TTU Terkini

TMMD ke-123, Asa Pamungkas TNI Menggenapi Nazar Anak Yatim di Kaki Bukit Lanaus

Negara harus hadir untuk menjaga sisi kemanusiaan dari semua ciptaan Tuhan. TMMD juga merupakan wujud kehadiran negara untuk masyarakat.

Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON
Dandim 1618/TTU bersama kepala sekolah, guru-guru dan siswa-siswi SDN Lanaus usai menyampaikan kabar baik tentang sasaran Program TMMD. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon 

POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Rintik hujan berdesing ringan di atap seng. Awan hitam menggantung berat di langit Desa Lanaus pagi itu. Hari itu Senin, 13 Januari 2025. Pemandangan tak lazim muncul di hadapan penulis ketika tiba di sebuah rumah milik warga untuk berteduh. Dua orang anak berjalan dengan langkah teratur. Mengenakan seragam merah putih dan sendal jepit, mereka menyusuri jalan sejauh sekitar 100 meter dari ruas jalan umum. 

Diselimuti dingin yang masih terjebak di bawah Kaki Bukit Lanaus pagi itu, mereka bergegas ke sekolah menyusuri jalan yang penuh lumpur. Sesekali mereka berpindah ke sisi jalan yang lain menghindari lumpur. Miris memang.

Dua orang bocah yang belakangan diketahui bernama Sevrinus Haki (11) dan Vinsensius Taek (11) ini adalah saudara kandung. Mereka adalah anak kembar yang berdomisili di Desa Lanaus.

Sevrinus dan Vinsensius saat ini sedang duduk di bangku kelas V, Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lanaus. Sekolah ini terletak di Desa Lanaus, Kecamatan Insana Tengah, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Anak Yatim

Sevrinus dan Vinsensius adalah anak yatim. Dua anak berwajah tampan ini ditinggal pergi ayah mereka almarhum Fabianus Teti Naimnule pada tahun 2023 lalu. Mereka berdomisili di RT 16, Dusun 2, Desa Lanaus.

Sejak saat itu, dua bocah ini tinggal bersama ibunda mereka, Elisabeth Eli. Sevrinus dan Vinsensius memiliki dua orang kakak. Setelah menikah, dua orang kakak mereka kemudian berdomisili di wilayah lain bersama suami.

Sevrinus mengakui bahwa, ketika memasuki musim hujan mereka tidak dilarang oleh guru mengenakan sendal jepit ke sekolah. Hal ini disebabkan oleh kondisi sekolah yang tidak memungkinkan.

Sevrinus tidak pernah bosan pergi ke sekolah. Meski diguyur hujan lebat, dia dan saudaranya tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.

Kondisi kehidupan yang sulit mendorong dua bocah ini menjadikan pendidikan sebagai satu-satunya tumpuan untuk merubah kondisi keluarga dan kehidupan mereka.

Menurut pengakuan ibu dari Sevrinus dan Vinsensius bernama Elisabeth Eli, setelah kepergian ayah dari dua bocah ini, mereka berjuang hidup di atas kaki sendiri. Almarhum suaminya merupakan seorang petani.

Demi memastikan tungku api di dapur tetap menyala, Elisabet yang sebelumnya merupakan seorang ibu rumah tangga kemudian berjibaku di kebun untuk menghidupi dua orang buah hatinya.

Sesekali dua orang bocah ini membantu ibunya di kebun jika tidak diberikan tugas atau pekerjaan rumah (PR) dari guru kelas mereka.

"Hidup kami punya susah sekali. Tapi mau bagaimana lagi, saya harus kerja untuk anak-anak,"ujarnya sambil menyeka butiran derita yang mengalir di kedua pipinya yang perlahan keriput.

Elisabeth enggan mengisahkan lautan duka ini kepada tetangga maupun kerabatnya. Ia tidak mau litani kesedihan yang dialaminya menjadi beban bagi orang lain.

Bagi Elisabeth, pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab dirinya sebagai ibu sekaligus kepala keluarga. Dengan harapan, keberhasilan buah hatinya kelak tidak menjadi cerita miring orang lain.

Kondisi Bangunan SDN Lanaus

Sevrinus dan Vinsensius tiba di bangunan sederhana di Jalan Ariesta nomor 03, Fautkoto, Desa Lanaus. Bangunan SDN Lanaus ini sangat mengiris sukma. Dinding bangunan ini terbuat dari pelepah Daun Gewang, Bahasa Indonesia; Gebang (salah satu tumbuhan yang hidup di daratan Pulau Timor).

Terdapat 6 ruangan yang berjejer rapi. Daun pintu bangunan ini terbuat dari seng yang sudah berlubang. Sementara atap bangunan ini terbuat dari seng yang sudah usang. Dinding dan atap bagian dalam ruangan dari bangunan ini dipenuhi sarang laba-laba. 

