Timor Tengah Utara Terkini
Nazar Anak Difabel di Kabupaten TTU NTT, Bertaruh Hidup di atas Kaki Sendiri
Tidak ada rasa sungkan dan tanpa mengenakan baju, pemuda itu sibuk menyikat celananya dengan kaki kanan
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Edi Hayong
Sedih menyelimuti hati Lusia. Lantaran buah hatinya yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang sejak kecil tak mendapat tempat di hati suami keduanya.
Ia mengakui bahwa, melihat kondisi rumah tangga yang kian sulit karena pertengkaran orangtuanya, Ari kemudian memutuskan untuk minggat dari rumah dan menetap di kamar kos tersebut.
Baca juga: Pemberdayaan Kaum Difabel, Dosen Undana Hadirkan Solusi Inovatif Lewat Teknologi Aquaponik
Kendati harus tinggal berpisah dari anaknya, Lusia selalu menyempatkan waktu untuk menemui dan memberi kasih sayang untuk Ari. Tak jarang air mata itu tumpah ketika berjumpa dengan buah hatinya.
Setiap bulan Lusia membayar biaya kamar kos milik Ari dan memperhatikan biaya kebutuhan sehari-hari anaknya.
"Ari bilang daripada dia marah mama terus karena saya, mendingan saya tinggal di luar saja,"ujarnya mengulangi pernyataan Ari sambil menyeka air mata.
Tinggal di Dapur Sederhana
Lusia mengisahkan, ketika pertama kali Ari keluar dari rumah dan hendak tinggal sendiri, semua kamar kos di sekitar lokasi tempat mereka berdomisili telah dihuni. Ari rela tinggal di dapur kamar kos (yang saat ini ditempatnya) dengan kondisi yang sangat memperihatinkan.
Ia tinggal di dapur berdinding bebak dan berlantai tanah. Atap dapur itu sudah usang. Lubang terlihat nyaris di semua titik dapur itu.
Tidak hanya itu, dinding dapur yang sudah uzur dimakan usia juga menjadi teman kesehariannya. Ari beraktivitas seperti biasa di tengah kondisi tempat tinggal yang tidak layak itu.
Ia memasak dan tidur sendirian di dapur itu. Tekad Ari yang rela tinggal di luar rumah ini menyebabkan ibunya selalu dihantui rasa sedih setiap harinya.
Hingga saat ini, Lusia selalu mencari jalan lain untuk menemui Ari di kamar kos. Hal ini untuk menghindari amarah suaminya yang enggan menginginkan Lusia menemui Ari.
Terkadang, Lusia harus menggunakan jalan pintas menyusuri rumah warga lain untuk tiba di Kos itu dan menemui Ari setelah berjualan sayur. Sayur-sayuran yang dijual ini dibeli dari orang lain dan dijual kembali.
"Biar Ari hidup sendiri. Siapa tahu kalau besok lusa saya sudah tidak ada, Ari bisa hidup sendiri,"ucapnya sambil menyeka air matanya.
Hingga saat ini Ari tidak kembali lagi ke rumah orangtuanya. Tempat dimana ia dibesarkan dengan cinta tanpa pamrih.
Dibantu Pendamping yang Murah Hati
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.