Opini
Opini: Fatherless dan Natal
Natal menjadi menjadi momentum untuk sejenak merenungkan kembali peran ayah dalam kehidupan seorang manusia.
Kisah Natal di Betlehem menjadi revolusi kehidupan, di mana peran ayah mendapat tempat dalam kehidupan seorang anak. Ayah adalah dia yang selalu menemani tanpa batas.
Ayah adalah dia yang memeluk kesederhanaan dengan kasih yang besar, dan memberikan segalanya untuk mimpi-mimpi yang tanpa batas. Santo Yoseph menjadi teladan bagaimana membangkitkan kembali generasi yang memiliki ayah.
Santo Yoseph membungkam gagasan patriarki yang melihat ayah sebagai simbol otoritas. Sulit memetahkan secara komprensif peran ayah yang sejati.
Namun, dalam keheningan Santo Yosef di Betlehem, hidup sebuah memori kolektif yang memungkinkan anak-anak mendapat kasih sayang dan perlindungan.
Sebab anak adalah anugerah, bukan produk keinginan atau instrumen ambisi manusia, demikian kata Filsuf Harvard, Michael Sandel.
Natal menjadi momen revolusi bagi para ayah untuk menguatkan kapasitas perannya dalam kehidupan keluarga.
Natal memanggil pulang para ayah untuk memeluk kembali anak-anak mereka, merangkul dengan kasih yang utuh, dan memberikan tempat dan waktu bagi keluarga.
Natal menjadi momentum untuk membungkam keraguan generasi kepada para ayah. Bahwasanya, di dalam diri seorang ayah terdapat harapan, kelembutan, dan keajaiban. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.