Kayu-kayu penyangga atap sudah lapuk dimakan usia. Serbuk kayu sesekali berguguran dari kayu-kayu tersebut ketika disapu angin. Beberapa meja dan kursi yang tidak layak pakai terlihat miring dan nyaris ambruk tersimpan di dalam ruangan itu. Masing-masing ruangan diisi sesuai jumlah siswa-siswi.

Lantai tanah menjadi salah satu aspek yang paling mengiris hati. Beberapa titik lantai tanah di dalam ruang kelas ini masih digenangi banjir. Siswa-siswi lalu lalang seakan kondisi ini adalah fakta yang tak bisa dirubah.

Tepat di hadapan bangunan 6 ruang kelas itu berdiri sebuah bangunan yang tampak miring. Bangunan ini terlihat agak berbeda berdinding triplek berwarna biru yang kian pudar dengan dinding setinggi pinggang orang dewasa dicor setengah tembok.

TNI, Polri dan Warga Desa Lanaus bergotong-royong mengerjakan Gedung SDN Lanaus
TNI, Polri dan Warga Desa Lanaus bergotong-royong mengerjakan Gedung SDN Lanaus

Atap seng bangunan ini sudah berwarna cokelat. Menyiratkan pesan tentang usia bangunan yang tidak dapat dihitung dengan jari. Bangunan terdiri dari 2 ruangan yakni ruang guru dan ruangan kepala sekolah.

Vinsensius Taek mengatakan, mereka menikmati kondisi bangunan ini karena tidak memiliki pilihan lain. Sekolah ini adalah satu-satunya harapan mereka menggapai masa depan.

Terkadang, mereka harus menghentikan proses belajar mengajar karena hujan lebat disertai angin kencang. Banjir menggenangi ruang kelas ini ketika hujan lebat mengguyur wilayah itu.

Atap seng yang sudah usang menyebabkan rintik hujan menetes masuk ke dalam ruang kelas. Guru-guru terpaksa menghentikan proses belajar mengajar jika situasi tidak memungkinkan.
 
Tidak jarang siswa-siswi dan guru-guru harus tetap melanjutkan proses pembelajaran dengan banjir yang menggenangi lantai tanah ruang kelas setinggi mata kaki. Kondisi miris ini dialami penghuni sekolah sejak sekolah ini didirikan.

"Kami selalu berdoa dan bernazar kepada Tuhan, semoga Tuhan bisa kasih kami sekolah baru," ujar Vinsensius dengan mata berkaca-kaca.

Guru Wali Kelas V SDN Lanaus, Maria Fatimah Usfinit mengatakan, ketika musim hujan, mereka melaksanakan proses pembelajaran dengan kondisi lantai tanah berlumpur. Tidak hanya itu, mereka juga sangat kesulitan memperoleh air bersih di sekolah itu. 

Saat mengikuti proses belajar mengajar, siswa-siswi menggunakan kursi dan meja yang tidak layak. Kursi dan meja ini mereka peroleh dari SDK Tualeu ketika sekolah ini berdiri pada tahun 2016 lalu. 

SDN Lanaus dibangun karena jarak tempuh dari pemukiman warga ke SDK Tualeu sangat jauh. Inisiatif orang tua siswa, sejumlah guru dan pemerintah desa serta stakeholder terkait kemudian mendorong dibangunnya sekolah itu.

Bangunan SDN Lanaus Terbakar, Siswa Belajar di Lopo dan Teras Rumah Warga 

Perjalanan panjang berdirinya SDN Lanaus tidak semudah yang dibayangkan. Sekolah ini melewati sejumlah kisah rumit yang sangat menyentuh hati.

Setelah berdiri pada tahun 2016 lalu, orang tua siswa dan masyarakat setempat kemudian berinisiatif untuk membersihkan lahan yang dihibahkan pemilik lahan berjarak 50 meter dari bangunan SDN Lanaus saat ini. 

Mereka kemudian bergotong-royong membangun ruang kelas sederhana untuk angkatan pertama siswa-siswi SDN Lanaus saat itu. Sebanyak 4 ruangan yang dibangun saat itu yakni; 1 ruang guru, dan 3 ruang kelas. 

Maria Fatima Usfinit menjelaskan, beberapa bulan setelah bangunan sekolah sederhana itu dibangun, tepatnya pada Bulan November 2016 bangunan sekolah yang didirikan secara swadaya ini terbakar. Semua inventaris yang ada di sekolah yang baru berdiri seumur jagung itu ludes dilalap api. 

