Lewotobi Erupsi
Barang Bantuan Bencana Lewotobi di Flores Timur Diperjualbelikan, Kepala BPBD NTT: Tidak Ikuti
Dia tidak mau memberikan pernyataan apapun terkait dengan masalah yang terjadi pada para pengungsi di Kabupaten Flores Timur
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Edi Hayong
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG- BPBD NTT belum mengetahui adanya barang bantuan yang harusnya dibagikan ke pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur (Flotim) yang diperjualbelikan.
Kepala BPBD NTT Cornelis Wadu mengaku belum mendapat informasi tentang hal itu.
Dia mengatakan kini sedang fokus menangani masalah rabies dan bencana alam lainnya di Pulau Timor.
Mantan Kasat Pol PP NTT itu menjelaskan, persoalan jual beli barang bantuan itu bisa diklarifikasi ke BPBD Flores Timur, yang selama ini menangani bencana tersebut.
Dia tidak mau memberikan pernyataan apapun terkait dengan masalah yang terjadi pada para pengungsi di Kabupaten Flores Timur.
Cornelis menyebut, BPBD Flores Timur lebih memahami kondisi di lapangan.
"Sonde (tidak) bisa, beta sonde ikuti. Tidak bisa, beta (saya) sonde ikuti. Namanya bantuan tetap bantuan," kata Cornelis, Jumat (3/1/2025) saat dihubungi POS-KUPANG.COM.
Diberitakan sebelumnya, dugaan jual beli barang bantuan terjadi di Posko Desa Ile Gerong, Kecamatan Titehena.
Baca juga: Jadi Buah Bibir, Logistik Bencana Lewotobi di Posko Ile Gerong Dijual Bebas, Moat Aeng Terkejut
Posko ini menampung ratusan penyintas dari Desa Nawokote, Hokeng Jaya, dan Klatanlo. Nama beberapa petugas di posko itu menjadi buah bibir masyarakat dan para penyintas.
Salah seorang warga, Melayu, bukan nama sebenarnya, mengaku pernah ditawari beras bantuan 50 kilogram dengan harga murah.
Ia tak mau membelinya lantaran sadar bawah bantuan bagi korban bencana bukan untuk diperdagangkan.
"Tawar beras 50 kilogram dengan harga Rp 450.000. Saya tidak mau, karena memang itu bukan untuk dijual, tapi digunakan bagi para korban," ujar Melayu yang adalah warga Desa Ile Gerong, Jumat (3/1/2025).
Ironisnya, penjualan beras dan telur ayam ini berlangsung saat persediaan logistik semakin menipis. Penyintas mengaku mengkonsumsi nasi tanpa lauk.
"Hari ini nasi kosong. Kemarin kami diberi ikan tapi potongannya kecil" kata seorang penyintas yang meminta namanya tak disebutkan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.