Breaking News

Opini

Opini: Potensi Nusa Tenggara Timur  dan Tantangan Infrastruktur

Destinasi unggulan seperti Pulau Komodo, Danau Kelimutu, Bahari Alor, dan Savana Sumba begitu menarik perhatian. 

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO
JALAN RUSAK - Kondisi ruas jalan Reka-Wolokota di wilayah Selatan Kabupaten Ende tepatnya di Kecamatan Ndona. Keterbatasan akses infrastruktur masih menjadi kendala utama dalam pembangunan daerah di NTT. 

Oleh: Indra Achmad Sofian Souri
Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur

POS-KUPANG.COM - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) patut berbangga dengan keindahan alam seumpama serpihan surga yang disebut Flobamora. 

Provinsi kepulauan di ujung tenggara Indonesia ini ternyata memiliki potensi ekonomi dan pariwisata yang luar biasa. 

Destinasi unggulan seperti Pulau Komodo, Danau Kelimutu, Bahari Alor, dan Savana Sumba begitu menarik perhatian. 

Ironisnya di balik kekayaan potensi alam dan budayanya, NTT masih menghadapi tantangan besar berupa hambatan mobilitas dan kendala bagi perkembangan ekonominya. 

Data dari publikasi Statistik Potensi Desa Provinsi Nusa Tenggara Timur 2024 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT menunjukkan bahwa meskipun NTT memiliki potensi ekonomi dan sumber daya alam yang melimpah, keterbatasan akses infrastruktur masih menjadi kendala utama dalam pembangunan daerah.

Akses Transportasi yang Terbatas

Salah satu tantangan utama NTT adalah keterbatasan akses transportasi darat, dari total 3.538 desa/kelurahan, hanya 2.682 desa/kelurahan yang memiliki akses jalan beraspal/beton. 

Sementara sisanya masih mengandalkan jalan yang sulit dilalui terutama pada musim penghujan seperti sekarang ini. 

Tercatat 744 desa/kelurahan memiliki jalan diperkeras kerikil/batu dan 92 desa/kelurahan masih menggunakan jalan tanah. 

Terdapat 4 desa/kelurahan di antaranya menggunakan jalan dari kayu/papan layaknya ditemukan di daerah rawa atau hutan.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah terhitung 1.271 desa/kelurahan yang hanya mengandalkan angkutan umum dengan trayek tidak tetap, bahkan ada 251 desa/kelurahan tidak memiliki akses angkutan umum sama sekali. 

Tidak kurang dari 3.287 desa/kelurahan memiliki penduduk bermatapencaharian utama pada sektor pertanian, namun masyarakat masih terkendala dalam mobilitas keseharian untuk mendistribusikan hasil pertanian maupun perdagangan. 

Keterbatasan infrastruktur penyeberangan pun terjadi di daerah yang bergantung pada transportasi air. 

Data menunjukkan bahwa NTT hanya memiliki 67 desa/kelurahan dengan akses transportasi darat dan air yang terintegrasi, sementara 3.455 desa/kelurahan bergantung pada transportasi darat saja. 

Minimnya fasilitas dermaga di beberapa wilayah semakin menyulitkan distribusi logistik, termasuk pasokan kebutuhan pokok. 

Keterbatasan aksesibilitas ini sedemikian berdampak pada sulitnya distribusi barang dan jasa, akibatnya hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan yang berpotensi menjadi sumber pendapatan sering kali sulit untuk dipasarkan.

Tantangan Infrastruktur Lainnya

Akses layanan kesehatan dan distribusi pangan yang terbatas menjadi pemicu utama masalah gizi buruk pada 51,44 persen desa/kelurahan di NTT.

Kebutuhan akan listrik dan air bersih pun menjadikan semakin kompleksnya tantangan. 

Tercatat dari 3.345 desa/kelurahan yang telah memiliki akses listrik PLN, tetapi masih terdapat 1.315 desa/kelurahan yang sebagian penduduknya mengandalkan listrik non-PLN, seperti generator atau listrik swadaya masyarakat. 

Teridentifikasi 1.659 desa/kelurahan di antaranya masih memiliki penduduk yang tidak menggunakan listrik sama sekali. 

Dalam hal akses air bersih, 1.986 desa/kelurahan menggunakan mata air sebagai sumber air minum utama, 487 desa/kelurahan masyarakatnya memanfaatkan air ledeng dan 99 desa/kelurahan di antaranya masih mengandalkan air hujan. 

Ini mencerminkan bahwa akses terhadap air minum yang layak pun mengalami ketimpangan.

Terhitung 5.428 SD/MI, 2.016  SMP/MTs, 761 SMA/MA, 386 SMK dan 86 Perguruan Tinggi  di NTT, namun akses terhadap fasilitas ini belum seimbang. 

Distribusi yang tidak merata menyebabkan beberapa daerah kesulitan mengakses pendidikan.