Tak patah arang, para guru dan murid-murid kemudian berpindah melaksanakan proses belajar mengajar di lopo (bangunan sederhana khas masyarakat Suku Dawan yang dibangun tepat di samping atau di belakang rumah yang digunakan untuk menyimpan hasil pertanian) dan di teras rumah milik warga setempat.

Gedung SDN Lanaus lama sebelum disentuh Program TMMD
Gedung SDN Lanaus lama sebelum disentuh Program TMMD

Ia mengaku bersyukur, warga setempat memiliki semangat tinggi dan sangat mendukung siswa-siswi mereka tetap melaksanakan proses belajar mengajar di lopo dan teras rumah mereka.

Proses belajar mengajar ini berlangsung di lopo dan teras rumah warga sejak tahun 2016 sampai 2018. Saat itu, baru memasuki 3 angkatan dengan tiga kelas pembelajaran.

"Karena kita sudah perasaan dengan pemilik rumah, dan tidak ada tanah makanya pada tahun 2018 baru kami pindah ke sini," ungkapnya.

Setelah berembuk dengan orang tua/wali murid dan sejumlah pihak mereka kemudian membeli tanah dan mendirikan bangunan sekolah sederhana di lokasi saat ini.

Dikunjungi Babinsa dan Terima Pesan Magis 

Wajah Kepala Sekolah SDN Lanaus, Agustinus Siki hari itu tampak muram. Raut cemas menghantui pria murah senyum itu. Kecemasan soal musim hujan mulai menghantui kepalanya.

Pasalnya, musim hujan menjadi petaka terbesar bagi seluruh penghuni SDN Lanaus. Di satu sisi cemas akan kondisi sekolah yang memprihatinkan, di sisi lain Agustinus mengaku khawatir akan kondisi kesehatan anak-anak didiknya.

Ia menyebut sebanyak 96 siswa-siswi sedang mengenyam pendidikan di SDN Lanaus. Siswa-siswi ini terbagi dalam 6 kelas berbeda. Sebanyak 3 orang guru PNS, 5 orang guru PPPK, 1 orang operator dan 5 orang honorer. 

Agustinus mengatakan, pada Bulan November 2024 lalu, dirinya dikunjungi oleh Babinsa Desa Lanaus, Serda Osorio Soares.

Dalam kunjungan tersebut Serda Osorio mengaku diminta oleh Dandim 1618/TTU untuk melakukan pengecekan terhadap fasilitas pendidikan, rumah ibadah maupun fasilitas umum lainnya yang rusak parah atau tidak layak untuk menjadi sasaran Program TMMD ke 123. Saat itu semua Babinsa diinstruksikan melaksanakan tugas ini.

Ia kemudian menyampaikan data-data tentang sekolah seperti sertifikat tanah, profil sekolah dan sejumlah dokumen lainnya yang dipersyaratkan. Pasca data ini diberikan, Babinsa Desa Lanaus, Serda Osorio memberikan pesan magis. 

Pesan magis ini yakni Serda Osorio meminta kepala sekolah, guru-guru dan siswa-siswi memberikan dukungan doa agar SDN Lanaus bisa menjadi sasaran TMMD.

Agustinus mengaku sempat tidak yakin sekolah ini bakal menjadi sasaran TMMD. Banyak sekolah di Kabupaten TTU yang mengalami nasib yang sama dengan SDN Lanaus dimana kondisi bangunan sangat memprihatinkan. Walaupun begitu, doa tetap mereka panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Mahakuasa.

Pesan Magis Manjur, SDN Lanaus Jadi Sasaran Program TMMD 123 Kodim 1618/TTU

Hari itu Selasa, 21 Januari 2025. Awan tebal masih menjadi primadona di langit Desa Lanaus pagi itu. Proses pembelajaran di SDN Lanaus berjalan sebagaimana mestinya. Guru kelas sibuk memberikan pelajaran kepada anak-anak didik.

Tidak lama berselang, seluruh penghuni SDN Lanaus dikagetkan oleh kehadiran 1 unit mobil berwarna hijau. Tidak hanya itu, Babinsa Desa Lanaus, Serda Osorio Soares juga tiba bersamaan dengan kehadiran mobil tersebut.

Penumpang mobil hijau yang diketahui merupakan Dandim 1618/TTU, Letkol Arm Didit Prasetyo Purwanto, S. E ini kian menimbulkan tanda tanya. 

Usai bersalaman, orang nomor satu Kodim 1618/TTU ini kemudian menyampaikan kabar sukacita. SDN Lanaus akan menjadi sasaran Program TMMD ke 123 Kodim 1618/TTU.

Tangis para guru dan siswa-siswi pecah menerima kabar gembira ini. Sukacita yang tak terhingga digambarkan dalam derai air mata para guru dan siswa-siswi. Litani kesedihan yang mereka daraskan usai dititip pesan magis Serda Osorio Soares akhirnya terjawab. 

