Timor Tengah Utara Terkini

Nazar Anak Difabel di Kabupaten TTU NTT, Bertaruh Hidup di atas Kaki Sendiri 

Tidak ada rasa sungkan dan tanpa mengenakan baju, pemuda itu sibuk menyikat celananya dengan kaki kanan

|
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Edi Hayong
POS-KUANG.COM/DIONISIUS REBON 
POSE BERSAMA- Pose anak difabel bernama Alfonsius Rutrigres Korea bersama ibunya dan guru pendamping Rabu, 12 Maret 2025. 

Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu, kesulitan ini perlahan-lahan mulai teratasi berkat usaha dan bantuan ibu dan bapak guru di sekolah.

Melawan Rasa Malu

Sejak kecil Ari mengaku diajarkan ibunya untuk melawan rasa malu karena keterbatasan fisiknya. Bantuan ibunya itu sangat berdampak terhadap kondisi mental dan keseharian Ari saat ini.

"Mama selalu bilang di saya sejak saya kecil, mama kasih ingat saya kalau saya anak istimewa dan pintar jadi tidak usah malu dengan teman-teman lain,"ujarnya.

Ia mengaku bersyukur belajar di SLB sehingga bisa mandiri termasuk belajar mengenakan pakaian, memasak, makan dan juga menjalankan kegiatan sehari-hari. 

Aktivitas yang dilaksanakan secara mandiri ini menjadikan Ari berasumsi bahwa dirinya sangat istimewa bisa melaksanakan semua kegiatan meskipun memiliki keterbatasan.

Pose anak difabel Alfonsius Rutrigres Korea saat menimba air
MENIMBA AIR- Pose anak difabel Alfonsius Rutrigres Korea saat menimba air dengan kedua kakinya, Rabu, 12 Maret 2025.

Ari tinggal sendiri di kamar kos tersebut. Segala kebutuhan sehari-hari didukung oleh ibunya dan juga uluran tangan orang lain yang disalurkan berkat bantuan seorang pendamping sekaligus ibu gurunya. Uluran tangan orang-orang baik ini disalurkan langsung kepada Ari ketika mereka berkunjung ke kamar kos itu.

Di kamar kost ini, Ari berjuang mengukir kisah hidup yang jarang diketahui orang lain. Ibu dan ayahnya serta adik-adiknya tinggal tidak jauh dari kamar kos ini sejauh 100 meter.

Ari mengaku bersyukur, rekan-rekannya yang berdomisili di sekitar lokasi itu menerima dan tanpa sedikit pun merendahkannya. 

Ari selalu bernazar dan berdoa, agar dapat menerima bantuan dan dukungan dari orang-orang yang baik hati agar bisa melanjutkan pendidikan dan memperoleh pekerjaan setelah menuntaskan pendidikan nanti.

Tidak Diterima Ayah Tiri

Raut sedih tergambar jelas dia wajah Ibunda Ari bernama, Lusia Correia. Beberapa kali ia harus menyeka butiran air mata yang mengalir dari bola matanya yang tulus.

Perempuan berusia 50 tahun ini mengatakan, dari hasil perkawinan bersama suami pertamanya, mereka dikaruniai tiga orang anak. Anak bungsu dari tiga orang anak dari suami pertama ini adalah Ari.

Setelah suami pertamanya berpulang ke Hadirat Tuhan Yang Mahakuasa, Lusia menikah lagi dengan seorang pria dan dikaruniai 4 orang anak.

Sejak hidup bersama, suami kedua Lusia ini tidak menerima kehadiran Ari. Terkadang mereka harus adu mulut karena suaminya tidak menerima kehadiran Ari.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved