Kunci Jawaban
Soal Ujian Sekolah dan Kunci Jawaban Antropologi Halaman 27 Kelas 11 SMA Kurikulum Merdeka
Simak soal ujiaan sekolah dab kunci jawaban mata pelajaran Antropologi Halaman 27 kelas 11 SMA/MA Kurikulum Merdeka Edisi Revisi karangan Okta Hadi
Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
Pendahuluan
Merkantilisme merupakan paham ekonomi yang berkembang di Eropa pada abad ke-16 hingga ke-18, di mana kekayaan suatu negara diukur dari jumlah emas dan perak yang dimilikinya. Negara-negara Eropa saat itu berlomba-lomba memperluas wilayah kekuasaan dan menguasai perdagangan global. Kebijakan merkantilisme mendorong ekspansi kolonial, penjelajahan samudera, dan eksploitasi sumber daya dari wilayah-wilayah baru.
Di sisi lain, pada periode yang sama, lahirlah berbagai cabang ilmu pengetahuan modern, salah satunya adalah antropologi, yakni ilmu yang mempelajari manusia dalam aspek budaya, sosial, dan fisik. Hubungan antara merkantilisme dan antropologi ini menjadi penting untuk dipahami karena keduanya berkembang di era yang saling berkaitan.
Mengapa Merkantilisme Mempengaruhi Kelahiran Ilmu Antropologi?
Ekspansi Kolonial Membuka Kontak Budaya Baru
Salah satu akibat langsung dari merkantilisme adalah dorongan negara-negara Eropa untuk menjelajah dunia dan menjajah wilayah baru demi mendapatkan sumber daya ekonomi. Dari sini, bangsa Eropa mulai berinteraksi dengan masyarakat-masyarakat di Asia, Afrika, dan Amerika yang budayanya sangat berbeda dengan mereka.
Kontak budaya ini memunculkan rasa ingin tahu dan ketertarikan untuk memahami kehidupan, kebiasaan, sistem kepercayaan, dan struktur sosial masyarakat yang mereka temui. Hal inilah yang menjadi cikal bakal pengamatan etnografis—salah satu metode utama dalam antropologi.
Kebutuhan Data Sosial untuk Kepentingan Ekonomi dan Politik
Dalam praktik kolonialisme, para penguasa Eropa merasa perlu memahami masyarakat lokal untuk mempermudah penguasaan dan eksploitasi ekonomi. Maka, mereka mulai melakukan pencatatan, pengamatan, dan analisis terhadap masyarakat pribumi. Meskipun awalnya berorientasi pada kepentingan kolonial, kegiatan ini perlahan berkembang menjadi studi ilmiah tentang manusia—yakni antropologi.
Konsep "Peradaban" dan Pembandingan Budaya
Ideologi merkantilisme sering kali dibarengi dengan anggapan bahwa budaya Eropa adalah yang paling "beradab". Pandangan ini mendorong para ilmuwan awal membandingkan kebudayaan Eropa dengan budaya-budaya lain yang mereka anggap "primitif". Walau kini pendekatan ini dianggap bias dan etnosentris, inilah yang awalnya memicu perkembangan teori-teori awal dalam antropologi.
Relevansi Merkantilisme dengan Antropologi
Pemicu Penelitian Sosial Awal
Meskipun bermotif ekonomi dan kolonialisme, kebijakan merkantilisme menyediakan landasan awal bagi tumbuhnya keilmuan yang lebih reflektif dan kritis terhadap perbedaan budaya. Informasi yang dikumpulkan selama masa kolonial menjadi bahan awal dalam studi-studi antropologi modern.
Mendorong Perspektif Global
Antropologi sebagai ilmu menuntut pemahaman lintas budaya. Dunia yang semakin terhubung akibat ekspansi ekonomi merkantilistik menjadikan manusia menyadari betapa beragamnya masyarakat dan cara hidup manusia. Dari sinilah lahir konsep relativisme budaya yang menjadi dasar penting dalam antropologi.
Kritik terhadap Warisan Kolonialisme
Kini, antropologi juga berkembang menjadi ilmu yang mengkritisi warisan kolonial, termasuk ketimpangan sosial dan pandangan superioritas budaya yang dulu lahir dari zaman merkantilisme. Dengan demikian, memahami hubungan antara merkantilisme dan antropologi bukan hanya soal sejarah, tetapi juga menjadi refleksi atas bagaimana ilmu harus bersikap etis dan berkeadilan.
Penutup
Merkantilisme telah menjadi salah satu pemicu awal lahirnya ilmu antropologi melalui proses ekspansi kolonial, interaksi budaya, dan pencarian pengetahuan tentang manusia. Meskipun bermula dari kepentingan ekonomi dan kekuasaan, perkembangan ini menunjukkan bahwa ilmu dapat tumbuh bahkan dari situasi yang tidak ideal.
Namun demikian, antropologi saat ini telah berkembang jauh dan menjadi alat untuk memahami keberagaman manusia secara lebih adil, kritis, dan reflektif.
Disclaimer:
Artikel ini hanya ditujukan kepada orang tua untuk memandu proses belajar anak.
Sebelum melihat kunci jawaban, siswa harus terlebih dahulu menjawabnya sendiri, setelah itu gunakan artikel ini untuk mengoreksi hasil pekerjaan siswa.
Baca artikel lain di Pos Kupang.com KLIK >>> GOOGLE.NEWS
Sebagian Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.