Agustinus Siki mengakui bahwa, ketika menerima kabar baik itu, mereka diselimuti rasa senang yang luar biasa. Doa-doa yang dipanjatkan akhirnya terjawab.

Selain menyampaikan kabar baik itu, Dandim 1618/TTU juga meninjau langsung kondisi bangunan SDN Lanaus dan memastikan kesiapan lokasi tersebut untuk pelaksanaan kegiatan TMMD.

Letkol Arm Didit juga meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan kepala sekolah, anak-anak dan Kepala Desa Lanaus. Ia juga menyempatkan diri berbincang dengan salah satu orang tua murid yang kebetulan berada di sekolah itu. 

"Pembukaan TMMD akan dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2025 nanti,"ujar Letkol Arm Didit sambil mengelus kepala seorang siswa SDN Lanaus dengan lembut.

Izin Leluhur dan Cara TNI Menghargai Kebudayaan Masyarakat 

Kepala Sekolah SDN Lanaus, Agustinus Siki memegang dua ekor ayam merah. Danramil 1618-04/Bisel, Kapten Cba Dominggus Atamani, ditemani Babinsa Desa Lanaus, Serda Osorio Soares, Kepala Desa Lanaus bersama beberapa orang perangkat desa dan beberapa orang guru tampak berdiri khusyuk.

Sabtu, 1 Februari 2025, langit di Kaki Bukit Lanaus sepertinya memberikan izin pagi itu. Mendung tanpa setetes hujan. Tua Adat, Simon Haki mengucapkan beberapa kalimat adat, angin berhembus pelan seakan memberi tanda. Ayam digenggamannya beberapa kali berusaha melepaskan diri.

Darah ayam mengucur deras usai sebilah pisau yang digenggam Simon menyayat leher ayam tersebut. Hening menyelimuti wilayah itu. Darah ayam kemudian diteteskan di atas batu ceper yang diletakkan di lokasi tanah SDN Lanaus.

Usai ritual tersebut, Simon Haki kemudian mengecek usus ayam untuk melihat tanda. Bagi masyarakat Suku Dawan, upacara ini wajib dilaksanakan sebelum memulai pembangunan rumah ataupun bangunan. Upacara ini sebagai wujud permintaan izin kepada leluhur.

Ritual ini juga dilaksanakan untuk memohon izin kepada leluhur agar pembangunan gedung SDN Lanaus dilaksanakan tanpa gangguan. 

Senyum merekah dari bibir Simon Haki setelah beberapa menit mengamati usus ayam itu. Ia kemudian menegaskan bahwa, tanda baik ditunjukkan dalam usus ayam tersebut. Hal ini menandakan bahwa, pembangunan mendapat restu dari leluhur dan dipastikan berjalan sukses.

Danramil 1618-04/Bisel, Kapten Cba Dominggus Atamani mengatakan, TNI sangat menghargai kebudayaan masyarakat setempat. Setelah menerima masukan dari masyarakat setempat, ritual adat tersebut kemudian digelar.

Ritual adat ini, kata Kapten Dominggus, merupakan salah satu cara TNI menghargai kebudayaan masyarakat dan membuktikan kedekatan hubungan TNI dan masyarakat setempat. 

Pembangunan 4 Ruang Kelas SDN Lanaus, Fajar Harapan Penunjang Kesenjangan Fasilitas Pendidikan  

Hari masih pagi, bunyi gong menggema di Kaki Bukit Lanaus. Tangan Dandim 1618/TTU, Letkol Arm Didit Prasetyo Purwanto meletakkan kembali palu usai 3 kali benda itu bersarang pada permukaan gong yang menggantung. 

Ratusan prajurit TNI dari 3 matra yakni TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Darat dan TNI Angkatan Udara beserta anggota Polri berbaris di lapangan apel. Hari itu Rabu, 19 Februari 2025, berlangsung pelaksanaan apel pembukaan TMMD ke 123 di Halaman SMP Negeri Lanaus. Bupati TTU diwakili Asisten I Setda TTU bersama Forkopimda, pemerintah kecamatan dan pemerintah desa, masyarakat dan guru-guru serta siswa-siswi SDN Lanaus ambil bagian dalam kesempatan itu.

Pemandangan tak biasa mengetuk pikiran penulis. Para prajurit TNI dari tiga matra dan anggota Polres TTU berdiri tegap dengan memanggul tas ransel. Beberapa terlihat menggunakan sarung tangan.

Usai penandatanganan naskah TMMD ke 123, acara dilanjutkan dengan penyerahan peralatan bangunan secara simbolis. Tepuk tangan riuh menggertak ketika dua orang prajurit TNI dan seorang masyarakat secara simbolis menerima peralatan kerja bangunan. 

