Sabu Raijua Terkini
Pemkab Sabu Raijua Masif Kendalikan DBD Libatkan Seluruh Masyarakat
Langkah-langkah ini dilakukan untuk mengetahui bahwa pemberatantasan sarang nyamuk ini sudah dilakukan hingga tingkat rumah tangga.
Penulis: Agustina Yulian Tasino Dhema | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema
POS-KUPANG.COM, SEBA - Menyikapi Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sabu Raijua berupaya untuk memgendalikan DBD secara masif.
Untuk mewujudkan itu, rapat demi rapat pengendalian DBD tidak bisa dilakukan sendiri tetapi harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan di tingkat Kecamatan untuk menggerakkan semua potensi yang ada hingga tingkat rumah tangga untuk berpartisipasi aktif mengendalikan DBD di Sabu Raijua.
Kepala Dinas Kesehatan Sabu Raijua, Thobias Jusuf Messakh mengungkapkan, hingga saat sudah dilakukan rapat koordinasi pengendalian DBD di Kecamatan Sabu Timur dan Sabu Barat, (14/1/2025).
Dalam rapat ini hadir semua kepala desa, OPD, Babinsa, Babinkabtibpas, tokoh agama menyepakati untuk menindaklanjuti ini dengan melaksanakan rapat di setiap desa dengan RT, RW, dan Dusun paling lambat hari Sabtu, (18/1/2025).
Dari RT kemudian dilanjutkan dengan rapat bersama semua Kepala Keluarga (KK) di setiap Rukun Tetangga (RT) untuk menentukan satu orang setiap keluarga menjadi Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di setiap KK untuk melakukan 3M Plus yakni menguras bak-bak penampungan air, menutup bak-bak penampungan air, menguburkan kaleng-kaleng bekas, ban bekas, plastik, dan membersihkan bak-bak air setiap minggu.
Baca juga: Pimpinan Fraksi PAN - Demokrat DPRD Sabu Raijua NTT Minta Pemerintah Gerak Cepat Tangani DBD
Perkembangan kegiatan para Jumantik ini akan dilaporkan jumantik laporkan kepada RT secara rutin untuk diteruskan ke tingkat desa untuk diramu kemudian dilaporkan ke tingkat Kecamatan. Dari tingkat Kecamatan kemudian dilaporkan ke tingkat Kabupaten.
Langkah-langkah ini dilakukan untuk mengetahui bahwa pemberatantasan sarang nyamuk ini sudah dilakukan hingga tingkat rumah tangga.
Seperti diketahui, tiga mata rantai terjadinya DBD yakni nyamuk, manusia dan tempat penampungan air.
Data-data ini pun nantinya akan dilaporkan secara digital kemudian juga dibuatkan group-group chat yang menghadirkan Kapolsek, Babinsa dan Babinkatibmas untuk memberikan bantuan dan motivasi.
Thoby mengungkapkan, kasus DBD di Sabu Raijua paling banyak menyerang anak usia sekolah dan pergerakan nyamuk aktif pada siang hari sehingga diimbau kepada orang tua untuk menghindari gigitan nyamuk dengan mengoleskan lotion atau obat anti nyamuk pada anak begitu pun pada siang hari setelah pulang sekolah.
"Lantas kita tidak lagi berikan tempat untuk nyamuk bertelur. Semua tempat kita sudah steril maka tidak ada nyamuk lagi yang bertelur Ini gerakan semua di tingkat RT, peran masyarakat semua yang dilakukan terus menerus akan dengan sendiri kasus DBD akan turun. Itu butuh kerja keras semua lapisan masyarakat," jelas Thoby.
Baca juga: DPRD NTT Kecewa Pemkab Sabu Raijua Lamban Tangani Kasus DBD
Ia mengimbau kepada tokoh agama dalam kegiatan rohaninya agar selalu mengimbau dan menekankan pada tiga faktor utama yakni segera membawa anak ke Faskes terdekat untuk berobat ketika sakit, mengoles obat anti nyamuk pada anak saat aktivitas dan memperhatikan makanan anak agar imunitasnya tetap terjaga.
Dengan adanya gerakan masif ini, diharapkan semua masyarakat terlibat secara aktif secara terus menerus sehingga gerakan ini menjadi gerakan perilaku hidup bersih yang membudaya. Dengan menjadikan gerakan ini menjadi budaya tentu akan terhindar dari penyakit-penyakit infeksi yang berbasis lingkungan misalnya DBD atau diare.
"Kita dalam kondisi masyarakat dengan latar belakang yang berbeda, pengalaman berbeda sehingga perlu didorong dengan gerakan serentak, harus semua berperan aktif," lanjutnya.
Selain itu juga membuatkan video edukasi tentang DBD dan pencegahannya. (dhe)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.