Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 9 April 2025, "Pesan Pembebasan"
Meski demikian, ketiganya bergeming dan dengan berani menjawab, “Ia (Allah) akan melepaskan kami dari api yang menyala-nyala”.
SUARA PAGI Bersama
Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor
Rabu, 9 Maret 2025
Hari biasa Pekan V Prapaskah
Lectio: Daniel 3:14-20,24-25,28; MT Dan. 3:52,53,54,55,56;
Yohanes 8:31- 42
PESAN PEMBEBASAN
Meditatio:
Kita semua ingin bebas! Satu pesan dari sabda Tuhan hari ini pun adalah pesan pembebasan. Baik Kitab Nubuat Daniel maupun Injil Yohanes memuat pesan pembebasan. Kitab Daniel (3:14-20,24-25,28) dalam bacaan pertama hari ini berkisah tentang Nebukadnezar raja Babel mengancam Sadrakh, Mesakh dan Abednego: “Jika kamu tidak menyembah, seketika itu juga akan dicampakkan ke dalam api yang menyala-nyala”.
Nyawa Sadrakh, Mesakh dan Abednego diujung tanduk karena tidak mau menyembah patung emas. Meski demikian, ketiganya bergeming dan dengan berani menjawab, “Ia (Allah) akan melepaskan kami dari api yang menyala-nyala”.
Keyakinan Sadrakh, Mesakh dan Abednego demikian teguh tak tergoyahkan. Mereka percaya, maka mereka dibebaskan dan diselamatkan Allah: “Ia (Allah) telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah percaya kepada-Nya”. Percaya pada Allah menjadi kunci pembebasan.
Dalam Injil Yohanes (8:31-42) pun, Tuhan Yesus berkata kepada kelompok orang yang percaya pada-Nya, “Jika kamu tetap dalam sabda-Ku, maka kamu benar-benar murid-Ku, dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan (membebaskan) kamu”.
Percaya pada Yesus menjadi kunci pembebasan. Buah pembebasan adalah damai, tenteram. Setiap orang menginginkan damai dan tenteram dalam hidup. Namun, kenyataannya impian damai itu kerap kali tidak tergapai.
Mengapa? Karena, orang terbelenggu oleh api yang menyala-nyala. Api ini bisa berbentuk api ketakutan, api kecemasan, api kekhawatiran, api kepanikan, api kegalauan, api kebencian, api keirihatian, api kemarahan, api cemburu, dan api-api yang lain yang terus menyala-nyala.
Kita ingat kembali Pandemi Corona beberapa tahun lalu. Di saat serbuan pandemi Corona Covid-19 ini, api-api itu berkobar, menyala semakin besar. Api itu terus menyulut kepanikan, kecemasan, kecurigaan, kesembronoan. Kita menjadi makin terbelenggu, tidak bebas dan tidak damai. Oleh karena itu, orang butuh pembebasan.
Bagaimana bisa dibebaskan? Kalau orang mau percaya dan berkajang dalam Sabda. Hendaknya kita percaya dan taat pada pemerintah sebagai pengampu kebijakan yang telah bersungguh-sungguh memikirkan, merencanakan, dan memutuskan hal-hal yang perlu dipatuhi dan dijalankan bersama.
Di samping itu, kita harus terus-menerus berkajang dalam Sabda Tuhan, percaya akan penyelenggaraan Ilahi. Waktu-waktu ini kita diundang untuk semakin intim dengan Tuhan yang bersabda.
Kalau selama ini, kita lebih sering meratap, mengeluh, memohon. Saat-saat ini kita diundang untuk lebih mau mendengarkan Allah yang berbicara, membiarkan Sabda-Sabda-Nya mengalir, meresap dan berdiam dalam hati kita.
Membiarkan Sabda-Nya menguasai dan menuntun hidup kita. “Jika kamu tetap dalam sabda-Ku, Aku akan
memerdekakan kamu”. (RD. M Nur Widipranoto dalam https://karyakepausanindonesia.org/2020/03/31).
Missio:
Renungan Harian Katolik Senin 1 September 2025, "Tiada Nabi yang Dihargai di Tempat Asalnya" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Minggu 31 Agustus 2025, "Karunia dalam Kerendahan Hati" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Minggu 31 Agustus 2025, "Orang yang Rendah Hati Diberkati Tuhan" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Minggu 31 Agustus 2025, “Siapa Merendahkan Diri akan Ditinggikan" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik 31 Agustus 2025, "Perjamuan Istimewa Bagi Orang Kecil" |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.