Tidak lama berselang, deru mesin mobil yang terdengar sangar khas milik prajurit TNI meraung dari kejauhan. 5 mobil truk berjejer seperti gerbong kereta api berjalan pelan menuju lokasi TMMD. Beberapa orang anggota TNI dan Polri yang menumpang kendaraan itu melempar senyum hangat.

TNI, Polri dan warga Desa Lanaus bergotong-royong mengerjakan Gedung SDN Lanaus
TNI, Polri dan warga Desa Lanaus bergotong-royong mengerjakan Gedung SDN Lanaus (POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON)

Ketika mobil truk itu benar-benar dipastikan terparkir dengan aman, para prajurit TNI dan Polri kemudian keluar dari barisan dan sigap mengeluarkan peralatan dan serta bahan bangunan. Yel-yel berkumandang dengan lantang.

Deru mesin pengaduk campuran beton atau molen kemudian menggema memecah riuh pembukaan TMMD ke 123. Sesaat kemudian, bunyi gesek sekop beradu kuat dengan campuran pasir, semen dan kerikil. Masyarakat Desa Lanaus mulai mengantri bersama TNI-POLRI menjinjing campuran yang diisi dalam ember berukuran kecil.

Campuran itu lalu diantar kepada beberapa orang prajurit TNI yang telah siap menggenggam sendok semen. Keringat mengucur deras di dahi dan wajah mereka. Terik mentari seakan tak berarti siang itu. Semangat dan sukacita berhasil menaklukkan panas matahari.

Serda Ferdinandus Auri sibuk menggerakkan tangan di atas campuran semen dan pasir. Prajurit Kodim 1618/TTU ini merupakan seorang kepala tukang Program TMMD 123 pembangunan gedung SDN Lanaus. 

Sejak pindah tugas dari kesatuan Yonif RK 744/SYB Atambua Kodim 1618/TTU pada tahun 2017 lalu, Serda Ferdinandus selalu menjadi prajurit yang dipercayakan oleh pimpinan untuk terjun langsung dalam Program TMMD. Ia menjadi prajurit yang ambil bagian langsung menyukseskan 7 kali Program TMMD.

Kebanggaan TMMD adalah Gotong-royong dan Manunggal bersama Rakyat 

Menurut Serda Ferdinandus, selama 7 kali terjun langsung dalam Program TMMD, kebanggaan tersendiri bagi mereka adalah terlibat langsung dalam semangat gotong-royong dan juga kemanunggalan atau menyatu bersama masyarakat. Semangat gotong-royong dan kemanunggalan bersama rakyat ini menjadi kenangan yang tidak akan dilupakan.

Sejak dipercayakan pimpinan untuk ambil bagian dalam Program TMMD, Serda Ferdinandus semakin banyak memiliki keluarga dan sahabat kenalan. 

"Setiap kali TMMD kita berbaur dengan masyarakat, TNI dari satuan lain dan Polri. Makan juga kita berbaur, masyarakat makan jagung kita juga makan jagung. Dan kita senang hidup dan merasakan sukacita bersama mereka. Dengan adanya TMMD ini kami memiliki keluarga baru di beberapa kecamatan," ungkapnya 

Menariknya, kemanunggalan TNI-POLRI dan rakyat ini yang menjadi salah satu faktor penunjang suksesnya pelaksanaan Program TMMD. Pekerjaan semakin terasa mudah dan cepat.

Pembangunan pondasi bangunan SDN Lanaus yang berukuran panjang 8 meter dan lebar 8 meter tuntas hanya dalam kurun waktu seminggu berkat kekuatan gotong-royong itu.

Antusiasme dari masyarakat untuk membangun fasilitas pendidikan di wilayah mereka bersama TNI sangat tinggi. Sebagai prajurit, Serda Ferdinandus menjalankan tugas ini dengan tulus dan ikhlas.

Kebersamaan dengan masyarakat dalam Program TMMD sangat luar biasa. Selama kegiatan TMMD, Prajurit TNI dan Polri tinggal bersama masyarakat.

"Jadi semua keluarga yang kami tinggal dengan mereka itu adalah orang tua dan keluarga kami," ucapnya.

Berkat dukungan masyarakat dan pemerintah setempat, selama 7 kali ambil bagian dalam Program TMMD, kata Serda Ferdinandus, pelaksanaan kegiatan pembangunan tidak pernah gagal atau terlambat dari 30 hari yang ditetapkan. Semuanya berjalan sukses dan tepat waktu.

Kunjungan Tim Wasev TMMD Mabes TNI

Lautan masyarakat berdesakan di halaman SDN Lanaus. Mereka menanti kehadiran Ketua Tim Pengawasan dan Evaluasi (Wasev) TMMD ke 123 dari Mabes TNI. Sukacita tergambar jelas di wajah mereka.

