NTT Terkini
Suster Laurentina "Suster Cargo": 25 Tahun Menemukan Tuhan di Setiap Langkah
sedangkan ayahnya seorang Kristen. Di tengah keberagaman ini, ia menemukan panggilannya untuk menjadi Katolik.
Penulis: Ray Rebon | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Di Biara Susteran PI/SDP Nasipanaf, suasana khidmat menyelimuti perayaan syukur 25 tahun hidup membiara Suster Laurentina, SDP.
Dengan tema "Tuhan Ada di Sini," perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Krispinus Saku, Pr, menjadi momen refleksi mendalam akan perjalanan iman yang penuh warna.
Disaksikan POS-KUPANG.COM, Selasa 7 Januari 2025 malam, perayaan itu dihadiri oleh suster-suster dari berbagai kongregasi di Kota Kupang, imam-imam, umat di Nasipanaf, serta para sahabat dan kenalan.
Kehadiran mereka bukan hanya untuk berbagi kebahagiaan, tetapi juga untuk menyaksikan kisah perjuangan seorang suster yang telah mengabdikan hidupnya bagi Allah dan sesama.
Baca juga: Jadwal Kapal Ferry ASDP Kupang NTT Rabu 8 Januari 2025 KMP Ile Ape Kewapante-Palue-Marapokot PP
Suster Laurentina, yang dikenal dengan julukan "Suster Cargo," dalam syukuran ke-25 tahun hidup membiaranya itu, berbagi kisah perjalanan hidupnya.
Ia lahir dari keluarga yang pluralis, ibunya seorang Muslim, sedangkan ayahnya seorang Kristen. Di tengah keberagaman ini, ia menemukan panggilannya untuk menjadi Katolik.
"Dalam keluarga saya ada empat agama, Kristen Bethel, Pentakosta, Muslim, dan Katolik. Tapi saya bersyukur, Tuhan memanggil saya untuk menjadi Katolik," ujarnya dengan penuh syukur.
Ia menerima Sakramen Baptis saat duduk di kelas 2 SMP di Paroki Santo Petrus dan Paulus, Temanggung, Jawa Tengah.
Kota kecil itu menjadi tempat di mana ia dididik oleh Allah melalui komunitas Katolik yang menyambutnya dengan tangan terbuka.
Ketika tugas membawanya ke Nusa Tenggara Timur, ia sempat merasa gentar. Namun, berkat dukungan komunitas biara dan umat di sekitarnya, ia mampu melewati berbagai tantangan.
Kini, sebagai salah satu pengurus Komisi Keadilan Pastoral Migran Perantau (KKPPMP) yang dipercayakan oleh KWI, Suster Laurentina mengemban kerasulan anti-human trafficking dan pendampingan migran.
"Banyak tantangan dalam tugas ini, termasuk ancaman dan intimidasi. Namun, doa dari banyak orang, para pekerja migran, terutama mereka yang telah meninggal, selalu menguatkan saya," ungkapnya.
Julukan "Suster Cargo" diberikan karena ia sering hadir di tempat-tempat yang tak bias, baik di kargo bandara, kamp-kamp kelapa sawit, dan lokasi-lokasi lain di mana para migran membutuhkan pertolongan.
"Awalnya, saya merasa risih, tetapi saya sadar bahwa Tuhan juga hadir di tempat-tempat itu," katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.