Ende Terkini
Awal Tahun 2025, Sudah 800 Ekor Babi di Ende Mati Mendadak
Kalau ada babi yang mati atau sakit, jangan di jual atau di leis atau jangan dibuang, karena itu bisa menjadi sumber atau penyebab penyebaran virus
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM/Albert Aquinaldo
POS-KUPANG.COM, ENDE - Selama periode Januari-Februari 2025, sebanyak 800 lebih ekor babi di Kabupaten Ende mati mendadak.
Namun, Bidang Peternakan pada Dinas Pertanian Kabupaten Ende belum bisa memastikan penyebab kematian ratusan ekor babi tersebut terkena virus ASF atau hog kolera.
Sekertaris Dinas Pertanian Kabupaten Ende, Ibrahim Gadir Dean melalui Kepala Bidang Peternakan, drh Said menjelaskan, kasus kematian babi di wilayah Kabupaten Ende terbaru terjadi di Desa Wolotopo, Kecamatan Ndona yakni kurang lebih 40 ekor babi mati mendadak dalam kurun waktu dua tiga hari terakhir.
"Memang ada lonjakan kasus kematian babi tetapi tidak begitu banyak jumlahnya, yang terbaru itu di Desa Wolotopo, itu ada sekitar 40 an ekor jadi hari ini teman-teman berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk ambil sampel untuk kita kirim, rencananya ke Maumere, Kupang dan Denpasar, tergantung mana yang lebih cepat. Kasus kematian babi di Wolotopo itu terjadi baru satu dua hari yang lalu, jadi dalam minggu ini sekitar ada 40 an ekor, semuanya milik warga," kata drh Said, Rabu, 12 Februari 2025 pagi di ruang kerjanya.
Baca juga: Yosep Badeoda Pastikan Pelantikan Bupati dan Wabup Ende Terpilih Tanggal 20 Februari 2025
Dijelaskan drh Said, gejala yang timbul sebelum mati yakni napsu makan menurun dan demam.
Selain di Desa Wolotopo, sebelumnya di beberapa wilayah seperti di Detusoko, Maukaro, Wewaria dan Maurole juga mengalami kejadian yang sama. Kasus kematian babi secara mendadak paling banyak terjadi di wilayah utara Kabupaten Ende.
"Dari Januari-Februari 2025 ini total babi yang mati itu sudah sekitar 800 an ekor, dari jumlah itu, beberapa sampel dari Maurole sudah kita kirim, yang dari Maukaro kita belum dapat sampelnya karena kadang saat kita tiba di lokasi, bangkai babi sudah tidak ada, dapat cuman laporan, ternaknya sudah tidak ada jadi kita hanya bisa ambil sampel dari organ bangkai atau sampel darah dari ternak yang sakit," jelas drh Said.
Meski kasus kematian babi secara mendadak sudah berjumlah sekitar 800 an ekor, namun berdasarkan data yang diterima, kata dia, sejauh ini masih terindikasi akibat hog kolera.
Dia berharap, apabila ada kasus kematian babi ataupun ternak babi yang sakit, masyarakat atau pemilik ternak babi segera menghubungi petugas terdekat.
"Kalau ada babi yang mati atau sakit, jangan di jual atau di leis atau jangan dibuang, karena itu bisa menjadi sumber atau penyebab penyebaran virus, tetapi segera hubungi petugas atau dikubur," tandas drh Said.
Kepala Desa Wolotopo, Kosmas Leda Se yang berhasil dikonfirmasi POS-KUPANG.COM, secara terpisah membenarkan adanya kasus kematian babi di wilayahnya.
Dikatakan Kosmas, awalnya kasus kematian babi terjadi di kandang babi milik salah satu warga Desa Wolotopo.
"Awalnya itu ada satu kandang yang pertama kali terkena dampak dari penyakit itu, terus setelah itu di jangkit lagi babi yang lain, itu lokasinya di pinggir kampung, jadi sekarang semua babi milik warga yang ada kandang masing-masing juga sudah terkena dampak, sampai hari ini kami belum tahu virus apa tapi kami sudah informasikan ke bidang peternakan," tutur Kosmas. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.