Anak-anak sekolah dasar yang mengenakan pakaian adat berbaris dengan kembang terselip di kedua tangan mereka. Sebanyak 16 orang siswi SDN Lanaus ini merupakan penari. Mereka ditugaskan menyambut kehadiran Ketua Tim Wasev TMMD ke 123 dan rombongan dengan tarian.

Hari itu, Kamis, 6 Maret 2025, Ketua Tim Wasev Mabes TNI, Mayjen TNI Gabriel Lema, S.Sos beserta Padya Spaban-3 Letkol Pnb. Armin Yusuf menggelar kunjungan di lokasi kegiatan TMMD Kodim 1618/TTU.

Jenderal bintang dua yang menjabat sebagai Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI ini mengaku diperintahkan oleh Panglima TNI dan KASAD TNI-AD untuk menjadi Ketua Tim Wasev TMMD ke 123.

TMMD adalah wujud kebersamaan kemanunggalan TNI dan masyarakat. TNI-Polri akan selalu hadir dalam setiap detik persoalan masyarakat.

Dalam menjalankan tugasnya,TNI memiliki peran pokok sebagai penjaga kedaulatan, keutuhan dan menjaga keselamatan bangsa.

Kunjungan Ketua Tim Wasev TMMD ke 123 Mabes TNI
Kunjungan Ketua Tim Wasev TMMD ke 123 Mabes TNI (POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON)

"Sehingga masyarakat bisa menjalankan semua tugas dan aktivitas dengan aman dan adil. Tetapi juga berjalan meningkatkan sesuai tuntutan waktu dan keinginan masyarakat sendiri," ujarnya.

Mayjen Gabriel menuturkan, TMMD merupakan salah satu model TNI memberikan dharma bakti untuk bangsa dan masyarakat sepenuhnya.

Negara harus hadir untuk menjaga sisi kemanusiaan dari semua ciptaan Tuhan. TMMD juga merupakan wujud kehadiran negara untuk masyarakat.

TNI-POLRI wajib terjun langsung dalam semua kegiatan yang dilaksanakan pemerintah daerah. Pasalnya, tanggung jawab pembangunan di daerah tidak ringan.

TMMD Solusi Mengatasi Kesenjangan Fasilitas Pendidikan di Pedalaman Pulau Timor 

Senyum kepala sekolah, guru-guru, siswa-siswi SDN Lanaus, dan masyarakat Desa Lanaus merekah pasca apel penutupan TMMD ke 123, Kamis, 20 Maret 2025.

Sesekali mereka melempar senyum kepada Kasdam IX/UDY, Brigjen TNI Taufiq Hanafi dan rombongan yang berjalan santai di atas rabat beton menuju ke bangunan gedung SDN Lanaus. Usai menggunting pita seremoni peresmian sasaran TMMD, mereka kemudian masuk ke dalam ruang kelas dan melihat langsung bangunan itu.

Kasdam IX/UDY, Brigjen TNI Taufiq Hanafi menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten TTU dan semua pihak yang sudah membantu Kodim 1618/TTU dalam menyukseskan kegiatan TMMD ke 123.

"Sehingga berjalan dengan lancar, tepat waktu dan kita bisa lihat sendiri hasilnya," ujarnya.

Jenderal bintang satu ini mengatakan, semua yang telah dibangun tersebut sebisa mungkin dirawat dengan baik agar memberikan nilai manfaat kepada anak-anak sekolah.

"Apa yang kita buat bersama, mari kita rawat, kita jaga sehingga usia pakainya bisa lama dan bisa memberikan manfaat," ucap Brigjen TNI Taufiq.

Kasdam IX/Udayana saat meresmikan sasaran TMMD ke 123 di SDN Lanaus
Kasdam IX/Udayana saat meresmikan sasaran TMMD ke 123 di SDN Lanaus TMMD ke 123, Asa Pamungkas TNI Menggenapi Nazar Anak Yatim di Kaki Bukit Lanaus

Wakil Bupati TTU, Kamillus Elu mengatakan, luas wilayah Kabupaten TTU 2.674 km⊃2; terdiri dari 24 kecamatan, 182 desa dan 11 kelurahan. Kabupaten TTU berbatasan dengan Negara Demokratik Timor Leste Distrik Oecusse.

Sebagai salah satu wilayah perbatasan sekaligus menjadi garda terdepan NKRI, pembangunan fasilitas umum di Kabupaten TTU harus dilakukan secara maksimal. Mimpi-mimpi ini terwujud melalui Program TMMD.

