Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 16 Februari 2025, "Tuhan Sumber Pengharapan"

Untuk apa! Daripada saya dilarang untuk ini dan itu, lebih baik saya bebas merdeka agar saya Bahagia di dunia ini

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-ROMO TONY KOBESI
RENUNGAN HARIAN KATOLIK - Romo Tony Kobesi menyampaikan Renungan Harian Katolik Minggu (16/2/2025) "Tuhan Sumber Pengharapan" 

Dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus telah ditegaskan akan hal itu. Andaikata Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah iman kita. Tetapi nyata bahwa Kristus bangkit, menjadi yang pertama dari antara manusia yang telah meninggal. Itu berarti iman kita punya dasar untuk berharap. Itu artinya bahwa apa yang menjadi keyakinan kita akan terlaksana. Itu berarti masa depan orang yang beriman itu jelas, ada kepastian. Surga, harus jadi cita-cita.

"Karena itu, pikir-pikir. Baik tidak baik, yang abadi itu lebih baik. Sementara itu sebentar saja, jadi tolong Bapak-Mama, Saudara dan Saudari-ku". 

Tidak ada yang dapat dibanggakan dari kesementaraan. Kita boleh berbahagia di dunia ini tetapi di surga kita melarat, untuk apa? Jadi ingat, peliharalah imanmu dengan baik sebab pada akhirnya itu yang akan menyelamatkanmu. Jaga kehidupan doamu. Jaga kehidupan menggerajamu.

Kita malas-malas, tapi tolong minggu datang gereja. Bukan untuk apa-apa. Bukan untuk siapa-siapa. Tetapi untuk dirimu sendiri. Jangan terlalu bangga dengan rumahmu yang bagus, hartamu yang banyak, jabatanmu yang tinggi, pangkatmu yang mentereng, apalagi fisikmu.

"Ganteng dan cantik itu relative, tergantung siapa yang membuat penilaian. Ini karena fisik bagus, orang puji satu kali, ini minggu di WhatsApp, Instagram, Face book, TikTok, dia punya muka saja. Hati-hati kawan. Jangan terlalu rebonding dan semir juga. Tua ya tua. Botak ya botak. Ini tidak, sepanjang hari dia cari di media online obat penumbuh rambut hanya karena gelisah rambutnya sudah mau habis". 

Stop bapa! Anda sudah tampan dan cantik dalam dirimu sendiri. Mengapa cari pujian di mata manusia. Manusia bukan Tuhan. Manusia mudah berubah. Manusia itu tidak tetap. Ia bahkan tidak bisa mengubah apapun. Bergosip saja yang bisa. Mengapa sehingga hanya karena manusia kita setengah mati?

Bukannya cari perhatian dengan Tuhan, malah cari perhatian dengan manusia. Memang nya manusia itu siapa? Memang, kadang-kadang kita hanya pikul nama beriman, tetapi kelakuan kita lebih berdasar pada penilaian manusia. 

Ingat, pada akhirnya bukan manusia yang menyelamatkan kita, bukan pula kesenangan-kesenangan dunia ini yang kelak menghantar kita ke surga, tetapi hanya iman dan keyakinan kita.

Maka janganlah kiranya kamu takut kepada manusia yang hanya bisa membunuh tubuh tetapi takutlah kepada Dia yang berkuasa membunuh jiwa dan tubuhmu sekaligus. Amin. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved