tumbuh kembang anak, tidak hanya dalam aspek akademik, tetapi juga dalam membangun karakter, kebiasaan belajar, dan kesiapan menghadapi tantangan zaman.
Dengan kolaborasi yang harmonis antara orang tua di rumah dan guru di lingkungan sekolah, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, tangguh, dan berdaya saing.
Masa depan anak bukan hanya ditentukan oleh apa yang ia pelajari, tetapi juga oleh siapa yang membimbingnya.
Tidak hanya guru di sekolah, tetapi orang tua di rumah juga memiliki peranan yang sangat penting. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.