Atas nama seluruh warga kabupaten TTU khususnya warga Desa Lanaus, Kecamatan Insana Tengah, Kabupaten TTU, Kamilus menyampaikan terima kasih kepada Mabes TNI melalui Kodam IX/Udayana, Korem 161/Wira Sakti dan Kodim 1618/TTU yang telah membantu masyarakat mencerdaskan anak bangsa di Kabupaten TTU melalui Program TMMD.

Program TMMD, kata Kamillus, telah menghasilkan karya bangunan yang berkualitas dan anggun untuk masyarakat khususnya generasi penerus bangsa.

Di masa mendatang, Kamillus memastikan pihaknya akan membangun kerja sama dengan TNI untuk membangun Kabupaten TTU. Kegiatan TMMD sejatinya telah berlangsung cukup lama dengan melahirkan bukti nyata manfaat yang diterima oleh masyarakat.

"Dari pembangunan gedung gereja, jalan, jembatan dan masih banyak lagi. Hal ini membuktikan bahwa kemanunggalan TNI dan masyarakat tidak diragukan lagi dan harus terus dipupuk dan dijaga,"ucapnya.

Kamillus menjelaskan, kegiatan TMMD di Desa Lanaus menjadi spesial karena sasaran kegiatan salah satunya adalah pembangunan gedung sekolah. Gedung sekolah yang memadai akan mendukung kegiatan belajar mengajar anak-anak, generasi TTU di waktu yang datang.

Bupati TTU dan Wakil Bupati TTU menaruh perhatian serius terhadap bidang pendidikan. Penyediaan fasilitas pendidikan yang representatif dan pemerataan tenaga pendidik menjadi prioritas kebijakan pemerintah daerah. Hal ini bertujuan untuk menekan biaya pendidikan dan dana BOS.

Kepada masyarakat Desa Lanaus, kata Kamillus, sebagai penerima bantuan diharapkan dapat memelihara gedung sekolah ini secara baik, sehingga dapat digunakan dari generasi ke generasi.

"Melalui kegiatan TMMD ini kita belajar bagaimana kegiatan gotong royong yang mulai pudar semangatnya. Maka melalui kegiatan ini nilai-nilai kegotong royongan terus ditingkatkan bersama,"ujarnya.

Lebih daripada itu, Program TMMD telah membuktikan diri selama bertahun-tahun sebagai solusi mengatasi kesenjangan fasilitas pendidikan di Pedalaman Pulau Timor, NTT.

Sasaran Fisik dan Non Fisik TMMD ke 123 Kodim 1618/TTU

Dandim 1618/TTU, Letkol Arm Didit Prasetyo Purwanto, S. E menjelaskan, pembangunan sasaran fisik TMMD 123 tahun 2025 mencakup pembangunan bangunan 4 ruang kelas SD Negeri Lanaus. Bangunan tersebut berukuran panjang 8 meter, lebar 8 meter dan tinggi 5 meter. Dengan demikian, total luas bangunan keseluruhan mencapai 8×32 meter. 

Dalam Program TMMD ke 123, mereka juga pembangunan 1 unit Pompa Hidran dan 1 unit sumur bor serta instalasi perpipaan, tembok penahan tanah 34 meter, Bak HU 2×2 meter, rabat jalan beton 77 meter dan pengeboran 1 unit sumur bor.

Selain itu mereka juga melakukan kegiatan dengan sasaran non fisik yang mencakup; penyuluhan wawasan kebangsaan, penyuluhan hukum, penyuluhan kesehatan Prokes, penyuluhan bahaya narkoba, penyuluhan bahaya radikalisme, penyuluhan bencana alam, penyuluhan lingkungan hidup, penyuluhan ketahanan pangan, penyuluhan rekrutmen prajurit TNI, penyuluhan stunting, dan penyuluhan posyandu/bindu.

Rangkaian kegiatan ini melibatkan personel TNI; 120 orang, Polri 9 orang, Pemda 21 orang dan masyarakat sebanyak 100 orang. Alokasi anggaran pembangunan sasaran fisik dan nonfisik dialokasikan oleh Pemkab TTU sebesar Rp. 1.050.000.000.

Letkol Arm Didit menyebut, Program TMMD dilaksanakan selama 30 hari dan tuntas sesuai waktu yang ditentukan. Ia menyampaikan terima kasih kepada Pemkab TTU yang telah mengalokasikan anggaran untuk Program TMMD ini. 

Tangis Martinus Nofu

Warga Dusun 3, Desa Lanaus bernama, Martinus Nofu mengucurkan air mata. Pria yang bermatapencaharian sebagai petani ini tak kuasa menahan air matanya ketika menghadiri acara penutupan TMMD.

Ia menggenggam erat tangan Kasdam IX/Udayana pasca penyerahan kunci rumah tidak layak huni. Pria 60 tahun itu tidak berani menatap wajah orang-orang di sekitarnya. Duka dan bahagia didaraskan lewat derai tangis.