Infrastruktur komunikasi yang seharusnya menjadi  penunjang pendidikan jarak jauh berbasis digital pun ternyata menghadapi masalah serius. 

Sejumlah 3.517 desa/kelurahan telah memiliki sinyal seluler, namun 1.194 desa/kelurahan di antaranya bersinyal lemah.  Tersisa 21 desa/kelurahan di NTT bahkan tidak memiliki sinyal sama sekali.

Potensi Sosial dan Ekonomi

Mengulas Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi NTT yang dirilis BPS pada awal Februari 2025,  diperoleh gambaran bahwa Sektor Pertanian,  Kehutanan, dan Perikanan masih menjadI lapangan usaha utama bagi sebagian besar penduduk NTT. 

Sayangnya, sektor ini masih menghadapi sumbatan infrastruktur dan akses pasar. 

Data menunjukkan bahwa hanya 1.189 desa/kelurahan memiliki saluran irigasi memadai, ini bisa dimaknai bahwa sebagian besar produktivitas pertanian sering terkendala pasokan air. 

NTT sesungguhnya memiliki 844 desa/kelurahan yang menghasilkan produk unggulan, namun keterbatasan transportasi membuat produk-produk ini menghadapi hambatan distribusi. 

Nyatanya keterbatasan infrastruktur transportasi ini telah sedemikian berdampak pada ketidakberdayaan ekonomi masyarakat. 

Produk unggulan yang seharusnya memberi nilai tambah, menjadi begitu sulit dijual ke luar daerah. Jangankan diekspor, untuk diantarpulaukan pun susah.

Potensi pariwisata NTT yang digadangkan menjadi “prime mover” pun menghadapi kendala serupa. 

Pesona keindahan alam, ragam budaya, keunikan cinderamata, serta festival-festival lokal yang dimiliki NTT sesungguhnya berpeluang besar dikembangkan sebagai industri pariwisata. 

Keterbatasan infrastruktur, aksesibilitas, dan kurangnya promosi wisata, tak ayal menjadi penghambat utama. 

Data menunjukkan hanya 23 desa/kelurahan yang memanfaatkan sungai sebagai potensi wisata berbasis alam dan budaya, sementara potensi lain seperti embung dan danau belum dikembangkan sepenuhnya. 

Begitu banyak desa wisata dengan daya tarik istimewa namun belum semua dikenal karena terbatasnya akses informasi dan kurangnya promosi digital.

Harapan dan Solusi Ke Depan

Mencermati struktur ekonomi NTT yang relatif persisten, transformasi industri hasil pertanian bisa menjadi langkah penting bagi masyarakat. 

Tersedianya sumber daya manusia terampil pada sentra-sentra pengolahan yang “menyulap“ hasil pertanian menjadi produk siap konsumsi, tentunya akan membuka peluang kerja dan bernilai tambah tinggi. 

Pelatihan keterampilan industri bagi masyarakat di NTT sepertinya perlu diintensifkan agar masyarakat mampu mengelola komoditas unggulan dengan lebih berdaya. 

Apalagi jika didukung dengan kemudahan akses pasar domestik maupun mancanegara.

Keterpaduan antara pertanian dan pariwisata pun dapat menjadi solusi, produk-produk unggulan dapat diintegrasikan dalam industri pariwisata dengan menciptakan ekowisata berbasis komunitas. 

Promosi dan infrastruktur pendukung yang lebih baik dapat menjadikan NTT sebagai destinasi yang tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga mampu menarik peluang usaha baru untuk meningkatkan kesejahteraan.

Sebagai rekomendasi, diperlukan langkah strategis dari para pemangku kebijakan. 

Pertama, investasi bagi penguatan infrastruktur transportasi perlu ditingkatkan, terutama di daerah terpencil, terluar, dan terdepan. 

Pembangunan jalan beraspal/beton dan peningkatan kualitas jalan yang tersedia seyogyanya menjadi prioritas. 

Kedua, perluasan jaringan telekomunikasi dengan meningkatkan kualitas sinyal demi akses internet andal terutama pada daerah-daerah tertinggal. 

Ketiga, implementasi program elektrifikasi dan penyediaan air minum layak bagi daerah-daerah sulit dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar. 

Oleh karena itu, akses terhadap listrik, air bersih, pendidikan, kesehatan dan lainnya menjadi sangat penting guna mewujudkan kesejahteraan dan inklusivitas pembangunan NTT sebagai bentuk keterukuran dari standar hidup layak penduduknya.

Melalui investasi bagi penguatan infrastruktur, NTT dapat mengatasi tantangan dan mengarah pada pembangunan sosial ekonomi yang lebih berdampak dan berkelanjutan. 

Langkah ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya, tetapi juga membuka peluang baru bagi pembangunan. 

Suatu saat bila semua itu terwujud, maka NTT layak dijuluki Nusa Terhubung dan Terdepan!  (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved