Kota Kupang Terkini

Ama Koji, Tukang Tambal Ban Panggilan yang Siap Layani hingga Tengah Malam di Kupang

Setelah menutup usahanya, Ama sempat menganggur beberapa bulan sebelum akhirnya bekerja serabutan sebagai tukang bangunan.

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/EUGENIUS S BORO
Ama Koji Sedang Mengisi angin ban mobil pelanggannya, Selasa (8/4/2025) 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eugenius Suba Boro

POS-KUPANG.COM, KUPANG – Di tengah hiruk-pikuk Jalan Frans Seda, tepat di depan Polresta Kupang Kota, berdiri sebuah motor sederhana dengan papan nomor telepon yang mencolok.

Di situlah Ama Koji menjalankan usahanya sebagai tukang tambal ban panggilan.

Dengan nomor yang bisa dihubungi di *0853 3858 7908*, Ama Koji memulai usaha tambal ban panggilan ini sejak Desember 2024.

Ide ini sebenarnya telah ia pikirkan sejak tahun 2014, namun baru terlaksana setelah melalui pertimbangan matang bersama sang istri.

“Saya dan istri pikir-pikir dulu, akhirnya kami mulai dengan apa yang kami punya,” ujar Ama saat diwawancarai reporter Pos Kupang ditempat mangkalnya, Selasa (8/4/2025).

Sebelum memulai usaha tambal ban keliling, Ama Koji pernah menjalankan bengkel kecil sejak 2004 di depan kantor Dinas PUPR Kota Kupang. Namun karena lapaknya berada di badan jalan, ia sering ditegur dan usahanya pun sepi pengunjung.

Baca juga: Kisah Pedagang Memilih Berjualan di Pinggir Jalan, 60 Lapak Pasar Baru Atambua Belu Mubazir

“Saya putuskan berhenti, karena perizinan sulit dan tempatnya ganggu jalan,” ujarnya sambil mengisi angin ban mobil pelanggannya.

Setelah menutup usahanya, Ama sempat menganggur beberapa bulan sebelum akhirnya bekerja serabutan sebagai tukang bangunan.

 Saat pandemi COVID-19 melanda pada 2020, ia banting setir menjadi tukang ojek.

“Saya tidak takut mati, pokoknya biar corona saya tetap kerja biar bisa makan,” katanya. Pendapatan sebagai ojek kala itu cukup lumayan, bisa mencapai Rp 500 ribu sehari jika ramai.

Namun, ketika ojek online mulai masuk Kupang, Ama kembali menjadi tukang bangunan. Ia mengaku terampil di bidang ini karena ayahnya dahulu juga tukang. Meski begitu, upah sebagai tukang bangunan tidak selalu cukup untuk menghidupi keluarganya. Dari sanalah ia dan istrinya mulai merancang usaha tambal ban keliling.

Dengan potongan besi, Ama merakit sendiri dudukan kompresor dan alat tambalnya. Awalnya ia hanya berkeliling sekitar kota Kupang. Banyak yang tertarik, namun kendala muncul Ama tidak memiliki ponsel. Ia lalu mengumpulkan uang selama beberapa minggu, meminjam dari sahabatnya, dan membeli ponsel seharga Rp700 ribu.

Baca juga: Polresta Tetapkan Tersangka Baru Kasus Penikaman di Jalur 40 Kota Kupang

Ama mengaku bahwa ia putus sekolah sejak sekolah dasar sehingga ia tidak pandai menggunakan telepon.

“Saya tidak pandai menulis, tapi bisa baca. Saya cuma sekolah sampai kelas 3 SD, jadi teknologi itu susah buat saya,” ujarnya polos.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved