Opini
Opini: Aksi Puasa dan Pemberantasan Korupsi
Dua peristiwa iman yang diawali dengan puasa bersama menjadi satu kesempatan luar biasa untuk memangkas dan menahan.
Oleh: Jondry Siki, S.Fil
Alumnus Unwira Kupang, tinggal di Palangka Raya
POS-KUPANG.COM - Tahun ini secara luar biasa pelaksanaan puasa berjalan bersama baik Islam maupun Kristen.
Umat Islam membukanya lebih dahulu pada Sabtu 1 Maret 2025 dan Umat Kristiani pada Rabu, 5 Maret 2025 ditandai penerimaan abu di dahi.
Peristiwa ini sangat menarik perhatian lantaran tidak selalu terjadi puasa bersamaan.
Umat Muslim berpuasa selama 30 dan diakhiri dengan Hari Raya Idul Fitri pada 31 Maret 2025 sedangkan Umat Kristiani berpuasa selama 40 hari setelah itu persiapan untuk Paskah.
Dua peristiwa iman yang diawali dengan puasa bersama menjadi satu kesempatan luar biasa untuk memangkas dan menahan serta menguasai seluruh kecenderungan duniawi yang menggelapkan akal budi dan nurani.
Indonesia sedang menghadapi satu masa pencobaan yang besar mulai dari krisis lingkungan hidup (deforestasi), kavling laut, korupsi, likuidasi perusahaan dan aksi massa atas ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah (Indonesia Gelap).
Kendati negara sedang dalam situasi yang tidak baik-baik saja, namun ada harapan untuk bangkit.
Kebangkitan harus dimulai dengan doa dan puasa karena setiap kejahatan yang dihadapi berasal dari iblis dan kedua hal ini sangat ampuh untuk mengalahkan kecenderungan jahat agar rakyat dan negara bisa bebas dari kehancuran akibat ulah oknum-oknum yang ingin memecah belah bangsa dengan perbuatannya yang tak terpuji.
Tahun Yubileum
Gereja Katolik secara istimewa merayakan tahun 2025 sebagai Tahun Yubileum satu tahun penuh rahmat dan pengampunan di mana Allah membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan tahun ini menjadi pertobatan untuk semua manusia.
Di momen khusus ini ada satu harapan untuk menjadikan bangsa dan Tanah Air bebas dari segala bentuk kejahatan yang mencoba untuk menghancurkan negara ini dengan aksi-aksi yang tak senonoh.
Puasa dan pantang yang dilaksanakan bersama-sama baik Islam maupun Kristen menjadi tahun istimewa, tahun penuh rahmat dan makna untuk bersama-sama membawa kembali bangsa dan tanah air kita ke cita-cita awal sebagaimana yang telah diperjuangkan oleh para Bapa Bangsa di masa-masa akhir penjajahan dan masa awal kemerdekaan.
Perjuangan untuk merdeka belum selesai. Hari-hari ini rakyat berjuang untuk merdeka agar tidak lagi terbelenggu dari krisis LPG, likuidasi perusahaan yang mengakibatkan ribuan orang di-PKH dan mengganggur serta korupsi yang mengakibatkan kerugian negara hingga triliunan rupiah.
Negara dengan presentase kesadaran agama yang tinggi tetapi tidak mampu menahan diri dari korupsi ini sungguh ironis. Tahun Yubileum harus sungguh membebaskan bangsa dari belenggu-belenggu tersebut.
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.