Martinus memiliki 6 orang anak. Karena dilanda persoalan ekonomi yang sulit, ia terpaksa tidak bisa menyekolahkan anaknya ke tingkat perguruan tinggi.

"Kasih sekolah anak di SMP dan SMA saja saya sudah setengah mati," ucapnya.

Rumah tua yang selama ini ditempati Martinus Nofu kini telah berubah menjadi rumah baru. Buah tangan TNI dari Program TMMD memberikan harapan baru bagi dirinya dan keluarga.

Puluhan tahun Martinus mengukir kisah-kisah pelik dengan keluarganya di dalam rumah itu. Hasil pertanian yang nyaris tidak cukup setiap tahun menyebabkan ia tidak bisa menabung untuk membangun rumah baru.

Dinding rumah tersebut sebelumnya sudah lapuk dimakan usia. Demi memberikan rasa nyaman untuk keluarga, Martinus terpaksa memilih triplek bekas untuk menambal rumah itu.

Rumah baru milik Martinus Nofu yang dibangun oleh Satgas TMMD 123
Rumah baru milik Martinus Nofu yang dibangun oleh Satgas TMMD 123

Tiang-tiang rumah ini sudah miring dan nyaris ambruk dimakan waktu. Keadaan ini menjadi alasan Martinus sangat bahagia ketika menjadi sasaran Program TMMD.

Kepala Desa Lanaus, Anselmus Hanoe menyampaikan terima kasih kepada Panglima TNI, KASAD TNI-AD, Pangdam IX/Udayana, Danrem 161/Wira Sakti, Bupati TTU, Dandim 1618/TTU dan DPRD Kabupaten TTU yang telah menetapkan Desa Lanaus sebagai sasaran TMMD ke 123 dan memberikan dukungan anggaran.

Anselmus juga memohon maaf jika ada kesalahan yang dilakukan oleh pemerintah desa, dan masyarakat selama pelaksanaan TMMD. Sebanyak 521 kepala keluarga yang berdomisili di Desa Lanaus. Desa Lanaus terdiri 16 RT dan 4 dusun. 

TMMD, kata Anselmus, sangat memberikan solusi terhadap persoalan yang dialami masyarakat di desa. Ia mengaku terkesima dengan kepedulian TNI membangun rumah untuk warga Dusun 3 Desa Lanaus bernama Martinus Nofu dan pembangunan sumur bor serta pompa hidran.

Ia berharap, Program TMMD kembali menyasar Desa Lanaus di masa mendatang. Pasalnya, pembangunan yang dilakukan TNI tepat sasaran dengan kualitas serta jangka waktu yang sangat tepat.

TMMD ke 123, Asa Pamungkas TNI Menggenapi Nazar Anak Yatim di Kaki Bukit Lanaus 

Anggota DPRD Kabupaten Timor Tengah Utara, Robertus Tubani sibuk menata halaman depan rumahnya ketika ditemui penulis, Rabu, 25 Maret 2025. Robertus merupakan satu-satunya anggota DPRD Kabupaten TTU yang berasal dari Desa Lanaus.

Sebagai Robert mengaku senang kampung halamannya bisa menjadi sasaran TMMD. Beberapa kali meninjau langsung sasaran TMMD, Robert berkesimpulan bahwa, semestinya TMMD ini program sangat baik dan sangat tepat sasaran.

Pemerintah dan DPRD harus memiliki visi untuk benar-benar memanfaatkan Program TMMD tersebut. Selain kualitas yang sangat baik, dibutuhkan waktu hanya dalam kurun waktu untuk menuntaskan pembangunan.

Sebagai Ketua Komisi III DPRD Kabupaten TTU Robert memastikan akan terus membangun koordinasi dan komunikasi pemerintah daerah untuk memastikan setiap tahun Program TMMD wajib dilaksanakan di Kabupaten TTU.

Buah tangan Prajurit TNI di Kabupaten TTU sangat banyak. Selain sekolah dan rumah penduduk, beberapa kali Program TMMD juga menyasar rumah ibadah.

Robert menjelaskan, kisah anak yatim bernama Sevrinus Haki dan Vinsensius Taek yang bernazar bisa memiliki sekolah baru kini telah terwujud melalui tangan TNI.

Tidak hanya itu, kisah pelik yang dialami masyarakat Desa Lanaus tentang kesulitan air bersih dan rumah tidak layak huni telah terjawab melalui Program TMMD.

TMMD ke 123, tidak hanya menggenapi nazar anak yatim di Kaki Bukit Lanaus tetapi juga menghapus kesedihan warga Desa Lanaus. (bbr)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved