Ende Terkini
Distan Ende Kirim Delapan Sampel Darah Babi ke Laboratorium di Denpasar
namun apabila limbah babi yang diduga ASF dibuang sembarangan maka akan menular ke ternak babi lainnya yang masih sehat.

Laporan ReporterPOS-KUPANG.COM, Albert Aquinaldo
POS-KUPANG.COM, ENDE - Menyusul adanya kasus kematian kurang lebih 808 babi di Kabupaten Ende selama periode Januari-Februari 2025, Dinas Pertanian Kabupaten Ende mengirim delapan sampel darah babi ke laboratorium veteriner Denpasar, Bali, Jumat, 14 Februari 2025.
Delapan sampel itu terdiri dari dua sampel dari Wolotolo, dua sampel dari Nuawula, dua sampel di Wolotopo dan dua sampel lagi di wilayah Kota Ende.
"Hari ini kurang lebih delapan sampel dikirim ke Denpasar untuk diuji, kurang lebih satu Minggu atau sepuluh hari lagi hasilnya sudah bisa kita dapatkan, kalau hasilnya menyatakan ASF maka kita akan mengambil langkah," ujar Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Ende, Ibrahim Gadir Dean kepada TribunFlores.com, Jumat, 14 Februari 2025 pagi.
Dijelaskan Gadir Dean, kasus kematian 808 babi di Kabupaten Ende itu baru berkisar 1 persen dari total populasi babi di Kabupaten Ende yang berjumlah kurang lebih 75.456 ekor (data tahun 2024).
Baca juga: Awal Tahun 2025, Sudah 800 Ekor Babi di Ende Mati Mendadak
Dia juga menegaskan, selain ternak babi yang mati, ada beberapa ternak babi saat ini sudah dalam kondisi sakit.
"Babi yang yang dalam satu kandang itu ada yang mati ada yang masih hidup sehat, maka perlu kita pisahkan, kalau ASF, satu sudah mati, mati habis satu kampung, maka kami masih menduga itu hog kolera, dia (red:babi) hanya hilang napsu makan, demam, dan kemarin saat kami turun, ada babi yang saat dikasih makan, masih mau makan," jelas Gadir Dean.
Lebih lanjut Gadir Dean menjelaskan, meski tidak menular ke manusia saat dikonsumsi, namun apabila limbah babi yang diduga ASF dibuang sembarangan maka akan menular ke ternak babi lainnya yang masih sehat.
Dia juga menegaskan, hingga saat ini belum ditemukan obat untuk babi yang terserang virus ASF.
Gadir Dean juga menyebutkan hingga Jumat, 14 Februari 2025, belum ada tambahan laporan kematian babi di wilayah Kabupaten Ende.
"Jadi 808 babi yang mati itu bukan mati mendadak tapi mati ada gejalanya," tegas dia.
Untuk tahun 2024 lalu, kematian babi di Kabupaten Ende mencapai 100 lebih ekor mendekati 200 ekor namun tidak ditemukan adanya virus ASF berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium veteriner di Maumere dan Denpasar.
Berbeda dengan tahun 2025 yang kasus kematian 808 ekor babi disaat musim hujan, pada tahun 2024 lalu, kematian ratusan ekor babi itu terjadi saat musim panas.
"Babi ini kan riskan sekali dengan kelembaban, tahun ini kan saat musim hujan, mulai dari Desember, Januari, Februari ini maka itu dugaan kami, itu karena kelembaban tinggi, airnya banyak, kandangnya tidak terurus maka dia sakit dan mati," jelas Gadir Dean.
Maka, dia meminta warga yang memiliki ternak babi agar selalu memperhatikan kebersihan kandang.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.