Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 29 Maret 2025, "Sikap yang Benar dalam Berdoa"
Ia memandang positif pada dirinya. Ia merasa bangga karena telah berpuasa dan memberikan persepuluhan lebih dari yang ditentukan
SUARA PAGI
Bersama
Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor
Sabtu, 29 Maret 2025
Hari biasa Pekan III Prapaskah
Lectio: Hosea 6:1-6; Mazmur 51:3-4,18-19,20-21ab;
Lukas 18:9-14
Sikap yang Benar dalam Berdoa
Meditatio:
Suara pagi hari ini bertemakan “Sikap yang benar dalam berdoa”. Masa Prapaskah adalah kesempatan untuk mengadakan retret agung, di mana kita diundang untuk memperdalam relasi kita dengan Tuhan dalam doa.
Dalam Injil Lukas (18:9-14) hari ini, Yesus memberikan pengajaran bagaimana sikap yang benar dalam berdoa. Pengajaran ini pertama-tama ditujukan kepada mereka yang kerap “menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain.”
Melalui sebuah perumpamaan, Yesus menuturkan sikap kontras dalam berdoa antara orang Farisi dan pemungut cukai. Dalam Bait Allah orang Farisi ini berada cli jajaran depan. Namun ia bukannya memuji Tuhan, malah bermegah di hadapan-Nya atas segala pencapaian dan kesalehannya. Ia menonjolkan apa yang menjadi kelebihannya.
Ia memandang positif pada dirinya. Ia merasa bangga karena telah berpuasa dan memberikan persepuluhan lebih dari yang ditentukan. Bila orang Yahudi hanya berpuasa setahun sekali pada Hari Raya Pendamaian, orang Farisi ini rutin berpuasa seminggu dua kali, hari Senin dan Kamis.
Bila orang Yahudi dituntut memberikan persepuluhan atas hasil ternak serta panen gandum dan anggur, orang Farisi ini bahkan memberikan persepuluhan atas semua penghasilannya, termasuk dalam hal rempah-
rempah bumbu dapur.
Tidak hanya itu, orang Farisi tersebut juga mengatakan bahwa dia tidak seperti “pemungut cukai ini.” Orang lain (pemungut cukai), dilihatnya dengan kacamata negatif, dari sisi kesalahan dan kelemahannya saja.
Maklumlah pemungut cukai oleh orang Yahudi kerap dipandang sebagai orang berdosa, karena menarik pajak bagi penjajah Romawi dan biasa menarik lebih dari yang ditentukan.
Pemungut cukai dengan perasaan takut datang kepada Allah. Oleh karena itu, ia hanya memilih tempat paling jauh di belakang. Ia tidak berani menengadah, melainkan memukul diri dan berkata lirih, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”
Yesus menegaskan si pemungut cukai pulang sebagai orang yang dibenarkan Tuhan. Sementara orang Farisi yang menganggap diri saleh justru tidak dibenarkan oleh-Nya.
Barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan oleh Tuhan. Sebaliknya, yang meninggikan diri justru akan
direndahkan oleh-Nya.
Dalam Kitab Nabi Hosea ini, bangsa Israel memperlihatkan kepalsuan dan kesombongannya. Dalam sebuah upacara tobat, umat Israel seakan-akan berseru kepada Allah. Mereka tampak menyesal atas segala dosanya.
Padahal kenyataannya, mereka belum sungguh-sungguh bertobat. Mereka masih mengandalkan kemampuan dirinya, bukan kekuatan Allah.
Renungan Harian Katolik Kamis 18 September 2025, “Dosanya Diampuni karena Berbuat Kasih” |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Kamis 18 September 2025, "Mengampuni Wanita Pendosa" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Kamis 18 September 2025, "Perbuatan Kasih Menghapus Dosa" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Rabu 17 September 2025, “Hikmat Allah” |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Rabu 17 September 2025, "Mereka Itu Seumpama" |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.