Berita Kota Kupang
Seminar Ekumene Angkat Tema Praksis Berteologi dalam Aneka Perspektif di Era Disrupsi
Dijelaskan Pdt. Lintje konstruksi gender ini memiliki dampak dalam relasi masyarakat. Kita lihat, bahwa harus di dekonstruksikan kembali.
Penulis: Rosalia Andrela | Editor: Oby Lewanmeru
Sebagai komunitas orang beriman kita diutus dan melaksanakan apa yang sudah kita dengar tentang firman Allah. Kita diutus Allah untuk memproklamirkan kebaikan Allah agar komunitas kita lebih beradab, inklusif, dan terarah.
Drs. Josef Nae Soi dalam materinya menyampaikan tentang ekumene sebagai rumah dengan kamar yang berbeda sesuai dengan kepercayaan yang dianut.
“Bagi kaum muda era disrupsi apapun yang terjadi di Indonesia, keselarasan kita, keserasian kita tidak boleh dinegasikan oleh hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan. Berteologi itu sederhana, mencari kebenaran Allah dalam citra Allah,” ujarnya.
Josef juga menceritakan pengalamannya terkait praksis berteologi, dan membagikan kepada peserta yang hadir.
Josef berpesan praksis berteologi di era disruptif, semua pihak harus tetap berpegang pada kebenaran dari Allah, manusia, keselamatan dan alam.
Pater Gregor menuturkan Yesus adalah tanggapan manusia atas tawaran diri Allah demi keselamatan seluruh umat manusia. Hal ini memberi tanda bahwa keterlibatan Allah dalam keselamatan manusia.
“Antropologi teologi mengatakan bahwa sketsa dan skema. Secara kasat mata manusia adalah sketsa dan skema dalam membangun penelitian termasuk teologi,” katanya.
Pater Gregor juga membagikan pengalamannya terkait tema dan materi yang dibawakan dalam seminar.
Usai pemaparan materi dilanjutkan dengan diskusi. Kegiatan dihadiri oleh pelajar, mahasiswa/i, kalangan akademisi, pemerintah dan masyarakat. (cr19)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.