Paskah 2025
Mengenang Sengsara dan Wafat Kristus, Romo Ade Ajak Umat Taat pada Tugas dan Tanggung Jawab
Dalam homilinya, Romo Ade Udjan, Pr memberikan refleksi terkait Kisah Sengsara Yesus Kristus dalam dua pribadi penting dalam kisah tersebut.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Maria Vianey Gunu Gokok
POS-KUPANG.COM, SOE - Hari Jumat Agung menjadi momen bagi umat Kristen untuk mengenang Kisah Sengsara Yesus Kristus.
Umat Katolik dari Stasi St. Vinsensius, Nonohonis, Kabupaten TTS mengikuti misa Jumat Agung dengan khusyuk. Misa Jumat Agung dipimpin oleh Romo Ade Udjan, Pr.
Dalam homilinya, Romo Ade Udjan, Pr memberikan refleksi terkait Kisah Sengsara Yesus Kristus dalam dua pribadi penting dalam kisah tersebut.
"Memang banyak tokoh yang terdapat dalam Kisah Sengsara Yesus Kristus, namun saya ingin kita melihat dua tokoh penting ini yaitu Petrus dan Yesus. Keduanya sama-sama mati di wafat," jelasnya.
Ia menerangkan kedua tokoh ini menjadi poin sentral dalam hal kesetiaan dan ketaatan.
"Pertama mari kita lihat Petrus. Dalam kisah sengsara, kita melihat bahwa Petrus menyangkal Yesus ketika ayam berkokok. Selain itu ia juga tidak berani mengambil resiko," jelasnya.
Ia melanjutkan, Petrus ketika menyangkal Yesus menunjukan ketidaksetiaannya serta takut mengaku sebagai pengikut Yesus.
Namun, setelah itu ia sadar, Petrus berubah menjadi sosok yang mempelopori pewarta kebangkitan Kristus. Hal ini menunjukan nilai kesadaran akan sebuah kesalahan.
"Kita tidak ada yang sempurna. Kita pernah jatuh dan gagal. Tapi pada titik tertentu kita kembali kepada Yesus dan taat padanya. Itulah yang Petrus ingin ajarkan pada kita," jelasnya.
Romo Ade melanjutkan, untuk tokoh berikutnya yang ia soroti secara mendalam pada Kisah Sengsara Yesus Kristus.
"Tokoh kedua ini Yesus. Dalam peristiwa penebusan, Yesus mau mengajarkan kepada kita semua arti kesetiaan dan taat hingga mati," tambahnya
Ia melanjutkan jika kristus tidak taat kepada Bapa, ia mungkin dapat menggunakan kuasa ke-Allahannya dan tidak perlu memikul salib.
"Yesus bisa saja tiup Pilatus dan akhirnya Yesus dibebaskan. Atau Yesus kutik Yudas sampai mati duluan agar ia tidak perlu ditangkap. Yesus mau tunjukan bahwa tidak ada yang kesia-siaan, semua kebaikan dihitung di surga," jelasnya.
Dari kisah Petrus, Romo Ade mengajak umat untuk tidak lari dari kesalahan, namun seperti Yesus menapaki jalan salibnya dengan setia.
"Dengan kesetiaan dapat memunjukan cinta yang besar kepada kita. Contoh ketik sesetiaan pada pekerjaan, maka timbul rasa malas, lalai, tidak tanggung jawab dan sebagainya," tambahnya.
Ia juga menekankan hal ketaatan dan tanggung jawab perlu ada dahulu dalam keluarga, lingkungan, dan masyarakat.
Jika dalam hidup berkeluarga, saling setia maka apapun yang terjadi, keluarga tetap saling memiliki. Ia mengatakan diujung salin ada kemenangan dan keselamatan.
Diakhir homilinya, Romo Ade berpesan hidup manusia tidak selalu enak-enak saja. Kita perlu turun dan merasakan susah untuk hidup makin kiat.
Baca juga: Titik Cium Salib Yesus pada Jumat Agung di Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui Bertambah
"Marilah diujung penderitaan ada pembebasan. Diujung jalan salib ada kebangkitan dan diujung ketaatan ada surga yang di janjikan.
Proses misa perayaan Jumat Agung di Kapela St. Vinsensius dimulai dari pembuka, bacaan dan Kisah Sengsara Yesus Kristus.
Pada bagian cium salib,setelah itu, misa dilanjutkan dengan perarakkan salib. Dilanjutkan ratapan oleh ibu-ibu umat stasi ini. Ratapan mengungkapkan kesedihan mendalam yang dibalut dalam bahasa daerah TTS.
Kemudian dilanjutkan dengan cium salib, persiapan komuni, dilanjutkan komuni dan pengumuman dan berkat penutup.
Sebelumnya, pada Jumat (18/4/2025) pada pukul 06.00 sudah dilakulan lamentasi. Pada pukul 09.00 sudah dilakulan ibadah jalan salib. Dan misa cium salib yang terjadi pukul 15.00 wita. (any)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.