Seacrest Indonesia Dorong Pemerintah Desa di Raijua Berperan Dalam Penjagaan Ekosistem Mangrove

POS-KUPANG.COM, SABU RAIJUA- Ekosistem mangrove mengambil peranan penting untuk menjaga garis pantai di wilayah pesisir Pulau Raijua, Kabupaten Sabu Raijua, NTT.

Namun masih sedikit masyarakat yang menyadari manfaat mangrove bagi lingkungan.

Seacrest Indonesia (SCI) melalui program Global Environment Facility - Small Grants Programme (GEF-SGP) dari United Nations Development Programme (UNDP) berupaya untuk memberikan penyadaran akan pentingnya fungsi ekosistem mangrove di daerah pesisir.

Sepanjang pelaksanaan program GEF-SGP UNDP ini, Seacrest Indonesia telah melakukan upaya peningkatan kondisi ekosistem mangrove melalui pembibitan dan penanaman mangrove baik di Pulau Raijua maupun di Pulau Sabu.

Pembibitan mangrove dilakukan di Desa Ballu, Raijua dan di Desa Menia, Sabu Barat dengan jenis mangrove Rhizophora sp. dan Avicennia sp.

Keterbatasan stock bibit mangrove di Pulau Raijua, mendorong pentingnya upaya pembibitan mangrove perlu dilakukan secara masiv dan berkelanjutan.

Salah satu penyebab minimnya stock bibit mangrove di Raijua karena mangrove dapat dikonsumsi/ dimakan oleh hewan ternak seperti kambing, kerbau dan kuda yang dilepas liarkan.

Hewan ternak yang dilepas akan memakan biji dan daun muda pepohonan termasuk mangrove yang ada di Raijua dan Sabu.

Seacrest Indonesia menggandeng masyarakat dan pemerintahan Desa Ballu bersama-sama melakukan upaya penanaman mangrove serta pembuatan pagar pelindung mangrove dari hewan ternak baik kerbau, sapi maupun kambing di Pantai Menanga, Desa Ballu (27/8/2024).

Kondisi pengelolaan hewan ternak masih menjadi tantangan yang serius dalam kegiatan penanaman mangrove di Raijua dan Sabu.

Sejak awal tahun 2024, Seacrest Indonesia telah melakukan upaya pembibitan mangrove dan penanaman di tiga lokasi meliputi Pantai Menanga Desa Ballu Kecamatan Raijua, Pantai Wuihebo Desa Raemedia dan Daerah Tulaika Desa Mebba Kecamatan Sabu Barat. 

Seacrest Indonesia berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam kegiatan penanaman mangrove diantaranya adalah masyarakat dan Pemerintah Desa Ballu, Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang Wilayah Kerja Sabu Raijua, Kelompok Matapadomara, Yayasan CIS Timor Indonesia, Yayasan Save the Children Indonesia, Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua melalui Dinas Lingkungan Hidup, dan komunitas pemuda gereja GMIT Rubadeo desa Raemadia (10/9/2024). 

Kolaborasi yang kami lakukan ini guna untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Raijua dan Sabu terkait pentingnya peran ekosistem mangrove bagi lingkungan pesisir laut. Serta pencagahan aktivitas penebangan mangrove berlebih di pesisir Sabu Raijua. 

Pencegahan aktivitas penebangan mangrove sudah selayaknya menjadi perhatian yang serius oleh Pemerintah Daerah maupun Desa yang memiliki wilayah pesisir. 

Penebangan dan pengambilan pohon mangrove asosiasi berlebih jenis Santigi (Pemphis acidula) yang terjadi di pesisir Desa Kolorae pada bulan Oktober 2024 menjadi pengingat kita bersama terkait perlunya peningkatan perlindungan ekosistem mangrove di Sabu dan Raijua.